3

315 54 12
                                    

~Author pov

Di sebuah gudang yg sepi terlihat seorang pria paruh baya tengah sibuk mengatur nafasnya yg tersengal-sengal dengan kedua tangan yg di cengkram erat oleh dua orang pemuda dengan pakaian serba hitam dan masker yg menutupi wajah mereka.

"Kau tau apa kesalahanmu ?" sebuah suara menggema dari sudut ruangan yg gelap tanpa pencahayaan apa pun. 

"Jangan pikir kau bisa membodohi kami" ucap suara itu lagi dengan nada yg mengintimidasi.

Pria paruh baya itu menelan ludahnya dengan susah payah. Ia bisa merasakan suasana mencekam yg memenuhi ruangan itu. Tapi ia berusaha setenang mungkin menanggapi ucapan seseorang yg bersembunyi dalam kegelapan itu.

"Memangnya apa yg bisa kau lakukan ? Kau mau membunuhku ? Silahkan saja. Tapi kau tau sendiri akibatnya jika membunuh seorang pejabat negara sepertiku" jawabnya dengan keringat yg terus mengalir dari pelipisnya yg berkerut.

"Kau memang sombong seperti biasa. Tapi kesalahan yg kau buat kali ini terlalu besar hingga aku tak bisa memberikan permintaan terakhir untukmu" ucap suara itu lagi dengan tenang namun terdengar sangat dingin.

"Sekedar hadiah kecil untuk nafas terakhirmu, akan ku katakan apa kesalahan terbesarmu. Kesalahanmu adalah..." ia memberi jeda sejenak mengambil nafas berat lalu melanjutkan ucapannya dengan nada yg lebih dingin.

"Bertemu denganku" ucapnya. Lalu ia muncul dari kegelapan dengan langkah ringan mendekati pria paruh baya itu sambil memberikan aba-aba pada kedua orang yg tengah mencengkram lengannya untuk segera pergi dan meninggalkan mereka berdua.

Dengan pakaian serba hitam lengkap dengan masker dan topi serta hodi yg menutupi seluruh wajahnya ia menghampiri pria paruh baya yg kini tengah berusaha berdiri dan berlari dari tempat itu. Tapi sayang ia kalah cepat, dalam sekejap sosok serba hitam itu muncul di hadapannya.

Sosok itu melihat sosok di depannya lalu melepaskan masker yg menutupi wajahnya menampilkan sebuah seringaian mengerikan dengan tatapan yg menusuk. Pria paruh baya itu terkejut dan langsung terduduk dengan wajah pucat pasi. Ia hanya bisa menatap sosok di depannya dengan penuh ketakutan tanpa bisa berkata apa pun.

"Mencoba lari dariku ? Bodoh" ucapnya dingin. Lalu entah apa yg di lakukannya, pria paruh baya itu sudah tergeletak tak berdaya di lantai penuh debu itu dengan tubuh bersimbah darah. Sosok serba hitam itu hanya memandang kosong tubuh tak bernyawa itu lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu seolah tak terjadi apa-apa.





@Rumah Yuki

Dengan malas Yuki terus mengotak-atik remote tv yg berada di tangannya mencoba mencari saluran yg mungkin bisa menghiburnya saat rasa bosan melanda seperti sekarang. Wajahnya tertekuk dengan pandangan tak tertarik pada setiap acara yg sedang di tayangkan pada layar datar di depannya.

Akhirnya ia mematikan tv setelah mencoba semua saluran dan berakhir pada berita orang hilang yg ternyata seorang pejabat terkenal di Ibu Kota tempat tinggalnya itu.

"Apa mereka tidak punya berita lain ? Hampir setiap saluran hanya menayangkan hal yg sama. Membosankan" ucapnya sambil beranjak ke dapur memutuskan mengisi perutnya yg mulai berteriak karena jam dinding sudah menunjukan jam makan siang.

Di tempat lain tampak seorang pria dengan stelan jas hitam tengah sibuk mengotak atik benda pipih di tangan kanannya tanpa menghiraukan ocehan seseorang yg sedang sibuk mengemasi barang bawaannya ke dalam tas.

"Al, lo yakin mau masuk kerja hari ini ? Maksud gue lo kan bosnya jadi kalau lo ga masuk sebulan juga ga papa. Lagian lo kan baru sembuh, masa langsung kerja sih" ucap pria itu panjang lebar tak ada hentinya sejak ia tiba di rumah sakit untuk menjemput sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang