PROLOG

154 26 72
                                    

"Maaf, kita harus putus."

"Ta-Tapi kenapa?"

"Aku rasa sudah tidak ada kecocokkan diantara kita. Dan toh kau sudah memiliki seseorang yang lain di hatimu. Jadi, untuk apa hubungan ini kita pertahankan lebih lama lagi?" Lelaki itu menatap tajam ke arahku.

"Tapi.... Hey, tunggu! Jangan pergi! Mari kita bicarakan bersama! Hey!" Meskipun aku terus berteriak, dia tetap tidak mendengarkanku.

Dengan langkah tanpa beban, lelaki itu pergi meninggalkanku. Tanpa sepatah kata pun, aku terdiam, meredam rasa pedih di dada. Aku mengepalkan tanganku, meneteskan sedikit air mata.

"Game over."

Aku mendengar gumaman dari balik pohon itu. Namun ketika aku menoleh dan melihatnya, kosong. Hanya ruang hampa yang bersembunyi di baliknya.

Game of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang