><

80 4 0
                                    

Tak terasa malam kini tlah berpulang setelah menjalankan tugasnya. Kini langit terang berganti menyelimuti dan udara sejuk menusuk ke kulit membuat rambutnya berdiri kedinginan. Tara terbangun karena dinginnya udara ditambah pendingin ruangan yang disetelnya sangat rendah.

Pemuda itu segera menetralkan tubuhnya dengan air hangat. Setelah selesai Tara mengenakan seragam sekolah beserta atributnya. Menyisir rambut adalah rutinitasnya serta menambahkan sedikit pomet diujung ujungnya. Ia kemudian menuju meja makan, namun percuma saja disana tidak akan ada sumber makanan.

Brakkk

Suara gebrakan seseorang membuat Tara melihat siapa gerangan orang tersebut. Papa Tara berdiri dengan mata nyalang sambil membawa sebuah kertas yang diyakini adalah surat panggilannya.

"Jelaskan!" Sergapnya.

"Panggilan BK".

"Kamu kira papa memiliki waktu untuk mengurus urusan seperti ini? Sudah papa bilang jangan berbuat ulah, ini kali pertama kamu mendapat panggilan memalukan".

"Toh masih kali pertama pa, papa dan mama harus mencobanya. Pasti mengasikkan bukan?".

"Kali pertama setelah itu pasti ada kali kedua dan seterusnya tanpa tahu itu akan berakhir kapan. Papa tidak punya waktu dirimu urus saja sendiri".

"Papa tak punya waktu sedikit pun untukku? Lalu buat apa papa dan mama memiliki anak tanpa mau memedulikannya" ucapnya datar.

"Maksudmu apa kami tidak peduli".

"Masih tidak merasa juga pa? Setiap hari pulang larut dan pergi subuh. Apa papa kira aku tak kesepian, untung saja aku lebih memilih hal positif daripada menjadi pengedar atau pengguna narkoba".

"Berani kau coba barang haram itu, papa tidak akan menganggapmu sebagai anak".

"Harusnya ku coba saja, bagus juga kan jika ada berita eksklusif tayang dengan topik anak dari seorang anggota DPRD jatim Hadi Mahendra terseret kasus penyalahgunaan sabu seberat 2 gram. Habis sudah nama baikmu".

"Kurang ajar" Hadi mengepalkan telapak tangannya sambil menatap kesal anak sematawayangnya.

"Aku tak yakin kekayaan yang kau miliki murni dari gaji mu sebagai abdi negara. Pasti banyak juga uang rakyat yang kau sisipkan dikantongmu" perkataan Tara barusan membuat Hadi melayangkan bogem mentah ke arahnya. Mama Tara histeris ketika melihat aksi debat suami dan anaknya sampai terjadi adu perkelahian.

"Pa sudah pa kamu melukai Tara" Hadi menarik kerah seragam anaknya tanpa main main.

"Aku tak terima dengan ucapannya ma".

"Jika kau marah berarti memang benar begitu kenyataannya".

"Sudah pa, Tara cukup jangan kau balas ucapan papamu" lerainya.

"Ulah apa yang kau perbuat hingga mendapat panggilan? Apa kau bolos pelajaran atau selalu terlambat?".

"Hanya minum sebotol minuman keras".

Hadi tak mampu berkata apa apa setelah mendengar pernyataan terakhir putranya. Antara kecewa dan tak habis pikir dengan kelakuan anakknya itu.

"Terkejut bukan? Begitu saja terkejut, ulahku tak sebejat ulahmu dulu asal papa tahu" Tara mengambil ransel sekolahnya dan pergi meninggalkan kedua orangtua itu tanpa berpamitan. Tara mengeluarkan motornya dan mengendarainya membelah surabaya yang telah ramai dengan hiruk pikuknya kendaraan.

Tara melihat seseorang dengan tas bewarma biru pastel bergambar little pony, ia ingat sekali bahwa itu tas milik Sarah. Dikejarnya gadis itu hingga berada sejajar. Sarah melirik seseorang yang tiba tiba mendekatinya.

"Hey" siapa lagi kalau bukan Tara. Sarah mengacuhkan sapaan Tara dan lebih memilih meninggalkan pemuda itu.

"Tunggu, selalu saja berjalan cepat. Sudah ku bilang langkah kakimu tak sebanding dengan kaki panjangku".

"Jangan ikuti aku!".

"Siapa juga yang mengikutimu, aku hanya mau ke kelas".

"Yasudah menjauh" Sarah mempercepat langkah kakinya.

Kenapa dengannya batin Tara menerka nerka.

Kring kring

Pelajaran jam pertama telah dimulai dan tak terasa istirahat pun akan sampai. Sarah bersama kedua sahabatnya keluar menuju kantin untuk membeli sebungkus nasi.

"Kamu kelas berapa ya?" Kata seorang guru tiba tiba menghentikan langkah ketiganya.

"Kelas duabelas IPA tiga bu. Ada perlu apa ya?" Jawab Sarah dengan ramah.

"Tolong panggilkan Tara Mahendra karena ada panggilan dari BK ditunggu orangtuanya dan juga pak Mamat untuk bimbingan konseling".

"Baik bu" tak lama kemudian guru tersebut berlalu pergi.

"Biar gue aja Sar lo tunggu sini" kata Zoya.

"Gue aja, jangan khawatir" Sarah kembali ke kelas dan menghampiri Tara yang sedang tidur bersembunyi wajah.

"Tara dipanggil BK" Tara terbangun mendengar ucapan seseorang itu. Tak menunggu waktu lama, Sarah membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi. Namun tangannya dicekal oleh Tara. Lagi lagi darahnya berdesir dan detak jantungnya kembali tak terkendali.

"Antar aku".

"Pergi sendiri".

"Kumohon" Tara mencekal erat pergelangan tangan Sarah.

"Bangunlah". Tara berdiri dan tetap memegang tangan Sarah. Keduanya berjalan beriringan sambil perlahan Sarah berusaha melepaskan cekalan Tara hingga tangan mereka tak lagi bertautan.

"Terimakasih" Tara memasuki ruang BK sedangkan Sarah berjalan menjauh dan menuju tempat dimana teman temannya berada.

Tara melihat kedua orangtuan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey and ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang