Chapter 2

4.2K 360 10
                                    

"Bin. Ayo ke kantin?" Jiwon menyenggol Hanbin yang sedang tidur disamping menggunakan sikunya.



"Hoam.. Sudah istirahat?" tanya Hanbin yang baru saja bangun karena tertidur selama jam pelajaran.



"Bagaimana mau pintar jika selama jam pelajaran hanya kau gunakan untuk tidur?"



"Sudahlah, perut ku menjadi lapar mendengar ocehan tak bermutumu" Hanbin bangkit dari kursinya dan memilih pergi ke kantin lebih dahulu meninggalkan Jiwon.



"Yak! Tunggu aku!"





"Jika kau makan terlalu banyak pipimu yang besar itu akan meledak chanu-ya" Hanbin menatap Chanwoo yang lahap memakan makanan ya dengan pipi yang penuh.


Chanwoo tidak perduli dengan perkataan Hanbin dan lebih memilih menikmati makanannya saat ini.



"Lebih baik kau berikan makanan itu pada Jinan, sepertinya ia kekurangan makanan sehingga tubuhnya berhenti meninggi"



"Yak! Apa yang kau bilang gigi?!"



"Kau kekurangan makanan sehingga tubuhmu pendek" ucap Jiwon dengan santai sambil memasukkan makanan ke mulutnya.



"Akan ku adukan kau pada June karena berani menghinaku" tunjuk Jinhwan menggunakan sumpit tepat di depan wajah Jiwon.



"Silahkan. Aku tidak takut"



"uhh June" ledek Hanbin dan Chanwoo bersamaan.



"Sahabat macam apa kalian" Jinhwan berhenti memakan makanannya yang kini lebih memilih memunggungi ketiga sahabatnya.



"Jangan merajuk seperti itu sayang, nanti kadar imut mu bertambah" ucap Junhoe yang baru saja bergabung membawa nampan makanannya.



"June :'("



"Ayo makan makananmu, sini aku suapi" Jinhwan tersenyum manis menatap Junhoe sambil mengangguk. June pun menyuapi Jinhwan tanpa menghiraukan dua orang yang sedang menatap mereka sinis, tentu saja yang satu tidak memperdulikan pasangan tak tau tempat yang berada disampingnya dan memilih menghabiskan makanannya sebelum di rebut Jiwon. Pikir si muda Chanwoo



"Mulai lagi" keluh Jiwon mengaduk-aduk mangkuknya yang berisi makanan. Jujur saja ia kesal melihat pemandangan di depannya yang membuat iri. Maklum single :)



"Jangan seperti itu, kau terlihat tidak laku"



"Apa kau sendiri laku Kim Hanbin?!"



"Tidak. Tetapi aku tidak mengenaskan seperti mu" Jiwon memutar matanya malas dan lebih memilih menghabiskan makanannya daripada harus berdebat dengan Hanbin.



"Lebih baik kalian berdua saja jadian" ucap Jinhwan santai sambil memakan suapan yang diberikan Junhoe.



"Aku? Jadian sama dia?! Tidak akan!" tunjuk Hanbin emosi tepat didepan hidung Jiwon.



"Kau pikir aku mau jadian dengan mu? Lebih baik aku sendiri daripada harus jadian dengan mu. Lagipula ada satu yeoja yang tergila-gila padaku, aku bukan tidak laku hanya saja tidak ingin berpacaran seperti kau, pendek!" Jiwon melirik Jinhwan yang kini menatapnya sebal.


"Menikah dahulu baru berpacaran, itu lebih nikmat" Jiwon memasang senyum mesum di wajahnya.


"Muka mesummu sangat menjijikkan" Chanwoo melemper sendoknya ke arah Jiwon karena tak tahan dengan wajah mesumnya dan Junhoe hanya menatap malas.



"Ya, terserah kau sajalah" balas Hanbin yang malas menanggapi ocehan Jiwon, moodnya langsung berubah entah kenapa.



.


.



Seperti biasa Jiwon selalu mendapati surat cinta yang entah dari mana asalnya di meja lacinya, dengan senyuman yang terpasang di wajah, ia memasukkan surat itu kedalam tas untuk dibaca nanti. Hanbin yang mendapati sahabatnya yang tersenyum sendiri hanya menatapnya malas, selalu saja seperti itu tingkahnya sehabis mendapat surat.

"Mau sampai kapan kau tersenyum disitu dan membiarkan aku mengering disini menunggumu untuk pulang?" bentak Hanbin yang memang moodnya sedang tidak bagus semenjak di kantin tadi.



"Baik princess, jangan marah-marah. Pangeran akan mengantar mu ke istana kita" ucap Jiwon yang masih memasang senyum lebar di wajahnya.



"Cepat sebelum kubakar mobilmu, dan jangan panggil aku princess jika kau sayang nyawamu" Hanbin pergi meninggalkan Jiwon sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal membuat senyum Jiwon tambah melebar.



.


.



Hanbin dan Jiwon memasukki apartemennya yang sepi karena kedua orang tua Jiwon sudah pulang tadi pagi.


Hanbin menghempaskan tubuhnya kesofa dan menekan layar ponselnya mencoba menghubungi seseorang.



"Hallo umma"



"..."



"Aku merindukanmu, kapan umma akan mengunjungi ku disini? Hampir 3 tahun kita berpisah apa umma tidak merindukan ku?" ucap Hanbin yang kini mempoutkan bibirnya. Jiwon yang melihat ekspresi Hanbin yang sangat jarang sekali ia tampilkan hanya dapat terkikik geli. Seketika ia mendapat kaus kaki terbang menabrak tepat dihidungnya.

"..."



"Aish umma. Kenapa alasan itu terus yang umma pakai? Bilang saja umma tidak dapat meninggalkan appa playboy itu disana sendiri kan?"



"..."



"Ne ne, mianhae umma. Appa tidak playboy, tapi genit"



"..."



"Oke umma aku sibuk lebih baik kita lanjutkan mengobrolnya nanti, saranghae umma Muah" Hanbin menutup telponnya dengan cepat menghindari amukkan ummanya karena sudah berani menghina appanya.



"Kimbab?"



"Kim Jiwon?" tetap tidak ada jawaban dari Jiwon.



"Yak! Kelinci sok tamp-" baru saja ia bangkit dari kursi seketika terdiam dan kini menahan tawa karena melihat Jiwon yang pingsan karena mencium kaus kaki yang iya lempar tadi. Dengan setengah hati ia mengangkat Jiwon yang pingsan dengan kekuatan penuhnya mengingat tubuh Jiwon yang lebih kekar dan berisi ketimbang badannya yang langsing. Di lemparnya tubuh Jiwon ke ranjang dan tanpa diduga tubuhnya pun ikut tertarik membuat ia ikut terhempas ke atas tubuh Jiwon jangan lupakan bibir mereka yang saling menempel. Dengan segera Hanbin bangkit dari atas tubuh Jiwon namun tengkuknya tertahan seketika pandangannya bertemu dengan mata terbuka Jiwon yang kini menyeringai dalam ciuman mereka. Tanpa pikir panjang ia langsung melepaskan ciumannya dan segera bangkit namun naas lutut Hanbin menyenggol benda kebanggaan Jiwon dibawah sana.



"Ah sepertinya kepala ku pusing, lebih baik aku tidur"



"Kau harus tanggung jawab bin"



"Andwaeeeeeeeeee!!"

Double Love + Triple Love  [DoubleB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang