SELASA - API

980 5 0
                                    

Selasa itu melambangkan Api.

Konon katanya sifatnya pemarah alias emosian. Jadi seram juga ya kalo emosinya begitu, jadinya mudah marah. (katanya).

Selasa itu tidak hanya mudah marah, tapi di sisi baiknya orang yang lahir di hari selasa adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan serta dapat menjadi motivator tapi sayangnya mudah tersinggung.
Seperti hal nya cowok yang bernama Cameo.

Cameo.

Dia salah satu murid yang terkenal cerdas dan rajin. Tetapi dibalik kecerdasan nya itu Cameo juga terkenal dengan emosi nya yang sangat tinggi dan suka meledak-ledak jika ada yang menyinggungnya. Maka tak banyak orang yang berani mengganggunya serta kaum hawa pun ngeri jika didekatnya. Karena tersinggung dikit mungkin ia akan memarahi nya.

Sampai suatu saat di terik nya matahari, Cameo sedang memasuki jam pelajaran olahraga. Pelajaran Olahraga adalah hal yang paling dibenci Cameo, karena dia tidak suka olahraga di bawah teriknya sinar matahari melainkan lebih suka membaca buku di perpustakaan yang sejuk.

Satu teman Cameo yaitu Dedi mungkin meledek Cameo dengan sindirannya "masa teori dipinterin tapi olahraga cupu sih".
Mungkin tanpa Dedi sadari omongan itu sangat menyinggung hati Cameo.

**** TETTT ****
Bel istirahat berbunyi.

Seluruh teman Cameo mulai beristirahat dan membeli minum setelah jam pelajaran olahraga yang menguras tenaga itu. Sedangkan Cameo tak henti-henti nya memandang Dedi dengan penuh emosi seperti singa yang ingin menerkam mangsa nya.
"Lihat aja loe Ded! Pulang sekolah abis sama gua!" Kalimat yang terucap dipikiran nya.

* * *

"Woy Cam! Kantin yuk temenin gue." Ucap Gilang teman sekelas Cameo di kelas XI IPA3 SMA Harapan.

Cameo yang sedang emosi memperhatikan Dedi daritadi akhirnya sadar dan sedikit terkejut karena teman nya mengajaknya ke kantin.

"Oh iya. Ayo Lang"

Cameo berjalan berdua bersama Gilang teman karib nya di kelas, yang mungkin sudah tahu bagaimana menanggapi sikap Cameo yang emosian itu, hingga dia tidak takut untuk berteman dengan Cameo dan mungkin salah satu trik nya agar dia mendapatkan contekan dari murid yang terkenal cerdas itu. Lalu Gilang pun menanyakan sesuatu pada Cameo selama perjalanan ke kantin.

* * *

Cameo POV.

"Loe kenapa sih? Muka loe perasaan kaya lagi kesel gitu?." Ucap Gilang menanyakanku.

"Gue lagi kesel sama seseorang!" Ucapku geram.

"Kesel sama siapa loe?"

"Dedi." Ucapku sedikit geram.

"Memang ada masalah apa loe sama dia?."

"Tadi pas jam pelajaran Olahraga dia kayanya nyindir gua ga becus olahraga cuma bisa teori doang gitu." ucapku menjelaskan.

"Oh gitu. Yauda mending kita beli es sekarang biar hati loe sejuk." Ucap Gilang menenangkan.

Mungkin Gilang berfikiran yang sama dengan Dedi. Tetapi dia karib terdekatku, aku tahu dia ga akan berani menyinggungku. Karena dia sudah tahu bagaimana sifatku sebenarnya yaitu mudah tersinggung.

"Mau es apa loe cam?." Ucap Gilang menawarkan.

"Gue good day cappucino aja Lang." Ucapku pelan.

"Ok."
"Bang good day cappucino nya satu ya."

"Loh. koq loe cuma pesen punya gue doank sih?" Ucapku sedikit bingung.

"Hehe gapapa gue tiba-tiba ga haus aja." Ucapnya semakin membuatku bingung.

"Ah loe mah aneh. Loe yang ngajakin loe yang ga beli." Ucapku sedikit ga enak.

"Udah gapapa. Kita ke kelas yuk." Ucap gilang mengajakku.

Aku hanya diam dan meminum es ku sambil berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasku yang berada di lantai 2 gedung sekolah ini bersama Gilang. Tiba-tiba Dedi yang tadi sempat menyindirku melewat dihadapanku dengan mata memicing meledek. Emosi... Itu yang aku rasakan saat ini. Ingin sekali aku langsung menghabisi nya disini. Tetapi tak mungkin aku berkelahi di sekolah demi menjaga image ku.

Sesampai nya ku di kelas tak lama bel sekolah telah berbunyi kembali menandakan istirahat sudah selesai.

Tak menunggu lama guru matematika ku datang dan langsung memberi materi algoritma. Matematika, merupakan pelajaran yang mungkin hampir semua murid membenci nya karena akan menguras otak mereka.

Tetapi tidak denganku. Aku memang terkenal cerdas di sekolah terutama di kelas ini. Makanya tak sedikit teman dikelasku yang mendekati diriku karena ingin meminta contekan kepadaku.

Namun aku tak sebodoh dan selemah orang pintar yang biasanya culun dan kutu buku berkacamata. Aku mungkin hanya membantu teman sebangku ku, siapa lagi kalo bukan Gilang. Cuma dia yang mengerti bagaimana aku dan cuma dia yang bisa menenangkanku.

**** TETTT ****
Bel pulang sekolah berbunyi. Menandakan semua murid yang bersekolah mulai kembali pulang.

Namun tidak denganku. Aku terus menatap tajam seseorang yang daritadi membuatku kesal dari kejauhan. Langkah demi langkah ku ikuti dia dan mulai sedikit berlari karena takut dia kabur dari hadapanku. Setelah kutau ia berada di luar gerbang sekolahku, Aku langsung menyergap dan menyekap mulut nya lalu menarik nya ke belakang gedung sekolah tanpa dicurigai siapapun.

* * *

'Bug..' satu tinjuan melayang ke perutnya.

"Maksud loe apa tadi hah? Ngomong kaya gitu di belakang gue?!" Ucapku dengan sedikit nada tinggi.

"Maksudnya apaan sih Cam? Memang gue salah apa sama loe?." Ucap Dedi masih tak mau mengaku.

'Bug' tinjuan kedua melandas mulus di pelipis Dedi.

"Masih belom ngaku juga hah?!" Ucapku geram.
"Perlu gue tonjok sekali lagi biar loe sadar?!" Ancamku.

Dedi yang tak bisa apa-apa melihat emosi ku yang meluap-luap akhirnya ia mengaku bahwa dia bersalah.

"Iya maaf. Gue tau gue salah udah nyindir loe tadi saat olahraga." Ucap nya lemas sambil memegang pelipis yang agak sedikit membiru.

"Sekali lagi loe berani nyindir gue atau bikin gue kesel, jangan harap loe selamat dari gue!" ancamku membuat Dedi sangat ketakutan.

"Sekarang loe gue ampunin! Pergi sana!" Sambungku.

Dedi yang sudah ku beri pelajaran akhir nya melangkah pergi dan tak berani berkata apa-apa lagi.

* * *

Makna Hari Kelahiran (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang