Dari mana ya harus ku ceritakan mungkin dari diriku sendiri lebih baiknya. Baiklah...
Hello Namaku Renia Keyra, biasanya di panggil Rere namun kakakku lebih suka memanggil dengan nama Key, aku anak terakhir dari empat bersaudara dan kami semua adalah perempuan. Aku sekarang duduk di bangku sekolah menengah atas di tahun kedua. Umurku masih menginjak usia ke 16. Di usiaku yang terbilang sudah remaja ini kakakku masih saja menganggapku seperti adik kecil yang berumur 8 tahunan. Hal yang cukup membuatku stres karena mereka selalu membuatku menjadi kelinci percobaan seperti nasibku sewaktu kecil dulu. Dan lagi mereka bahkan terlalu protektif.
LINEE..
Tiba-tiba handphoneku bergetar, mengganggu saja. Pasti ini salah satu dari mereka.
DiraC : Dekk.. Kamu dimana?
Huh.. Benerkan? Kak Dira ini adalah kakak ketigaku, sekarang ia berkuliah di UNF semester 4 dan mengambil jurusan ilmu komunikasi.
Tak ku pusingkan lagi chat nya.
Kita kembali ke topik.
Hari-hari di rumah dan sekolahku cukup jauh berbeda. Di sekolah aku akan menjadi anak yang super aktif dan bahkan sulit untuk berhenti berbicara. Namun,saat sampai di rumah Aku lebih memilih menjadi anak yang pendiam. Kadang kakakku sering memanjakanku namun, aku terkadang risih. Bayangkan saja saat temanku datang kerja kelompok di rumah bukannya ditawari minuman atau makanan kakakku malah memberikan mereka wejangan dan larang ini itu.TRING..
Balon percapakan messanger tiba-tiba muncul pada screen hpku.
Apalagi kali ini.
Ghina pandarma : Dekkk.. Tadi kata kak Dira kamu gak bls PCnya. Kamu gimana sih dek kan kakak-kakakmu ini khawatir kamu sampai kenapa-napa. Kamu dimana sekarang?
Aku di rumah kak.
Sungguh dalam sehari itu minimal 5 kali masing-masing dari mereka menelfon atau tidak mengirimiku pesan, untuk sekedar tahu keberadaanku dimana.
Ghina Pandarma : oke.. Kakak pulang sekarang yaa.
Terserah.
Bukan maksudku menjadi adik yang seperti ini namun, kadang seseorang itu memiliki titik terjenuh dan bosan terhadap sesuatu. Dulu saat aku masih kecil aku sangat menyukai perilaku dan sikap mereka yang seperti ini namun itu dulu, berbeda dengan sekarang. Seiring berjalannya waktu aku juga semakin tumbuh besar dan tahu berbagai hal yang mana baik dan tidak untukku.
***
Ku baringkan tubuhku di kasur empuk ini setelah selesai bersih-bersih. Saat suasana lagi hening-heningnya kamarku tiba-tiba saja terbuka dengan keras.
Brakk..
Kak Ghina berdiri disana masih lengkap dengan baju kantornya.aku hanya membuang muka. Di rumah ini sudah ada 2 pembantu dan 2 satpam yang cukup membuatku untuk merasa aman berada di rumah tanpa mereka bertiga. Tidak cukupkah itu bagi mereka?
"dekk.. Syukurlah kamu baik-baik saja"kata Kak Ghina yang mendekat kearahku. Aku hanya membalasnya dengan gumaman.
"kok gitu sih dek sama kakak"tanyanya dengan ekspresi sedih. Aku yang melihat itu merasa bersalah mungkin memang sikapku keterlaluan.
"nggak papa kok kak.. Aku hanya kecapekan"bohong pilihan tepat untuk sekarang.
Tapi, Raut wajahnya berubah menjadi cemas, "capek? Kakak pijitin yaa.. Tunggu disini".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life
Ficção AdolescenteEntalah apa yang harus ku tulis. random dan acak semua yang sedang kuraskan aku akan menuangkannya.