Takdir akan membawamu pada apa yang memang akan menjadi milikmu...
Tengah malam didalam pesawat yang akan membawanya menuju London, Leonardo Cavalery masih menatap tak percaya pada sebuah buku catatan lusuh milik gadis yang bertubrukkan dengannya dibandara tadi siang. Sebenarnya buku itu adalah kepunyaan Leo yang ia hadiahkan untuk Alex di hari ulang tahun gadis itu.
Leo membaca lirik-lirik bernada sedih dan begitu kesepian, bahkan beberapa lirik lagu adalah hasil karya Leo. Ia juga merasakan sakit dan teramat kesepian, apalagi setelah perjanjian sialan itu lagi. Alex membencinya, namun ia belum juga bisa melepaskan Alex. Leo selalu merindukan Alex, walau kenyataannya Alex telah melupakannya sejak lama.
Gurat kekecewaan nampak diwajah Leo yang belum bercukur, mengingat reaksi Alex yang biasa saja padanya tadi siang. Bahkan Alex tidak mengenalinya sama sekali. Apa yang terjadi dengan gadisnya setelah tragedi itu, yang Leo tahu kesalahannya lah yang membuat Alex membencinya. Ya, Leo pikir ia memang pantas untuk dibenci, tapi ia masih tak percaya bahwa dirinya terlupakan begitu saja.
" Kau memang tidak mengingatku, atau kau hanya berpura-pura tidak mengingatku malaikat kecilku yang cantik." Gumam Leo sedih, memeluk buku catatan lusuh itu seolah ia memeluk pemiliknya. Leo mengeluskan jemarinya pada sebuah sisa halaman yang menandakan satu lembar halaman dalam buku itu telah dirobek entah dengan sengaja atau tidak.
Leo telah menetapkan hatinya, akan terus menjaga gadisnya walaupun itu dari kejauhan. Walaupun sejujurnya, Leo sudah lelah bersembunyi dari Alex selama beberapa tahun terakhir. Hanya bisa memandangnya dari kejauhan, dan menyingkirkan egonya untuk mendekati gadis yang dulu pernah ia sakiti.
***
" Mom, kau baik-baik saja? Ini aku, Alex!" Alex mengusap lengan ibunya yang tergeletak tak berdaya diatas ranjang rumah sakit. Beberapa tulang rusuknya remuk dan harus dirawat intensif. Setelah dari bandara Alex langsung menuju rumah sakit.
Alex merasa sangat bersalah karena sempat mengira mom dan dady nya hanya membuat alasan untuk membohongi Alex agar pulang ke San Fransisco. Setelah melihat kenyataan momy nya seperti itu, Alex merasa sangat bersalah.
" Kau istirahatlah. Biar dady yang menjaganya. Lagipula ia masih dalam pengaruh obat bius. Carilah sesuatu untuk dimakan, nak!" Alex hanya bisa menuruti perkataan dady nya. Dia sama sekali tidak lapar. Sangat lelah, Alex melangkah dengan gontai menuju ruang tunggu pasien yang dipenuhi bangku kecil. Alex merebahkan punggungnya disalah satu bangku, dan mulai memijit dahinya yang terasa pening karena kurang istirahat.
Entah mengapa, pikirannya langsung tertuju pada sesosok pria asing yang bertubrukkan dengan kemarin siang di bandara. Kejadian itu benar-benar membuat sakit kepalanya kambuh dan semakin menjadi-jadi rasanya. Semalaman dipesawat ia sangat tersiksa karena rasa sakit itu.
Alex merasa familier dengan wajah dan juga aroma khas dari pria itu. Alex sempat berpikir kalau saja dulu mereka pernah bertemu, namun tidak mungkin karena pria itupun bersikap biasa saja. Alex meremas rambutnya frustasi. Setelah depresi yang dialaminya, Alex merasa sebagian memori nya lenyap namun dokter yang memeriksanya kala itu bahkan mengatakan bahwa Alex telah kembali normal.
Karena lelah, tanpa sadar Alex tertidur pulas dikursi ruang tunggu pasien. Dan mimpi buruk itupun kembali menghantui Alex.
#flashback
Kepala Alex lagi-lagi terasa pening. Tentu saja, itu karena Sarah terus mendorong-mendorong kepala Alex hingga membentur dinding toilet sekolah. Sarah, melakukannya karena Alex terus melawan keinginan Sarah.
" Lihat! Ini kan yang selalu kau bayangkan dengan Jamieku. Menciumnya, memeluknya, bahkan kupastikan kau rela menghisap dan mencium bokong Jamie." Bisik Sarah kejam sambil memaksa Alex untuk menonton video porno dari ponselnya dan menyuruh Alex untuk masturbasi.