Tiga hari berlalu tanpa ada insiden lain yang terjadi antara Brittany dan Ethan, namun hal itu tidak lantas membuat Brittany merasa lega dan mulai melupakan semua hal yang berhubungan dengan Ethan di belakangnya. Tidak sama sekali.
Alasannya adalah, selain karena Ethan masih menghadiri kelasnya sebanyak empat kali dalam seminggu, yang berarti hampir setiap hari, Brittany juga masih menerima tatapan Ethan yang memiliki arti tersendiri di dalam setiap kesempatan, yang kebanyakan terjadi ketika pria itu mengikuti kelasnya.Kerlingan nakal yang diberikan Ethan kepadanya mampu membuat lutut Brittany menjadi lemas dan itu bukanlah hal yang diinginkannya ketika ia sedang berdiri di bawah tatapan 150 orang muridnya di dalam kelas. Tidak ada yang dapat dilakukan Brittany untuk menghindari tatapan Ethan karena pria itu dengan sengaja mengambil tempat di tengah-tengah barisan terdepan, mengetahui dengan jelas bahwa Brittany dapat melihatnya.
Seperti saat ini, Ethan duduk bersandar dengan tangan tersilang di dada. Postur tubuhnya terlihat santai dalam mendengarkan pelajaran Brittany namun senyuman yang terukir pada wajah tampan itu memberitahu Brittany bahwa Ethan sedang mengejeknya yang tidak berani menatap pria itu.
Brittany dengan kesal melemparkan tatapan tajam kepada Ethan namun tidak membuahkan apapun. Seringai pria itu malah semakin lebar dan tidak terlihat terintimidasi sama sekali. Anthony yang duduk tepat di belakang Ethan menyadari tatapan Brittany dan lelaki itu langsung mencondongkan tubuhnya mencolek pundak Ethan, secara tidak langsung memberitahu Ethan untuk berperilaku baik.
Brittany tidak tahu apakah Anthony sudah mengetahui tingkah Ethan kepadanya. Tapi mengingat betapa dekat keduanya, Brittany tidak akan heran jika Ethan menceritakan semuanya kepada Anthony.
Dua jam yang biasanya berlalu cepat terasa sangat lama hari ini karena dijalankan di bawah tatapan Ethan yang mengikuti semua gerak geriknya. Jadi, ketika bel akhirnya berbunyi menandakan jam ke dua telah selesai, Brittany tidak bisa bergerak lebih cepat lagi untuk keluar dari ruangan itu.
Biasanya ia akan menjadi orang terakhir yang keluar, sekedar berjaga-jaga jika ada satu atau dua muridnya yang ingin bertanya lebih jelas lagi tentang pelajarannya. Tapi hari ini, Brittany melesat begitu cepat, hampir berlari masuk ke dalam ruangannya.
Brittany langsung mengambil tas tangannya dan beranjak keluar, tidak lupa untuk mengunci pintu tersebut. Ia sudah tidak memiliki kelas yang harus diajarnya lagi sore ini sehingga ia memutuskan untuk pulang lebih awal. Selain karena untuk menghindari Ethan, Brittany sebenarnya juga memiliki janji dengan keluarganya.
Ketika ia berjalan keluar gedung menuju lapangan parkir, Bittany harus menggertakkan giginya ketika melihat Ethan berdiri bersandar dengan santai di pintu mobilnya. Pria itu melambaikan tangannya ke arah Brittany sambil tersenyum malas.
"Halo, Professor!" sapa Ethan.
Brittany tidak menggubrisnya dan membuka pintu mobil. Ia langsung masuk menaiki sedannya, tidak berpikir bahwa Ethan akan berani masuk dan mengisi kursi penumpang disampingnya.
"Apa maumu, Hart?" tanya Brittany kesal saat Ethan dengan santai menutup pintu penumpang. "Aku tidak memiliki waktu untuk meladenimu."
"Ah, jangan begitu, Ms. Brooks. Aku hanya ingin menumpang pulang, tidak bolehkah?"
Brittany memberikan tatapan tajamnya kepada Ethan. Ia tidak akan termakan oleh ucapan dan tatapan polos yang diberikan oleh pria itu kepadanya. He is lethal, dan Brittany tidak bisa menurunkan kewaspadaannya jika sudah menyangkut muridnya yang satu ini.
"Ada apa dengan motormu?" tanya Brittany ketus.
Ethan menyeringai lebar. "Kau memperhatikanku, Professor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Boy [SUDAH TERBIT]
RomanceSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Dikenal sebagai dosen killer dan kaku, Britt di takuti oleh semua muridnya dan dihormati oleh rekan pengajar. Teman-teman seumurannya segan kepadanya dan ia tidak memiliki sahabat, dan hal itu mempengaruhi ruang per...