Kambing & Monyet

11 1 0
                                    

"Bimo?"

"..."

"Bim, apaan sih? Ditanya dari tadi malah bengong aja," tutur Maya.

"May, gue gay," tutur Bimo dengan berusaha menatap wajah Maya.

"..."

Sakit. Rasanya sakit, pikir Maya dalam hati.

"serius? Haha. Bisa ya lo nyembunyiin hal ini dari gue," ujar Maya diiringi dengan senyuman terbaiknya.

Tahan May, tahan.. Jangan nangis.

"..."

"Bimo, lanjutin lagi ceritanya. Terus gimana?" ujar Maya merajuk kepada Bimo dengan nada manjanya.

"Lo, nggak marah May?" tanya Bimo yang kini kebingungan.

"aduh, ngapain harus marah sih Bim, lo nggak melakukan sesuatu aneh," tawa Maya.

"pikir gue, lo sekarang akan marah dan gampar gue mungkin, atau ninggalin gue sambil lo siram ice lemon tea punya lo itu ke gue," tutur Bimo.

"kan, drama, sinetron abis, ya nggaklah Bim, gue orangnya santai, lo kaya baru kenal sama gue kemaren sore aja," tutur Maya.

"Syukurlah, kirain gue lo bakal marah, gue nggak mau kehilangan sahabat gue setelah jujur," ujar Bimo.

"malah gue akan ninggalin lo ketika bohongin gue terus," ujar Maya. "Kita ini sahabat Bim, for almost four years, God! Lo masa tega bohongin gue terus,"

Gue yang bohong Bim, gue.

"terus, terus, siapa lelaki yang sukses merebut hati lo, duh perdana gue sebut itu, haha," ujar Maya.

"Loe ini, pelan-pelan sih, ngomongnya," ujar Bimo sambil memukul pelan kepala Maya.

"Aw, sakit Bim, sorry sorry,"

"Ada, seseoranglah, nanti gue kenalin sama lo, dan lucky you, sebentar lagi orangnya akan ke sini," tutur Bimo.

Sialan.

"Oh ya? Kenapa dadakan sih Bim! Gue kan belum cantik hari ini," jawab Maya.

"Lo cantik setiap hari kok May, gue akan selalu suka,"

Jangan ngomong gitu Bim, jangan.

"mana orangnya Bim?" rajuk Maya.

"Sabar sih May, masih kerja orangnya," tutur Bimo.

"Oh, jadi pekerja? Sugar daddy?" goda Maya.

"Sembarangan, udah ah, gue mau pesen dulu, tunggu ya," Bimo pun berlalu meninggalkan Maya yang sudah melamun ke luar jendela.

===================

Agustus, 2013.

Hari ini adalah masa Ospek kampus baru Maya. Maya yang berasal dari Sumedang, sangat buta dengan yang namanya kota Jakarta.

Karena keberuntungan Maya (ya, Maya menyebut memenangkan SNMPTN masuk Universitas Indonesia adalah suatu keberuntungan), ia bisa merasakan kehidupan di kota Jakarta, impiannya.

Maya mengaku dirinya berasal dari kota kecil.

Awal mula dirinya datang ke Jakarta pun merasa kaget. Walaupun dahulu ia sering main ke Jakarta, namun dirinya tak pernah lama tinggal di kota yang disebut tidak pernah tidur itu.

Rasa berbeda Maya dengan orang-orang disekelilingnya pun sangat terasa. Dirinya bukanlah orang odik, Maya sangat mengerti fashion.

Bisa dikatakan, dirinya termasuk orang yang update terhadap zaman modern.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

She & HimWhere stories live. Discover now