Part 1

777 121 9
                                    

DINASTI JOSEON 1632

     Di Joseon beberapa dayang tampak hilir-mudik memasuki paviliun timur. Paviliun timur merupakan tempat peristirahatan Putra Mahkota.

     Hari ini Putra Makhota dijadwalkan untuk memberi beberapa soal untuk para pelajar yang akan mengikuti ujian masuk istana. Acaranya akan dimulai sebentar lagi dan Putra Makhota sangat antusias akan hal itu, ia tersenyum bahagia dan cepat-cepat menyelesaikan soal yang akan diberikannya pada Kasim untuk diserahkan pada para pelajar.

    Meskipun Putra Mahkota terbilang masih cukup belia, yaitu 18 tahun tapi soal kepandaian Putra Makhota dalam memberi soal patut untuk diacungi jempol. Semua itu tentu saja berkat kepandaian Ratu In Hwa yang memilih untuk mendidik langsung Putra Makhota.

    Lee Chanyeol Putra Mahkota terpilih, yang lahir dari ratu bernama Park In Hwa dan Raja Lee Doo Joon. In Hwa sendiri merupakan anak dari Perdana Mentri Pertahanan Park In Guk yang lahir dengan kecerdasan luar biasa.
Lee Chanyeol lahir mewarisi wajah  tampan Ayahnya, Raja Lee Doo Joon yang terkenal pandai dan bijaksana pada rakyatnya ia juga terkenal setia pada Ratu In Hwa dan hanya mempunyai seorang selir saja.
Dalam pelajaran, Chanyeol mewarisi kepintaran Ratu In Hwa, menjadikannya pandai dalam hal politik maupun urusan negara.

"Ah, tidakkah soal ini terlalu mudah untuk mereka?" guman Chanyeol mengangkat penanya dari atas kertas dan mencelupkannya pada tinta yang berada disamping gulungan kertas tersebut. Setelah dirasa cukup ia kembali mengarahkan penanya diatas kertas untuk melanjutkan kalimat terakhir soal yang dibuatnya.

"Jeoha, hamba Kasim Nam memohon diri untuk masuk." Seru Kasim Nam dari luar pintu paviliun Chanyeol.

Chanyeol yang sedang fokus berjegit kaget karena keseriusannya hingga tampa sadar menjatuhkan pena yang ia pegang ke pakaiannya sendiri. Namja itu berdecak pelan menatap pintu yang terbuka, menampilkan wajah tampa dosa Kasim Nam. Nam Woo Hyun atau yang biasa dipanggil Kasim Nam adalah orang yang sudah mengabdi kepadanya sejak kecil.

"Bukankah sudah kubilang untuk jangan masuk sebelum aku memanggilmu eoh?"

Kasim Nam menunduk takut. "Jweosonghamnida Jeoha,"

Chanyeol tersenyum penuh arti dan mengerakan tangannya memanggil Kasim Nam.

"Kemarilah." Panggilnya dari meja belajar. Kasim Nam mengeleng, ia merasa hal buruk akan segera terjadi padannya.

"Ye, Jeoha." 

Takut-takut Kasim Nam mendekat menuju meja belajar Chanyeol.
Chanyeol tersenyum manis sekali sembari mengelus-ngelus pakaiannya yang terkena tinta pena. Mata Kasim Nam membulat sempurna.

"Hamba mohon ampun Jeoha!!" seru Kasim Nam meluruh dilantai tepat dihadapan Chanyeol.

"Ck."

Chanyeol berdecak kemudiaan bangkit berdiri dari duduknya sembari menepuk-nepuk tinta yang sudah mengering dibajunya. Chanyeol mendesah tertahan.

"Ah, apa yang harus kulakukan dengan pakaian yang terkena tinta ini Kasim Nam?"

Kasim Nam semakin meluruh mendekatkan diri pada lantai dibawahnya. Pertanyaan Chanyeol terkesan mengintimidasi. Kasim Nam tahu Chanyeol pasti punya recana untuknya. Dan tentunya itu bukan recana yang baik. Oh, jangan salahkan Kasim Nam yang sangat mengenal Chanyeol bahkan sebelum anak itu lahir, ia sudah sangat mengenalnya.

Two Worlds [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang