BAB 5

2.2K 236 2
                                    

Natalie membuka pintu balkonnya dengan hati ceria dan menghirup udara pagi itu dengan senyum cerahnya yang secerah matahari pagi terbit. Dia sudah mandi dan berpakaian lengkap seragam putih abu-abunya bersama rambut panjangnya yang dikepang gemuk. Dia menumpukan kedua sikunya pada tepian balkon dan memaku mata indahnya pada balkon di seberangnya. Terlihat pintu kamar di seberang tidak terbuka namun Natalie seakan yakin bahwa sang pemiliknya berada di dalam sana.

Dugaan Natalie tidak meleset. Ali memang sudah bangun sejak subuh dan pagi itu dia sedang membersihkan lensa kameranya tanpa membuka pintu balkonnya. Meskipun pintu balkon tertutup, Ali membuka gorden yang menutupi pintu tersebut sehingga dengan jelas dia dapat melihat sosok Natalie yang sedang menatap balkonnya.

Rokok Ali nyaris jatuh dari celah bibirnya yang terbuka karena kaget melihat gadis remaja itu terang-terangan menatap ke arah balkonnya. Dia mencoba mengabaikan gadis itu tetapi sepasang matanya seakan tidak sanggup berpaling.

Pintu kamar Ali terbuka dengan tiba-tiba dan terdengar suara langkah kaki cepat dari adiknya. Ali kembali sibuk dengan lensa kameranya dan tidak menyapa Marshal yang saat itu menuju ke meja gambarnya. Dia hanya melirik tanpa berkata apapun.

Marshal mengambil pensil lukis milik Ali yang tersimpan rapi di tempat pensil. Dia menoleh Ali dengan tampang jenakanya yang tampan dan berkata riang, "Bang, aku pinjam pensilmu ya. Hari ini ada mata pelajaran seni dan katanya bakalan ada jam melukis."

Ali menoleh dan menjawab singkat, "Pakai saja asal ingat untuk mengembalikannya kalau sudah selesai."

Marshal memutar bola matanya dan menyahut bosan, "Iya..." kemudian dia mendekati Ali yang terlihat sibuk dengan kameranya. "Mau meliput, Bang?"

Tanpa mengangkat wajahnya, Ali menjawab pendek, "Udah tahu kok tanya lagi," Ali menyunggingkan senyum tipisnya membuat pipi adiknya menggembung.

Marshal membetulkan letak tas ranselnya dan memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah. Tiba-tiba pandangannya mengarah pada balkon kamar Ali yang tertutup tetapi gordennya sudah terbuka. Di saat itulah Marshal terpaku menatap satu objek yang terlihat asyik menatap balkon kamar kakaknya. Marshal dapat melihat dengan jelas wajah Natalie dan ingatannya melayang pada kejadian semalam. Pemandangan yang sama dan sangat jelas.

Ali mengangkat wajahnya dan melihat perubahan air muka Marshal yang melotot ke arah balkon seberang. Dia melirik apa yang menyebabkan Marshal seperti melihat hantu dan diam-diam dia menghela napas. Dengan perlahan dia meletakkan kameranya dan berdiri tepat di depan adiknya yang masih terdiam.

"Pergilah ke sekolah, nanti kamu terlambat!" tegur Ali halus.

Marshal tersadar dari alam pikirannya saat melihat sosok Natalie yang sudah merampas hatinya ternyata sedang memperhatikan kamar kakaknya. Dia mengerjabkan matanya dan tatapannya bertemu pada sepasang mata hitam tajam milik Ali. Kakaknya itu berdiri menjulang di depannya, kokoh dan kuat. Sejuta tanya terpendam di benak Marshal yang tak terungkap pada kakak yang dikaguminya itu.

Dengan mengepalkan tinjunya, Marshal mengalihkan pandangannya pada jam tangannya.

"Aku berangkat, Bang." Marshal tersenyum ceria dan segera membalikkan tubuhnya berlalu dari hadapan Ali.

Ali menatap pintu kamarnya yang terbuka dan dia menoleh pada balkon seberang yang sudah kosong tanda bahwa orang yang barusan berada di sana sudah berangkat ke sekolah juga. Ali mengusap wajahnya dan menjatuhkan tubuh di ranjang. Sebuah keluhan panjang tercetus dari bibirnya.

"Ya Tuhan..."

****

Pada istirahat sekolah, biasanya para siswa menggunakan lapangan basket untuk bermain bersama beberapa siswa lain kelas. Dan seperti biasanya pula para siswi akan menonton permainan kecil itu dengan mendukung kedua belah pihak. Suasana seperti itu memancing suara-suara sorakan dan tepuk tangan jika permainan basket para siswa semakin menarik.

LOVELY NATALIE ✅ (SUDAH CETAK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang