Step 08

44 14 21
                                    

Alisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas dan sesekali melihat jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Pukul enam lebih dua puluh lima menit, dan tempat duduk di sebelahnya masih kosong. Lima menit lagi, bel tanda jam pelajaran pertama akan dibunyikan. Namun, Steffy belum juga terlihat batang hidungnya.

Kegelisahannya memuncak tatkala ia mendengar bunyi khas jam pelajaran pertama dimulai. Pikirannya melayang tak tentu arah memikirkan apa yang terjadi pada Steffy karena tak biasanya ia datang terlambat seperti ini. Setiap pagi ia akan datang lebih dulu daripada Alisa dan akan menyambutnya dengan hangat ketika Alisa datang. Namun sekarang,...

"Lo dimana, Steff?" Alisa bermonolog sambil melihat keluar jendela awas-awas Steffy menunjukkan batang hidungnya.

Namun nihil.

Ketukan di pintu kelas terdengar nyaring disaat suasana kelas sedang hening. Alisa melihat pintu itu dengan penuh harap bahwa yang akan muncul ketika pintu dibuka adalah Steffy. Namun raut wajahnya menunjukkan bahwa kenyataan tak sesuai dengan harapannya.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Enny sambil memasuki kelas.

"Pagi, Bu!" Para siswa di kelas itu menjawabnya dengan serentak.

"Ayo, keluarkan buku biologi kalian, dan buka halaman--"

"Permisi, Bu," kata Steffy sambil mengetuk pintu beberapa kali.

"Masuk!" jawab Bu Enny dengan nada ketus dan Steffy hanya menganggukkan kepalanya.

Ia berjalan menuju tempat duduknya hingga suara mengintimidasi menghentikan langkahnya.

"Mau kemana kamu?" Steffy membalikkan badannya.

"Ma-mau duduk, Bu," jawabnya dengan gugup

"Siapa bilang boleh duduk?" Tatapan tajam Bu Enny menciutkan nyali Steffy untuk menjawab. Dan ia hanya mampu menundukkan kepalanya.

Tidak ada seorang pun yang tidak kenal dengan Bu Enny. Beliau adalah guru biologi yang paling famous dengan tatapan mautnya dan menyandang gelar guru terkiller se-antero sekolah. Siapa pun yang terlambat, atau hanya sekedar izin ke kamar mandi di tengah-tengah jam pelajarannya, maka akan dimakan hidup-hidup olehnya.

Steffy hanya mampu menelan ludahnya.

"Kenapa telat?" Bu Enny berdiri dari tempat duduknya dan menggandeng Steffy untuk berdiri di depan kelas.

"A-anu, Bu. Saya--"

"Anu, anu saja!" Bentakan itu membuat Steffy tersentak dan otomatis menutup telinganya.

"Hari ini karena saya baik hati, kamu saya maafkan. Tapi lain kali, jangan berani coba-coba kamu!" kata Bu Enny sembari menatap tajam pada Steffy.

Steffy menelan ludah. "I-iya, Bu."

"Ya sudah, duduk!" Inilah kalimat melegakan yang Steffy tunggu dari tadi. Ia kembali melangkahkan kakinya ke tempat duduknya. Nampaknya Dewi Fortuna sedang berbaik hati padanya kali ini.

Ia meletakkan tas punggungnya dan langsung duduk tanpa menghiraukan tatapan penuh tanya dari sahabatnya.

"Tumben lo datang telat?" Alisa membuka pembicaraan dengan menanyakan hal tersebut.

Steffy meliriknya. "Iya, gue bangun kesiangan." Detik berikutnya ia memfokuskan pandangannya pada papan tulis.

"Oh ya, Steff, kemarin malam...." Alisa menggantungkan kalimatnya.

"Iya. Gue udah tau kok." Alisa kaget mendengar jawaban Steffy.

"Tapi--"

"Iya. Udah nggak usah dibahas. Entar kita dimarahin Bu Enny kalau ketahuan ngobrol," kata Steffy

Alisa hanya mengiyakan ucapannya. Namun matanya masih tak bisa lepas dari wajah sahabatnya itu. Wajah kusut layaknya baju yang belum disetrika dan juga mata sembabnya membuat Alisa bertanya-tanya apa yang terjadi semalam.

Apa Steffy tau ya kalau gue sama Alfa pergi bareng kemarin?, batinnya dalam hati.

Lalu otaknya teringat akan sesuatu.

"Oh My God!" Alisa berseru dengan suara tertahan yang berhasil mendapat lirikan dari Steffy namun tidak dihiraukan.

Dia pasti tau karena kemarin gue upload fotonya di twitter, ia membatin dalam hati dan merutuki kebodohannya itu. Kemarin ia terlalu senang hingga melupakan seauatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Pantas saja wajah sahabatnya kini tak terlihat secerah dahulu. Alisa bisa menebak kalau kemarin malam Steffy menangis, mungkin hingga tertidur.

Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menatapnya dengan raut penyesalan.

***

"Apa gue menjauh aja ya dari Alfa?" Alisa mengaduk-aduk mie ayamnya dengan malas.

"Kenapa lo harus menjauh?" Teta yang berada di depannya sontak menjawab dengan tatapan tajam

Alisa mendesah, "Gue tau ini pasti menyakitkan banget buat Steffy."

Lagi lagi ia mendesah. Pandangannya menelusuri setiap tempat yang ada pada kantin tersebut. Hiruk pikuk yang ada tetap tak mampu membuat hatinya ramai. Ia merasakan adanya sesuatu yang mengganjal. Seperti kekosongan yang mengisi setiap titik di hatinya.

Hanya wajah kusut Steffy dan mata sembabnya yang bisa ia ingat. Membayangkan Steffy menangis hingga tertidur membuatnya merasa kalau ia bukan sahabat yang terbaik. Ia telah merebut apa yang seharusnya juga menjadi hak Steffy. Matanya mulai memanas namun ia tidak bisa menangis.

Teta memandanginya dan ia mampu melihat bahwa saat ini Alisa sedang tertekan. Terkadang ada juga rasa kasihan yang sempat terlintas. Namun ego menguasai dirinya. Simpatinya itu tidak akan membuat niatnya gugur.

Kalau sampai dia menjauh dari Alfa, maka rencanaku akan gagal, batinnya dalam hati.

"Kalian bersaing secara fair kan? Jadi, kenapa lo harus merasa nggak enak?" Teta berargumen sambil menyuapkan mie ayam ke mulutnya.

"Dia udah tau kalau gue kemarin malam keluar sama Alfa." Pernyataan ini membuat Teta tersenyum miring di tengah aktivitasnya.

"Dan gue tau kalau dia nangis tadi malam." Alisa menangkup wajahnya seakan terlihat frustasi karena selama ini belum pernah terjadi kerenggangan pada hubungan mereka.

"Terus gue tanya. Lo suka beneran nggak sama Alfa?" tanya Teta

"Iya lah," jawabnya dengan pelan

Teta mengangkat tangan Alisa yang membungkus wajah manisnya dan menatapnya dengan tajam.

"Kalau gitu, lo harus bertahan." Teta berkata dengan mantap.

Alisa menaikkan alisnya. "Emang gue bisa?"

"Bisa. Karena gue yakin, kalau lo bisa jadian sama dia, lo bakal bertahan lama,..."

"4 tahun."

"Gue yang jamin."

Lalu Teta tersenyum.

Senyuman yang sangat susah Alisa artikan.

============================

Hallo, readers,

Hehehe. Maafkan lagi ya author updatenya telat. Satu minggu ini author masih disibukkan oleh kegiatan-kegiatan sekolah yang berjibun -_-
Padahal udah akhir semester kan ya?
Tapi akhir semester tidak mengizinkanku untuk sekedar merenggangkan badan. :"
#curcoldikit
Besok Sabtu author tetep update kok. Jadi tunggu ya :)
Love you all :*

Game of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang