Suara kicau burung terdengar merdu di pagi hari itu di langit Jakarta. Namun suara kicau itu bukanlah alasan terbangunnya seorang dara remaja dari tidur nyenyaknya di hari Minggu pagi itu, dia terbangun karena suara ocehan ibunya yang saling bersahutan dengan suara wanita lainnya tepat di halaman di bawah balkon kamarnya.
Natasha mengucek matanya dan menggeliat malas seraya meraih ponselnya untuk mengecek jam berapa saat itu dan dia mengerang sambil membenamkan wajahnya pada bantal. Rambut cokelat terangnya menutupi sebagian wajah cantiknya. "Dasar Mama! Suaranya kurang kenceng." Dia menggerutu seraya bangun dari tidurnya. Dia berjalan kearah balkon dan membuka pintunya dan melangkah mendekati pinggiran balkon. Natasha menatap kearah bawah dan mendapati ibunya tengah bercakap penuh semangat pada seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan ibunya.
Tanti Widyakusuma menyadari bahwa pintu balkon kamar anak bungsunya telah terbuka dan dia mendongak keatas. Dia tertawa seraya melambai serta berteriak kencang membuat Natasha tidak bisa pura-pura tuli. "Tasha! Turunlah, kenalan dulu sama tante sebelah, tetangga baru kita."
Natasha menundukkan kepalanya dari pinggiran balkon dan meringis. "Tasha belum mandi, Ma..." tapi kalimatnya terhenti saat melihat sepasang mata Tanti melotot padanya meskipun dia tersenyum. Natasha menghela napas dan menegakkan tubuhnya seraya mengibaskan tangannya. "Ya ya, Tasha turun!" dan dia segera membalikkan tubuhnya secepatnya untuk membasuh wajahnya serta menggosok giginya.
Melihat anaknya sudah tidak mampu membantah lagi, Tanti kini berpaling pada Wanda, tetangga barunya yang barusan pindah kemarin malam. "Biasalah jeng, namanya anak abg maunya kalau hari minggu tidur mulu."
Wanda tertawa seraya berkata. "Tapi memiliki anak gadis lebih mudah diatur ketimbang dua jagoan yang punya beda karakter."
Sementara itu sambil menggerutu Natasha keluar dari kamarnya dengan tanpa mengganti pakaian tidurnya yang mengenakan hot pants dan kaos tanpa lengan bersama rambut cokelatnya yang panjang bergelombang. Saat akan menuruni tangga dia melihat kakaknya juga tengah menuju tangga untuk turun dengan menenteng kotak biolanya.
Natalie menatap adiknya yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut kusut meskipun dari wajahnya terlihat sudah dibasuh. Aroma pasta gigi tercium samar oleh Natalie. Dia tersenyum melihat wajah cemberut Natasha yang terpaksa bangun dari peraduaannya. Dia menunggu diujung tangga agar dapat bersama-sama turun kebawah. "Terpaksa bangun ya?" tanyanya ringan saat kini mereka sudah bersama turun.
Natasha melingkarkan tangannya dilengan ramping Natalie yang putih. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama namun Natasha lebih tinggi beberapa centi sehingga Natalie terlihat mungil karena tubuhnya yang terkesan kecil. Natasha mencium aroma vanilla melingkupi tubuh Natalie yang feminim. "Kamu rapi sekali?" sejak kecil Natasha tidak pernah memanggil Natalie dengan sebutan "kakak". Dia selalu membantah karena umur mereka hanya terpaut satu tahun jadi dia memilih memanggil nama pada kakaknya dan Natalie tidak pernah keberatan.
Natalie tersenyum sambil menyelipkan rambutnya dibelakang telinga. "Aku harus latihan biola pukul 9."
"Kenapa juga kita harus turun secepat ini." Natasha mengeluh saat mereka menuju ruang tengah yang menembus pada taman dimana tengah berdiri ibu mereka bersama tante sebelah rumah.
Natalie menggeser pintu kaca itu dan aroma pagi hari menyambut kulitnya. Dia menatap adiknya dengan sayang. "Karena mama ingin kita berkenalan dengan tetangga baru disebelah rumah". Dan dia keluar mendahului Natasha kearah taman mendekati ibunya.
Natasha mengangkat bahunya dan melangkah dengan ogah-ogahan mendekati ibunya dan Natalie yang kini tengah menjabat tangan tante sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVELY NATALIE ✅ (SUDAH CETAK)
Chick-LitNatalie, gadis remaja kelas 3 SMA NEGERI populer di Jakarta. Berwajah ayu dengan gerak geriknya yang anggun dan lemah lembut. Jatuh cinta pada pria cuek yang jauh lebih tua darinya. Pria yang menjadi tetangganya. Natasha, adik Natalie yang lebih mu...