Tanganku bergetar jantungku berdebar, secangkir kopi brengsek ini tak bisa tak di telan, aku ingin sekali berhenti, tapi sepertinya semesta selalu punya cara untuk menahan ku, semesta tetap setuju atas kebodohan dan kenikmatan yang berkali-kali merusak seluruh jiwaku.
Kemudian aku teguk kopiku, tetapi setetes nodanya terjatuh, meresap di pakaianku, bagaimana bisa aku marah kepadanya, bibirku mendekati cangkir itu dan aku berbisik " hey terimakasih sudah mengotoriku " cangkir kopi itu hanya bisa terdiam bahkan ia tak bisa menjawab sepatah katapun kepadaku.
Demikian sepintas kisah di sore hari menjemput malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILSAFAT NGASAL
EspiritualFilosofi ngawur sehari-hari, jangan dimasukan kedalam hati.