Part 2

12 3 4
                                    

Pagi seperti biasanya namun yang berbeda dari pagi ini adalah rasa mengantuk yang hampir tak bisa kutahan. Beberapa mata pelajaran hari ini membuatku semakin pusing. Ketika jam istirahat kusempatkan diri berada di perpustakaan. Kupilih tempat duduk paling ujung dan agak tertutup oleh lemari buku. Segera setelah mendapatkan posisi yang pas kukeluarkan buku tebal dari tas ranselku. Berniat melepaskan kejenuhan dari tekanan belajar, aku melanjutkan apa yang sudah kumulai.

"Buku itu.. Darimana kau mendapatkannya?" Setelah lama berkutat dengan buku di tanganku akhirnya ada seseorang yang menyadarkanku.

Aku menoleh ke arah sumber suara yang berada tepat di belakangku. Seorang murid laki-laki berdiri menatap kearahku dengan ekspresi sangat ingin tahu.

Aku ingat, dia orang yang sangat tertutup dan selalu menghabiskan waktunya dengan buku-buku di perpustakaan. Bahkan hampir tak pernah kulihat ia bergaul dengan murid-murid lainnya.

"Kau Largall kan?"
Tanyaku setelah mengingat namanya. Aku tahu namanya karena dia agak populer diantara murid perempuan. Jelas saja dia memang good looking walau badannya lebih mungil dariku.

"Sebaiknya kau hati-hati dengannya. Atau lebih baik kau buang saja."
Ucapnya ketus sambil berjalan kearah rak buku di depan meja tempatku sekarang.
"Tak kusangka buku itu sudah punya majikan baru."

"Hey tapi ini kan kosong."
Bantahku.

"Tentu saja." Dia tersenyum. Entah apa maksud senyumnya itu.
"Nanti malam bulan purnama. Sebaiknya kau segera membuangnya sebelum terlambat."
Ucapnya kemudian berlalu pergi sebelum aku sempat bertanya lebih jauh.

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

Malam itu kegiatan belajarku masih seperti biasa. Karena besok tak ada pekerjaan rumah jadi aku agak bersantai, dan kuputuskan untuk kembali membuka buku antik itu.

Seperti ada yang aneh, imajinasiku keluar dengan sangat lancar. Sudah berlembar-lembar kutulis tapi masih saja belum puas. Hingga tak terasa telah larut malam.

"Rhieth.."
Ada suara seseorang dari kejauhan.

"Prince Rhieth..."
Suaranya semakin mendekat. Semakin jelas.

Samar-samar mulai kulihat cahaya bersinar yang tak biasa. Dan seseorang yang aneh berambut panjang berdiri di ujung lorong. Dia tersenyum padaku sambil melambaikan tangannya seakan menunggu kedatanganku.

Aku tahu ini mimpi. Aku harus bangun sekarang kan. Tugas mengarangku harus segera selesai.

Rasanya tubuhku tertarik kembali-mencoba bangun dan saat itu aku sadar aku menahan diriku di kursi kamarku dengan kepalaku yang berada di dalam buku.

Iya, kepalaku masuk ke dalam buku yang ternyata memiliki dimensi lain. Aku berusaha menarik kembali bagian kepalaku dengan kedua tanganku menekan kuat ke meja tetapi sesuatu malah mendorongku ke bawah sana.

Aku terjatuh dengan suara patah. Ternyata itu suara tumpukan ranting-ranting di bawahku. Pantas saja tidak terlalu terasa sakit saat aku mendarat.

"Prince Rhieth kau lama sekali.."
Yang begitu mengejutkan lagi, sosok pria muda yang kulihat dalam mimpi itu ada di depanku. Mengulurkan tangannya dengan pose seperti seorang bangsawan.

Beberapa detik aku mematung menatapnya tak percaya. Aku masih bingung antara mimpi dan nyata.

"Oh, maaf aku belum memperkenalkan diri. Namaku Orvion Bladziell Luxas. Kau bisa memanggilku Orvion."

"Hah!"
Aku terkejut lagi kali ini. Nama itu. Aku mengetahuinya.
"Kau.. Da-darimana kau berasal?!"

"Aku berasal dari sini.. ah ada hal penting yang harus kita lakukan sekarang Prince."

"Tu-tunggu.. kenapa kau memanggilku Prince?"
Aku semakin tak mengerti semua kegilaan ini. Dia adalah seseorang yang kutulis dalam buku-

"Anda kan Prince Rhieth Reagan Verdanzei. Prince yang kami tunggu kedatangannya untuk memimpin negeri ini."

Oh tidak!!
Aku baru sadar dengan wujudku sekarang. Aku punya rambut panjang dan pakaian yang bagus.

"Katakan kalau ini adalah negeri Erion. Dan kau Orvion yang membantu Prince Rhieth menghadapi- Oh tidak! Apa aku harus mengalahkan Luiffard.."
Kepalaku mulai terasa pusing memikirkan hal itu. Dia mengangguk mengiyakan.

Tak kusangka aku harus menghadapi hal seperti ini. Aku tahu hal selanjutnya tapi aku belum menuntaskan semua cerita ini. Jadi aku tak tahu aku harus menghadapi seseorang yang jahat nanti.

"Kita harus mendapatkan pedang Erion sebagai tanda kalau kau Prince yang akan menaiki tahta. Sebelum Luiffard yang mengambilnya."
Orvion menarik tanganku terburu-buru.

"Ini. Minum ini dulu."
Orvion mengulurkan sebuah botol antik berwarna keemasan berukuran satu kepalan tangan. Aku menerimanya dan membuka tutup botol itu. Melihat isi di dalamnya cairan berwarna bening seperti air biasa.

Mungkin dia tahu aku akan kehausan jika berjalan di cuaca panas begini walau kita sedang di dalam hutan dengan pepohonan lebat. Begitu aku meneguk air itu ternyata terasa pahit dan kumulai merasakan badanku agak aneh.

Aku baru ingat. Itu ramuan ajaib agar aku tak merasa lelah; karena kita sedang dalam perjalanan yang sangat panjang.

Kita terus berjalan menelusuri hutan yang indah. Banyak bunga berwarna-warni dan ada yang berukuran besar menjulang tinggi bahkan melebihi tinggi pohon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang