Chapter 13

2.5K 386 28
                                    

"Wae? Kau merindukanku Son Wendy?",

"Ottokhe? Aku harus bagaimana?"

"Butuh tumpangan?"

Author's POV

Kerlap-kerlip lampu jalan menemani langkah Irene yang kini sedang berjalan menuju sebuah café yang Sehun maksud. Gadis itu merajut langkahnya lumayan cepat, lalu lantas berhenti di depan sebuah polisi tidur sambil menatap lekat sebuah café gaya minimalis di seberang jalan. Gadis itu bisa melihat Sehun, yang dengan santainya duduk di sebuah meja sambil menyesap secangkir kopi panas yang asapnya pun masih mengepul. Irene menghela nafasnya sebentar sebelum akhirnya menyebrangi jalan kemudian masuk ke dalam café yang sedari tadi dia perhatikan dari jauh. Seperti penglihatannya dari seberang jalan, kini gadis dengan dress selutut itu mendapati posisi Sehun yang masih sama persis seperti tadi, bedanya kini lelaki yang adalah adik kelasnya itu tersenyum manis ke arah Irene sambil melambaikan tangannya singkat.

"Noona, disini.", teriak Sehun cukup nyaring. Irene lantas menyunggingkan senyum terpaksanya, kemudian berjalan ke arah Sehun yang sepertinya sudah menunggu lama.

"Maaf, aku terlambat.", kata Irene lalu duduk di depan lelaki bermarga Oh itu. Sehun hanya tersenyum, kemudian menyodorkan sebuah buku menu layaknya seorang pelayan café saja. Irene membolak-balik buku itu sebentar sebelum akhirnya jatuh hati pada Cappucino panas untuk menemani pertemuannya dengan Sehun malam ini.

"Ku harap kau datang ke sini bukan untuk menolak noona.", lanjut Sehun memecah keheningan yang tercipta setelah Irene selesai memesan cappuccino-nya. Gadis itu lantas menarik nafasnya dalam-dalam.

"Bisa kita bicarakan setelah pesananku datang saja?", pinta gadis bersurai coklat itu pelan. Sehun hanya mengangguk, tidak mau membuat Irene semakin tertekan. Dia tau, keputusan ini bukanlah keputusan yang mudah bagi seorang Irene yang terlalu baik hati, Irene yang masih polos dan percaya dengan yang namanya cinta tak harus memiliki. Itu bodoh, setidaknya menurut pandangan Sehun. Untuk apa mencintai jika nantinya tidak bisa bersama? Apa gunanya jatuh hati jika akhirnya malah berujung rasa sakit yang menusuk hati?

"Semoga kau memberikan keputusan yang benar noona. Cinta tidak semudah membalikkan telapak tangan, kau tau kan? ", lanjut Sehun tak pantang menyerah sementara Irene hanya memalingkan wajahnya ke luar café, menatap beberapa kendararaan yang berlalu lalang tanpa berniat membalas ucapan Sehun yang menurutnya sarat makna hingga kadang gadis itu berpikir darimana Sehun bisa memiliki pemikiran sedemikian rupa padahal dia hanyalah seorang lelaki 16 tahun yang umumnya masih berpikiran kekanakan. Tapi Sehun? Cara berpikirnya bahkan lebih dewasa daripada Irene yang lebih tua 2 tahun.

"Satu lagi, manusia itu serakah noona. Kau bisa bilang tidak menginginkan Chanyeol diluar, padahal nyatanya hatimu menuntut memiliki playboy itu sepenuhnya.", lagi-lagi Sehun mulai bermonolog ria meski Irene sama sekali tidak menanggapinya. Lelaki itu hanya senang memprovokasi hati Irene yang terlalu polos, membuktikan bahwa sebenarnya tidak ada gadis sebaik cerita drama yang membiarkan lelakinya dengan wanita lain. Itu hanya dongeng, sementara realitanya?

Sebuah gelas berukuran sedang lantas mematahkan lamunan Irene yang asyik dengan keramaian di luar café. Gadis itu bisa melihat senyum Sehun sudah mengembang sempurna, Time is over. Gadis itu lantas menyesap cappuccino panas itu seteguk, membiarkan panas menyengat bibirnya hingga sedikit melepuh sebagai ingatan keras tentang keputusannya hari ini.

"Ayo berkerja sama Sehun. Bukankah tidak ada manusia yang baik?", jawab Irene pasti dengan bibir yang masih melepuh, membuktikan tekadnya kali ini sungguh-sungguh. Sehun tersenyum, kemudian menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Irene.

Rooftop Romance「 wenyeol  」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang