Aku melihat ada yang berbeda antara Kyle dan Lin-mereka terlihat saling menjaga jarak. Mungkinkah mereka sedang bertengkar? Sepertinya, sudah beberapa bulan mereka seperti ini. Mengingat-ingat hubungan mereka, jiwa kepoku pun muncul.
"Hai, Sel." Seseorang menepuk pundakku, lalu duduk dihadapanku."Oh... hai, Lin. Tidak bersama Kyle?" ucapku. Ia mengernyitkan dahi lalu menggeleng singkat, "Kenapa? Biasanya kalian selalu bersama," tambahku. Lin hanya menghela napas berat, lalu memalingkan wajahnya.
"Aku malas dengannya. Kau tahu, dia berjanji akan menungguku di halte, tetapi saat aku sampai di sana ia sudah pergi." Ia terdiam sesaat, lalu menatapku datar, "Saat itu sudah jam sembilan malam. Aku akan menginap di rumahnya, dan kami janjian bertemu di halte dekat kosku. Aku pulang untuk mengambil beberapa pakaian, tapi dia malah pergi duluan. Saat kutanya alasannya, ia hanya bilang kalau dia menunggu sendirian. Bagaimana tidak kesal?" Aku hanya mengangguk-angguk. Untung saja dosen segera datang, menghentikan sesi curhat yang akan berujung canggung karena aku tak tahu bagaimana menanggapinya.
Hari berikutnya, aku bertanya pada Kyle. Ia memberikan jawaban yang sama. Yah... sepertinya mereka tak bisa sedekat dulu lagi.
Sudah dua minggu Kyle tak menampakkan batang hidungnya. Selain itu, tak ada yang mengetahui kabarnya. Beberapa anak yang datang ke kosnya mengatakan bahwa ia tak ada di sana.
Jadi... Kyle menghilang?
Aku mengernyit sambil memandang seisi kelas. Beberapa hari kemudian, kabar tak enak pun terdengar.
Seorang gadis ditemukan tak bernyawa dengan keadaan mengenaskan.
Yah, itulah deretan huruf yang muncul pada headline acara berita di televisi semalam.
Mengetahui identitas gadis malang tersebut, spontan aku menatap perempuan lain yang duduk jauh di depanku saat jam pelajaran telah dimulai.
Dalam perjalanan pulang, aku merasa ada yang mengikuti. Saat kuberjalan cepat, terdengan ketukan sepatu lain yang semakin terdengar. Aku pun berlari, tiba-tiba saja, semua terlihat gelap.
Perlahan, kubuka mataku. Semua terlihat kabur, hingga seseorang mendekatiku. Aku terduduk dengan kaki dan tangan diikat, dan juga sesuatu membekap mulutku.
"Hallo, Sel. Aku tahu kau menyadarinya, itu sebabnya aku membawamu ke sini, ke laboratoriumku." Perempuan itu tertawa kecil, tawa yang membuatku merinding, "Aku tak akan membuatmu seperti Kyle. Tenang saja. Aku akan membuatmu terlihat cantik." Ia kembali dengan scalpel dan belati pada kedua tangannya. Aku pun menggeleng dengan kuat , mencoba sekeras mungkin untuk lepas dari ikatan sialan ini. Tiba-tiba, sesuatu yang dingin menembus tenggorokanku. Ia menggesernya hingga aku tak merasakan apapun lagi.
"Sayang sekali aku harus membuatmu terlihat seperti ini. Seharusnya kau bersikap lebih tenang, karena aku akan membuatmu jauh lebih cantik dibandingkan Kyle. Jika seperti ini, terpaksa aku akan membuatmu sama seperti dirinya, Selva. Hm... sekarang aku harus mulai darimana ya? Oh! Aku menyukai matamu, Sel! Bolehkah aku memilikinya? Baiklah, aku akan mengambilnya dengan perlahan. Aku akan bersikap baik padamu. Tenang ya, Sel. Aku pastikan kau tak merasa sakit."
***
pertama kalinya bikin cerita bergenre ini, mohon maklum belum dapet feelnya, juga alurnya yang ga nyambung. Commentnya sangat ditunggu buat tulisan yang lebih baik lagi ya :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumcer Random
Short StoryKumpulan cerita pendek dengan berbagai genre . . . . . . . . . . . . . . cover - ©google