Awal Cahaya Baru

41 5 0
                                    

Setelah selesai dari rumah teman-nya kakek mengajak untuk pulang, dan aku masih merasakan ketakutan yang aneh ini rasa-nya seperiti terhebus angin dan terpapar sinar matahari di saat yang bersamaan.
" hei , kasai kamu kenapa kelihatan-nya kamu gugup ? Apa karna bertemu kirina tadi ? " kakek tersenyum dan mulai tertawa... dan aku masih merasakan perasaan aneh ini.
" Kasai kita sudah sampai... dan sepertinya nenek sudah menyiapkan makan siang yang enak untuk kita... " aku hanya diam dan teringat kejadian sebelumnya aku takut orang itu tidak menyukai diriku... tetapi kakek meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
.
" Kalian kenapa tidak masuk ? Aku sudah menyiapkan makan siang untuk kalian... ayo masuk sebelum makanan-nya dingin " aku dan kakek menuju meja makan tetapi mengingat kejadian itu membuatku ketakutan bahkan untuk melihat wajah-nya aku tidak berani.
.
Nenek mendekat dan mulai berbicara dengan lembutnya... " Ohhh iya... kasai maaf soal waktu itu, aku hanya terkejut dengan kedatangan-mu di rumah ini, kamu tidak perlu takut dan gugup... kami senang jika kamu ada disini bersama kami dan mungkin kamu akan menjadi obat bagi rasa kesepian yang kami berdua alami selama bertahun-tahun jadi, kasai bagaimana hari ini ? Apakah menyenangkan untuk-mu ? " melihat senyum-nya mematahkan perasaan takut yang aku alami dan merubah-nya menjadi perasaan hangat dan rasa-nya meresap keseluruh tubuh-ku dan aku sadar bahwa... ini lah keluarga yang kakek ceritakan, begitu hangat dan tenang saat bersama mereka... tanpa sadar air mengalir dari mata-ku dan begitu bahagia-nya luapan perasaan yang aku terima dari kekuarga ini...
.
" Kakek, Nenek kasai senang sangat senang kalian baik kalian sunguh baik... kasai takut sangat takut kalian akan meningalkan kasai sendirian sama seperti yang lain... jadi kasai mohon jangan tinggalkan kasai sendirian... kasai mohon " perasaan yang lebih erat mengapai hati yang paling gelap dan membawa nya menuju kehangatan sinar mentari dan perasaan yang menutup perihnya luka yang telah lama tercipta... itu lah perasaan bahagia bersama keluarga.
" Kasai... kasai... jangan mengangis hei kenapa kamu malah menangis ? Sudah... sudah... Kakek dan Nenek tentu tidak akan meninggalkan-mu kami berdua akan menjadi tempat untuk-mu pulang dan kami juga akan selalu bersama-mu... karna, kamu adalah cucu kami, dan ingat kasai ! laki-laki itu tidak boleh menangis kamu harus kuat kasai jadi kamu bisa melindungi kakek dan nenek yang sudah tua ini... kamu paham-kan kasai "... " baiklah kasai akan selalu selalu melindungi kakek dan nenek kasai akan jadi cucu yang pintar dan baik... kasai berjanji " kakek dan nenek tersenyum dengan tulus menerima kehadiran dan setiap ucapan dari-ku dengan tulus...
.
" Kasai setelah ini apakah kamu mau berkeliling desa sekali lagi ? Agar kamu bisa berkenalan dan juga tau jalan di desa ini... tapi jangan pulang terlalu senja " Aku mengaguk karna aku masih ingin melihat seluruh desa ini... " Kakek aku pergi dulu ".
Berjalan mengikuti kemana langkah mengajak pergi, merasakan angin yang menghembus di seluh tubuh-ku, dan mendengar indah-nya lantunan lagu pepohonan... semakin lama aku terus berjumpa penduduk desa yang mengukir senyum di wajah meraka saat bertemu dengan-ku.
.
Tidak terasa hari mulai senja, langit yang cerah mulai memudar... Tapi aku lupa dimana rumah kakek dan nenek... aku mencari seseorang untuk bertanya, terus berjalan sampai melihat seseorang yang bisa menolong-ku untuk pulang.
Dan aku melihat beberapa orang sedang berkumpul dan mungkin mereka tau dimana rumah kakek, " permisi tuan apa kalian bisa menunjukan rumah kakek dan nenek-ku ? " orang itu sepertinya marah... " hei bodoh ! Diam atau kita bisa ketahuan ! " tiba-tiba ada suara yang membuat orang-orang disekitarku berlari... " eiii... kalian anak nakal ! Kalian masih saja ingin mengitip ! Awas kalian jika tertangkap " mereka berlari dan meningalkan aku sendiri. " nah tertangkap... " aku tidak tau maksud-nya " aaa... nyyoya aku salah apa ? Kenapa aakk...uu di marahi ? " perempuan itu tidak menjawab dan menarik tanganku menuju gadis yang berada di tepian air " ini aku berhasil menangkap pengintip... " semua gadis itu tampak marah... " dasar laki-laki mesum... " aku binggung dengan yang mereka bicarakan " ha ? Aaakk...uu kkeeenapa ? Meeengitippp ? Mmesum ? Aaaaaku... ccuma inggin tauuu di maannna rumahh kakek dan neneeekk-kuu sajaaa aakkuuu inggin pulaaang " tetapi mereka tidak percaya dan semakin marah dengan-ku " dasar ! Pembohong, kamu itu ternyata pembohong dan mesum " dan ada seorang gadis yang datang dan sepertinya aku mengenal-nya " hei ada apa ? Ehh... kasai sedang apa kamu di sini ? " kirina... ya dia kirina " aakkuu luuu...paaa... jaallan pullanggg... llaa...lu aku mennncari orraang lla...in uunntukk bertannnyaa... daaan akuuu berteemuuu orangg di bawahhh pahoon itu... laluu mereeeka lariii dann akuu malah ditarikkk kesssiin...i dannn diii...marahi dan juga meraka bilang aku pengintip mesum " kirina tertawa... " hahahahahha... hei dia ini baru saja datang ke desa ini, dan ku rasa dia memang tersesat... aku tau dimana dia tinggal mungkin aku harus menghantarnya pulang, lagi pula ini sudah senja ".
.
Kirina menghantar-ku pulang... aku ingin mengucapkan terima kasih tetapi rasa-nya bibirku membatu. " Hei kasai... kenapa kamu bisa tersesat dan kenapa juga kamu bisa di tuduh mengintip ? Satu hari di sini dan kamu melakukan hal bodoh yang sangat lucu " kirina tertawa... ya aku baru sehari dan aku sudah merasakan banyak keindahan yang kurasakan... termasuk senyum-mu kirina. " hei kamu ini sepertinya pendiam sekali ya ? Dari tadi kamu cuma menundukan kepala ? Kita sudah hampir sampai tapi kamu tidak mau berbicara satu kata-pun... heeehh " aku sangat ingin berterima kasih tetapi mulut-ku terasa seperti membatu.
.
" Hei kita sudah sampai... aku harap lain kali kita bisa lebih banyak berbicara... kamu tau tidak ? Kamu tidak seperti kebanyakan lelaki yang ku kenal kamu manis tapi sangat pendiam... aku pulang dulu yah ! Sampai jumpa " .
.
Saat hari menjadi gelap namun hati-ku di penuhi cahaya yang baru saja kuterima menjadikan ini awal dari banyak-nya sinar yang membuka lubang hati yang sangat gelap... merasakan tiap cahaya yang hangat dan menyinari tiap sisi kelam yang pernah aku rasakan.
Kebahagian bukanlah saat menjadi raja atau mendapat emas... tapi saat mendapat kasih sayang dari orang lain untuk mengobati hari yang terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hati Yang Berselimut ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang