Part 2

6 0 0
                                    


Seorang gadis sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Selang infus serta alat bantu pernafasan telah terpasang dihidungnya. Sudah 2 hari lamanya ia tidak sadarkan diri. 3 orang wanita dewasa sedang duduk mengelilinginya dengan raut wajah yang sedih.

Flashback

"kak.. Tenang yaaa.. Jangan terlalu banyak emosi kak, Nanti stres " jinan mencoba untuk menenangkan kakaknya yang emosinya telah memuncak. Ghina selalu emosi tentang semua hal yang menyebabkan adiknya kenapa-napa.

"Dir..Cepat kamu check key, ambil kunci cadangan di kamar kakak"perintah Ghina.

Dira dengan sigap menuju lantai dua setelah kunci kamar itu dia dapat, ia segera membuka pintu kamar adiknya.

Tubuhnya bergeming mencerna apa yang terjadi.

"k.. Keyy"katanya dengan suara berbisik. Dengan langkah seribu dia menghampiri key yang telah tergeletak di lantai kamarnya dengan tangan yang memegang dada. Ia begitu panik melihat mata adiknya tertutup.

"KAKKKKKKK JINANN KAK GHINNNAAAAAA"teriakknyaa lantang.

Seolah tahu hal buruk telah terjadi keduanya langsung berlari menaiki tangga.

"ada ap...  KEYYYYY"perkataannya terputus melihat key. Tanpa pikir panjang ia segera menelpon ambulance.

"ada apa dir, kenapa bisa seperti ini"tanya ghina, ia berusaha setenang mungkin diantara kedua adiknya yang telah kalang kabut.

"akk.. Aku gak tau kak. Tiba-tiba saat ku buka pintu key sudah ada di lantai. Mungkin asmanya kambuh"jawab Dira dengan air mata berlinang, ia miris melihat keadaan adiknya yang memang memiliki kondisi lemah ditambah dengan kedua orangtuanya yang tidak berada di tempat.

Dulu hal seperti ini sering terjadi namun, ia hanya bisa melihat dari jauh karena orangtuanyalah yang segera turun tangan. Lalu, beberapa tahun telah berlalu adiknya tidak pernah lagi sakit, karena dokter telah menyatakan ia sembuh sehingga orangtuanya lega untuk menitipakan adik kecilnya ini kepada mereka.  Namun, nyatanya sekarang ia harus melihat adiknya pingsan di tangannya.

Flashback Off

"maafkan kakak yaa key, kakak janji gak akan bentak kamu lagi"suara lirih itu berasal dari Ghina. Sekarang ia berpikir bahwa dirinyalah penyebab adiknya seperti ini.

Sementara, Dira hanya berdiam diri di pojok ruangan. Mata sendunya menatap sedih adiknya dan juga kakaknya yang sedari tadi tidak ingin beranjak.

"kak.. Ini salah aku yaa..  Coba aku datengnya lebih cepet, mungkin gak seperti ini"lirih Dira, ia mengingat betul kejadian saat ia memangku kepala adiknya.

Tubuhnya merosot ke bawah seperti badannya tak memiliki tulang lagi wajahnya ia telungkupkan pada kedua lututnya.
Ghina tidak tega melihat Dira, namun ia bingung harus melakukan apa saat ini dirinya sedang bersedih hingga tak bisa berfikir lebih dalam.

melihat kondisi dira,  Jinan akhirnya  turun tangan untuk menenangkan Dira.

Dielusnya pundak adiknya itu pelan, "sudah dekk..  Ini bukan salah kamu kok. Ga ada yang salah disini".

Dira mendongkak menatap Jinan yang berada di sampingnya. Langsung saja di peluknya Jinan dengan erat seakan -akan Jinan akan pergi.

"kakk..  Maafin aku. Maafin aku gak becus jagain dia. Padahal aku tau kakak dan ka Ghina sibuk banget. Sementara, aku yang gak terlalu sibuk gak Jaga dia, aku minta maaf kak" Dira mencurahkan semuanya ke pundak sang kakak

"iya gak papa kok dir..  Jangan salahin diri kamu yaa. Tambah jelek loh kalau nangis"ujar Jinan mencoba mencairkan suasana. Dira langsung melepas pelukannya.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang