Jimin merasa sakunya bergetar, dia hanya perlu beberapa detik membaca nama si pemanggil dan langsung mengangkatnya.
"Tae?" Sehun menghentikan langkahnya yang hendak menyusul Jungkook.
"Apa? Kau bilang toilet, bagaimana bisa kau pulang? He-hei!" Jimin mengumpat menaruh kembali ponselnya, dan hal pertama yang dia lihat adalah ekspresi penuh tanya Sehun.
"Aku pulang, Sehun-ah. Nikmati saja pestanya." Jimin menepuk pelan pundak Sehun dan berlari kecil, jika sudah tidak ada Taehyung, maka itu tidak akan asik lagi bagi Jimin. Diam-diam Sehun membuang nafas lega.
"Hun, Jungkook mana?" Seorang wanita cantik dengan tubuh glamour mendekatinya, cantik tapi Sehun sama sekali tidak berselera, Taehyung jutaan kali lebih menarik.
"Ada di toilet, nuna."
"Oh, terima kasih Hun." Wanita itu mengerling sedikit ke arahnya, Sehun hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Bagaimana bisa Jungkook berakhir berasama perempuan ini? Sehun bahkan tidak datang ke acara resepsi pernikahan mereka.
______________________________________
"Hentikan, Jimin."
Jimin semakin menyelusupkan wajahnya diperpotongan leher Taehyung, Taehyung mencoba mengabaikan dengan masih menaruh fokusnya pada laptop dipangkuannya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa pulang?" Taehyung merasakan tangan Jimin menahan jemarinya yang sedang sibuk diatas keyboard.
"Kau lihat ini kan? Besok kita akan kembali bekerja. Kau membuat Hoseok-hyung marah, dan membuatku harus mencari nara sumber lain untuk presentasi besok. Kau sangat baik, Jimin." Jimin mencebikkan bibirnya dan memeluk pinggang Taehyung lebih erat.
"Itu kan tinggal sedikit, lanjutkan besok saja. Ayo tidur." Paksa Jimin, tapi Taehyung menatapnya bengis.
"Tidur duluan saja, Park. Kau bahkan tidak meminta maaf." Jimin mengeluh jengah.
"Taehyung, aku sudah mengatakannya sebanyak seribu kali kemarin."
Taehyung mengabaikannya lagi, Jimin menciumi pipi Taehyung, agar mendapat perhatian lelaki manis itu lagi, Taehyung menggerang kesal. Dia menutup laptopnya kasar, dan Jimin menyeringai menang.
"Tidur?" Taehyung mendorong dahi Jimin menjauh. Tapi Jimin kembali memeluknya.
"Menjauhlah, pengap sekali bodoh."
"Kau mengatai pacarmu sendiri, bodoh?" Taehyung tersenyum mengejek, dia mendorong dahi Jimin dengan telunjuknya.
"Kau..." dorong lagi.
"... bukan..." Dorong lagi, Jimin menatapnya kesal.
"...Pacarku." Jimin merenggut, dia manarik tengkuk Taehyung.
"Emmmm..." Jimin menekannya menciumnya sambil menahan nafas dan mengeluarkan bunyi yang lucu, ".....muaaahhh." Saat dia melepasnya, Taehyung terkekeh geli.
Akhirnya dia mengalah saat Jimin merebut laptopnya, menjauhkan benda itu dari jangkauan Taehyung. Kemudian menarik tubuh ramping Taehyung, memeluknya dan mencium dahi Taehyung sekilas."Selamat tidur, sayang."
Benar-benar teman rasa pacar. Tinggal menunggu waktu saja, Jimin tetap sabar kok.
Dia sangat percaya diri akan bisa memiliki lelaki cantik itu, cepat atau lambat. Tapi di beri sebegini besar kesempatan, sedekat ini dengan Taehyung itu sudah sangat cukup.Jimin mengatakan ini tulus. Benar-benar tulus sehingga tidak ada pengekangan seperti sebuah hubungan. Dia rela meninggalkan keluarganya yang super kaya dan tinggal di rumah Taehyung. Hoseok, kakak Taehyung juga tidak pernah melarang.