Dalam hari ku menyambut sepi di tengah keramaian, kosong mata memandang. Mereka takkan mengerti, hingga mereka merasakannya sendiri. Goresan itu masih amat terasa, belum ada yang mengambil kotak P3K dan mengobatinya hingga tak ada yang membekas, bersih dari luka. Sebulan berlalu, masih begitu jelas aku melihat apa yang telah terjadi pada masa kelamku. Mereka terus berputar putar seakan tak mau pergi, terus bergentayangan dalam angan-angan dan mengisi ruang hampa dalam titik gelap. Membuatku ketakutan akan kerinduan dari sebuah senyuman.
" Al, jangan lupa besok kamu jadi panitia MOS(Masa Orientasi Siswa). Kamu harus hadir, bimbing ade-ade yang baru masuk" ujar teman OSIS.
Okay, mungkin dengan ini ada sesuatu yang dapat menghibur duka dan lara agar mereka bisa cepat pergi, bosan rasanya jika mereka diam dan terus mengganggu. Mari beli buku baru, pulpen dan seperangkat alat tulis lainnya . Simpan buku lama, biar ia menjadi cetakan sejarah yang dapat dipetik hikmahnya, menjadi tuntunan dalam menulis hal baru kedepannya agar tak terjadi kesalahan yang sama pada nantinya.
Esok hari pagi datang menyambut, hangatnya turut membagi kisah di awal hari dengan harum khas secangkir kopi. Memang pahit tapi dia berterus terang akan pahitnya, bukan menipu akan manisnya. 10 menit lagi bel tanda masuk berbunyi dan artinya pagar akan segera di tutup. Aku harus cepat, hari pertama aku menjadi panitia MOS tidak boleh rusak hanya karena keterlambatanku. Hampir saja aku tak bisa melihat wajah tidak berdosa dari ade-ade yang baru masuk hhffttt. Semoga saja dengan kewibawaanku mereka akan segan. Dan setidaknya, mereka bisa memberi hiburan demi mengusir gundah ini, semoga saja.
" Selamat pagi, selamat datang di sekolah baru kalian. Kakak disini yang akan membimbing kalian dalam pelaksanaan MOS kali ini"
" Iya kak " antusias dari mereka.
" Kenalin, nama kakak Alby Putra Prihastoro dan ini teman kakak Solihin"
Melihat wajah lugu dari mereka, jadi memingatkanku pada saat dulu betapa cupunya aku mengenakan alat-alat tak berguna yang harus di bawa pada saat pelaksanaan MOS. Topi dari batok kelapa, kaos kaki sebelah pramuka sebelah bola, papan nama dari plat motor bekas yang di pilox putih, sabuk dari tali rapia dan sepatu warna warni, tak lupa tas dari karung beras . * kak ini mau sekolah apa mau belajar jadi gembel (?) *. Namun pada periode OSIS kali ini hal seperti itu di hapuskan karena di anggap kurang mendidik calon siswa . Oiya hebat, ketua OSISnya kan (teman) AKU. Perkenalan antara panitia dan calon siswa selesai.
Bel istirahat berbunyi, tiba-tiba keheningan lagi lagi datang tanpa di panggil. Sekilas bayang-bayang itu keluar menampakkan dirinya kembali. Apa-apaan ini, ahh yamete. Aku tak mengundangmu datang, kenapa kau memaksa untuk hadir di tengah aku ingin melupakan?. Konsentrasiku buyar, pikiranku melanglang buana tak tahu kemana, mencari jati dirinya yang hilang ditelan ganasnya gagal dalam berasmara. Aku tak habis pikir ini akan menjadi perkara yang panjang setelahnya. Berharap saja ada yang mengambil tongkat itu dan mencabutnya dari pikiranku. Tongkat itu begitu mengganggu kini, karena tidak bertuan sekarang, dia pergi dan lupa mengambil tongkatnya itu. Apa dia bercanda ? Apa tujuannya ? Jika Engkau ingin pergi, pergilah aku akan belajar caranya mengikhlaskan. Walau itu susah, pasti bisa jika ada niat dan usaha.
Aku berjalan menuju depan pintu kelas tempat dimana aku membimbing calon siswa. Sekilas ku tengok kelas sebelah, oh Tuhan apa ini yang dinamakan cinta pada pandang pertama ? Mungkin tidak, aku tak terlalu percaya akan hal semacam itu karena cinta membutukan proses betul ? Iya betul. Tapi rasa apa ini ? Pikiranku yang tadinya membangkang, begitu melihatnya otakku seakan membuang rasa yang lama, hati membuka pintu lagi. Siapa dia ? Bisa membuatku tak kembali mengingat hal tempoe doloe dan tetap fokus pada senyum merona di bibir merah muda strawberry yang ia beri pada setiap orang yang melihatnya, murah senyum dia. Aku mulai penasaran dengan perempuan itu, baru pertama kali ku di buat begini hanya dengan satu kali kedip.
" Bro, kamu tahu yang disana itu siapa ? Lihat senyumnya"
" oh itu Om Ateng, senyumnya gitu karena suka makan pinang sama sirih/gambir " jawabnya.
" Pe'a, bukan yang itu. Tapi cewek yang di sebelah kiri Om Ateng . "
" ohh, makanya nunjuk yang bener. Itu Thea, dia siswi pindahan entah dari dunia mana "
Sejak saat itu, hanya ada dia di kepalaku. Bukan, tapi senyumnya. Aku belum mengenalnya, coba ku ulik informasi tentang dia. Yess, aku dapat akun fb nya * masih jaman-jamannya pake fb waktu itu *. Tepat esok hari, dia berulang tahun, tak ada kata basa basi, langsung aku ucapkan selamat ulang tahun Thea. God, dia komen pesan dariku. Disitu awal kita mulai saling mengenal. Baru saja aku dapat no. Hp miliknya dari temanku, 5 menit setelah itu ada pesan yang masuk.
" Hai Albyyy, ini aku Thea "
Katakan kalau ini bukan mimpi, tampar aku, tampar. Apa dia dukun? Punya indra ke-6 ? Ah sudahlah, yang aku tahu dia cuma Thea. Di tempat aku bersekolah ada 2 hal yang membuatku semangat dan terbangun di pagi hari. Pertama, tawa dari teman-teman. Dan yang kedua, senyum dari Thea. Aku ingin terbangun di pagi hari dan menjadi orang kedua yang menikmati senyum bersahaja dari wajah polosnya, melihat dunia yang keras ini setelah ayah dan ibunya. Aku seperti melihat langit menunjukan birunya lagi padaku, mengusir pilu penyebab lara. Awan mulai menampakkan putih sucinya setelah ternodai, matahari turut membagi terangnya sinar yang ia miliki, memberi kehangatan pada hati para setiap manusia yang dingin, membuang rasa takut dari warna hitam sang kegelapan, dan memberi harapan untuk yang tidak percaya dengan keajaiban. Pada secarik kertas aku tuangkan tinta hitam, gemulai jari jemari yang lihai memainkan peran, sungguh seperti masih ada celah sebuah harapan, bahwa dunia masih punya cerita indah yang ia sisipkan dalam setiap kehidupan. Percayalah, kesedihan ada karena kebahagiaan terlahir setelahnya . Memberi sejuta warna pada insan yang merasakannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/85415037-288-k476295.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another chance
Short StoryMega mendung kian menemani, tak dapat lagi ku melihat birunya langit yang selalu ada sebelumnya. Tidak, aku salah. Sepertiku melihat sekejap cahaya melintas dalam gelap, aku harus mendapatkannya dan keluar dari titik suram ini sekarang juga. Ternyat...