Badai Murka Para Raja

121 1 0
                                    


Raja angin sedang mengamuk.
Mengangkat helai demi helai atap seng rumah manusia dengan mudahnya,
membuat pohon kelapa yang dikenal sangat gagah berani menjadi lunglai, bergoyang.
Menjatuhkan bibit-bibit padi yang baru saja disemai, petani menangis.
Raja angin, suaranya terdengar menyeramkan meski manusia sudah menutup telinga,
tak peduli membuat anak-anak menangis, meringis dan berlindung di balik sang ibu.
Sekaligus menjadi hakim bagi mereka yang sangat dibenci Yang Mulia.
Yang mulia hanya sedang murka.

Begitu pula dengan Raja Hujan.
Barak hitam yang telah dipersiapkan di langit sana,
akhirnya menurunkan pasukan hujan yang sangat banyak.
Dengan kecepatan penuh sampai di permukaan bumi, menyebarkan ketakutan, ancaman.
Menghancurkan apa yang diinjaknya, membuat genangan hingga banjir dari kutukannya.
Pasukan hujan bagaikan tombak yang runcing menusuk manusia-manusia hina,
dibantu oleh Raja Angin yang memberikan arahan, pasukan hujan semakin beringas.
Tak ada yang bisa menghentikan kemurkaan Raja Hujan.
Yang mulia benar-benar sedang marah.

Tatkala petir datang menyambar, tanda satu lagi kemurkaan datang.
Pangeran halilintar datang membantu kedua raja, menandai dunia akan bernasib tragis.
Tidak hanya satu kali, dua, tiga hingga puluhan kali pangeran halilintar menghunus pedangnya.
Membakar segala yang ditebasnya, menaklukkan manusia-manusia yang masih berani menatap langit.
Putri dingin, tidak ada yang pernah merasakan hawa kehadirannya.
Meskipun begitu, telinganya sangat sensitif untuk hal seperti ini.
Anak-anak berteriak, para manusia berselimut, menggigil, tersiksa, tak tahu nasib apa akan membawa.
Tanda Putri Dingin telah datang, bukan untuk berperang. Untuk menyiksa.

Para raja, pangeran halilintar dan putri dingin benar-benar murka.
Hingga mereka puas, tidak ada yang bisa menghentikan bencana ini.

Alam murka, benar-benar murka. Bukan murka tanpa sebab.
Alam murka pada manusia, pada kutu yang telah membuatnya sakit selama ini.
Kutu yang harus dibasmi, bagaimanapun caranya.
Walaupun begitu, alam tidak berani untuk melenyapkan seluruh manusia.
Karena pasti ada di antara manusia yang akan menghilangkan kemurkaannya kelak.

Padang, dibawah atap yang dihadang pasukan hujan, 27 September 2016.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan Puisi EarlFTWhere stories live. Discover now