Tangannya yang dingin menyentuh pundakku pelan."Michael.." Aku berdesis lirih.
"Ayo kita kembali, Nona"
"Kumohon, biarkan aku disini sebentar lagi, sipir penjara tadi bilang bahwa aku akan bisa bertemu Jiyong setelah dia selesai di interogasi"
Dia menghela nafas pelan lalu ikut duduk di sampingku "Tapi Tuan besar bilang anda harus pulang, ini perin.."
"Kali ini saja, kumohon!"
Pandanganku kembali pada pintu ruang tempat dimana Jiyong sedang di interogasi. Ya tuhan! Dia tidak tahu apapun, tapi sekarang dia dituduh menjadi seorang pembunuh, mungkin saja sekarang ia dipaksa dan disiksa di dalam agar mau mengakui hal yang tidak dilakukannya. Dan aku? Aku bahkan tidak bisa berbuat apa apa meski tahu yang sebenarnya.
Ya aku tahu! Appa yang melakukan semua ini! Beliau menjebak Jiyong saat tahu bahwa aku punya hubungan dengannya. Aku begitu menyesal telah menyeret namja yang kucintai ke dalam kehidupan hitamku sebagai putri tunggal seorang yakuza. Andai saja aku tidak jatuh cinta padanya, andai saja kami tidak bertemu, andai saja..
"Nona" Michael, meremas pundakku pelan, mencoba menguatkan atau malah menghentikan isakanku yang mulai mengeras. "Tidak bisa begini, anda harus segera pergi, kita akan segera ke Amerika"
"Aku tidak mau kesana! Mereka akan menikahkanku dengan putra seorang gangster, kau mau hidupku berakhir ditangan para gangster kasar tersebut?"
"Tapi apa anda mau hidup Kwon Jiyong berakhir ditangan Tuan besar?"
Perkataannya membuatku terpekur sejenak. Ia benar, Jiyong akan dalam bahaya jika tetap bersamaku. Kutatap pintu ruang interogasi itu lagi.
"Michael, maukah kau menolongku?"
"Sure, my lady.."
"Selamatkan Jiyong dari sana, setelah itu aku janji tidak akan pernah muncul di kehidupannya lagi"
"As your wish"
-..-
Washington DC, setahun kemudian.
Kutatap foto pernikahan yang terpajang di depanku. Hampa. Bahkan tidak ada perasaan apapun yang menelisik hati saat menatap diriku yang terbalut gaun berwarna ivory, dan juga seorang pria yang kini menjadi suamiku di foto itu.
Aku sedikit tersentak saat mendengar pintu kamar diketuk.
"Kau sudah siap Nona?" Suara rendah Michael terdengar dari balik pintu. Aku tidak menjawab.Pintu berderit, terbuka sedikit menampakkan sosok butlerku selama bertahun tahun itu.
"Ayolah, Tuan Muda sudah menunggu anda"Aku menurut. Berjalan keluar mengikutinya menuju SUV yang telah terparkir rapi di pintu depan. Seperti biasa, tidak ada siapapun disana kecuali pelayan. Tuan Muda yang dimaksud Michael adalah suamiku, dan ia tentu saja tidak menunggu disini. Melainkan di krematorium. Kami akan melakukan upacara peringatan kematian ayahku di Krematorium yang ada di Chinatown.
Aku memasuki mobil, begitupula dengan Michael. Dia yang menyetir.
Keheningan langsung menyelimuti kami berdua begitu ia menjalankan mobil. Tak sengaja kutatap mata Michael yang juga menatapku lewat kaca spion. Pandangan kami bertemu.Aku melengos, lebih memilih menatap jalanan yang sedikit lengang. Tapi tunggu..
"Mic, kita mau kemana? Ini bukan jalanan ke Chinatown"
"Anda akan segera tahu Nona"
"Kau jangan macam macam Michael!"
Dia menatapku lagi lewat kaca spion, menyeringai. "Apakah setelah bertahun tahun melayanimu, anda masih tidak percaya padaku?"
Aku bungkam. Memilih diam dan menurut saja. Kemanapun ia membawaku, aku tidak peduli. Meskipun dia akan membunuhku aku sudah tidak peduli lagi. Hidupku sudah kosong.
Mobil berhenti, tepat di depan kawasan pergudangan yang sama sekali tidak kukenali.
"Turunlah Nona, seseorang menunggumu disana"
Bisa kulihat sosok seorang pria berdiri di kejauhan. Dia kelihatan asing, tapi entah kenapa juga terlihat begitu familiar. Michael langsung turun, dan menghampiri lelaki tersebut. Aku mengikutinya.
"Nona" Ujarnya sambil sedikit mengurangi kecepatan berjalannya, mengimbangiku.
"Hmm?"
"Saya sangat tidak suka melihat anda setahun terakhir ini, jadi saya akan melakukan apa saja untuk mengembalikan senyum cerah ke wajah anda"
Aku tersenyum mendengarnya, kami semakin dekat menuju laki laki misterius tersebut. "Kau memang butlerku yang bisa diandalkan, tapi kurasa usahamu sia sia"
"Saya tidak berfikir begitu"
Deg!
Langkahku terhenti sempurna saat melihat sosok lelaki tersebut. Dia..
"Jiyong Oppa?"
Pandanganku beralih ke Michael. Dia tersenyum "Pergilah Nona, saya juga sudah menyiapkan mobil, kita tidak bisa memakai mobil milik anda karena sudah dipasang alat pelacak"
"Kenapa kau melakukan ini? Kau tahu kan konsekuensinya, kau bisa.."
"Saya tahu, saya akan mati bila Tuan Muda mengetahui bahwa saya telah merencanakan ini semua"
"Lalu kenapa kau.."
"Orang lain juga tidak akan membiarkan orang yang dicintainya menderita bukan? Begitu pula dengan saya"
Aku terperanjat mendengarnya "Mic?"
"Cepat pergi, sebelum Tuan muda tahu ada yang tidak beres. Pergi yang jauh, jangan pernah kembali lagi Nona"
Aku kembali menatap wajah Jiyong yang mendekat, dengan senyum indah yang selama ini sangat kurindukan.
"Mic, bagaimana denganmu?"
"Itu urusan saya Nona"
Mataku memanas dan pertahananku runtuh juga. "Michael, bisakah aku meminta sesuatu darimu?"
"Sure, my lady"
"Terima kasih untuk semua ini dan jangan biarkan para penjahat itu membunuhmu "
"As your wish"
-..-
Wkwkwk.. eotte?
Aku tahu ini aneh, tapi cuma ide ini yang sudi melintas di kepalaku sekarang. Oh ya buat Kharismaxxxi makasih banget udah mau bikinin aku fanfict yang super sweet itu :3
Dan tokoh Michael ini memang terinspirasi dari cerita The Lady and The Devil-nya Redcherry :3
Aku tahu ceritanya gaje tapi jangan bosan baca ceritaku ya :v
Love love
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Fanfiction
FanfictionKumpulan fanfiction absurd hasil pemikiran seorang fangirl akut yang merindu biasnya *eh