Soul HQ
Sebuah pagi yang cerah seperti biasa di Soul HQ, sama sekali tidak ada hal apa pun yang menggangu pagi yang tenang tersebut-
KLANG!!!
Atau tidak-
"Hei! Ayolah Elois! Jika kau begini terus bagaimana kau akan menjadi penjaga para manusia?!" Teriak seorang perempuan berambut coklat muda mengayunkan pedangnya ke arah laki-laki berambut pirang yang malang.
Laki-laki tersebut dengan cepat menghindar ayunan pedang perempuan tersebut sambil mencoba mencari cara untuk menebas pedangnya.
"Hei! Jangan salahkan aku! Kau sendiri yang salah! Kukira kita akan bermain Serpent! Bukannya pedang!" Gerutu Elois mengayunkan pedangnya ke arah perempuan tersebut, tapi dengan lihai perempuan tersebut menahan pendangnya dengan pedangnya sendiri. "Hah! Kau kira aku akan memainkan permainan yang membosankan itu?! Akan lebih seru seperti ini!" Teriak perempuan itu, hampir menebas pedang Elois.
Elois mundur berberapa langkah menyiapkan pedangnya dalam posisi siap. "Bolehkah, kita berhenti?! Sudah 2 jam kita berlatih, Clove" kata Elois mulai menyerang kembali.
"Kau kira dengan mudah kau bisa menahan sang jiwa harapan dalam adu pedang?!" Balas Clove dengan gesit dia mengayunkan pedangnya dengan sukses menebas pedang Elois ke sisi ruangan. Dia memposisikan pedangnya ke leher Elois, tangan lelaki tersebut terangkat ke atas. "Sepertinya aku menang?" Senyum Clove dengan sinis.
"Heh- apakahkah aku berpikir begitu?"
"Huh?!"
SYUT!!!!
Elois menggerakan kakinya menebas kaki Clove, menjatuhkan keseimbangannya dan juga membuatnya melepaskan pedang yang dia pegang. Dengan cepat, Elois menangkap pedang Clove, tepat saat Clove terbanting di lantai, dia mengarahkan pedangnya ke leher Clove.
"Ingat juga, bahwa kau tidak bisa menipu jiwa Keberanian dalam hal tersudut" tawa Elois. "Sepertinya aku menang"
"Baikalah, aku mengaku bahwa kau menang" kata Clove menyerah. Elois mengangkat Clove dari lantai dan mengembalikan pedangnya. Clove berdiri dan mulai membetulkan atasan hijaunya yang berantakan.
"Oii- apa-apaan sih pagi-pagi?" Kesal seorang perempuan kecil. Dia memiliki rambut hitam yang di ikat ikal di kedua sisi, dia memakai baju atasan putih gaya petani, rok coklat dengan stocking hitam selulut, dan sepatu jerami coklat. Dia menenteng sebuah tongkat dari kayu pohon yang berlilit dan di ujung atas terdapat dua ular yang melilit, yaitu Caduceus. Sang jiwa Penyegar menatap Elois dan Clove dengan setengah bangun.
"Ah, maaf membangunkanmu Erin" kata Clove menepuk kepalanya. Erin bergumam kesal mengucek matanya, dibelakangnya muncul kakaknya, Orlin, sang jiwa Pelindung. Rambutnya hitam seperti Erin, tapi acak-acakan. Dia memakai baju lengan panjang warna biru muda, celana jins model sobek-sobekan, dan sepatu kets hitam.
"HUAM!!!!" Uapnya menggosokan rambutnya, membuatnya tambah berantakan. "Urgh, padahal tadi mimpiku bagus sekali" kesal Orlin menepuk kepala adiknya.
"Ergh- kalian itu sudah berisik dari jam 4 pagi" sesal seorang perempuan, dia memiliki rambut merah pendek yang dipotong gaya laki-laki, dia memakai atas oranye tanpa lengan, celana pendek putih, dan sandal merah. Mata merkurinya menatap tajam kearah Clove dan Elois yang tertawa kecil. "Sudahlah, Lucile kan kita cuma latihan" kata Elois.
"Yah, latihan jangan sampai bikin orang bangun! Kau kira perkerjaan kita sebagai jiwa besar mudah?" Kesal Lucile meremas tangannya. "Kau hampir membuat Seth & Choi tidak bisa tidur!"
"Ada yang lebih penting dari pada itu, sebenarnya" kata seseorang. Seorang perempuan berjalan ke ruang rekeasi, dia memakai gaun merah satin selutut, sepatu kets merah, rambut coklat tua panjangnya dikepang satu. Saat Elois akan membuka mulut, sang perempuan tersebut menahannya. "Aku disini bukan untuk membela kamu" katanya menunjuk jarinya ke Elois membuatnya terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians : Lynx
Fantasy"Seorang pengkhianat akan muncul diantara kalian, Satu orang akan tergeletak di kegelapan, 8 jiwa akan jatuh ke bumi, Kegelapan yang terkalahkan akan bangun dari keabadiannya, Mencari kekuatan tanpa batas" Sebuah ramalan membuat 10 jiwa besar menjad...