Ruangan yang aku lihat sekarang sungguh luar biasa besar. Anggun dan Tiara menyebutnya dapur Asrama. Semua orang sibuk memasak, ah tidak semua ada beberapa yang hanya duduk diam dan berbincang-bincang, ada yang hanya memainkan sayuran.
"aku akan memasak untuk kalian." Ucap anggun mulai mencari bahan-bahan di sebuah rak besi yang penuh dengan berbagai jenis sayuran. Anggun sibuk memilah sayuran yang segar dan baru tampaknya dia memang pandai memasak, sesekali ia berlari ke arah kulkas yang entah isinya apa.
"Anggun memang pandai memasak Rain, jangan di ragukan lagi. Setiap hari aku adalah orang pertama yang harus mencicipi masakannya." jelas Tiara kepadaku.
"kalian harus membantuku. Rain bisakah kau memasak?" Ucap Anggun bertanya kepadaku.
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala. Seumur hidupku aku memang tak pernah memasak sekalipun memasak air atau mie instan. Entah aku terlalu di manjakan oleh Ibu, jadi begini tidak bisa apa-apa.
"tidak mungkin kau tidak bisa mengiris tomat dan cabe, aku minta tolong iriskan ya, aku akan mengambil telor ayam dulu ke belakang. dan kau Tiara bisakah kau ambilkan wajan yang bersih disana." suruh Anggun. ah dia ternyata senang menyuruh orang, sebuah karakter yang kurang aku sukai sebetulnya. tapi tak apa bagaimanapun mereka teman baruku.
"baiklah." Jawab kami serempak.
Aku mulai mengiris tomat dan cabe sekenanya. Aku memang tidak pandai, aku berharap Anggun memaklumi hasil irisanku nanti,tapi eitssss...pisau itu, Awwww sakit. jariku teriris sedikit. darahpun keluar, aku segera mencari wastafel untuk membersihkan darah yang terus menetes. sedikit perih. permulaan yang tak menyenangkan.
Tiba-tiba saja seseorang menyodorkan sebuah Plaster lalu akupun mengambilnya dan menutup lukaku itu. tapi tunggu..siapa dia? aku kikuk melihat wajahnya, wajah seorang cowok dengan snyum menyungging di bibirnya. Dia tampan. Itulah kesimpulanku saat ini. "te..terima kasih plasternya."
Dia mengangguk sekali lagi tetap dengan senyum manisnya. "lain kali hati-hati, terkadang bisa saja sebuah pisau itu menjdi musuhmu." Ucapnya. setelah itu dia pergi dengan spatula yang sepertinya baru dicucinya. Aku menatap punggungnya, siapakah dia? tanpa sadar aku mengelus luka tanganku yang di baluti plaster.
***
"sepertinya aku tidak melihat Ken." Ujar Anggun di sela-sela makan siang kami. masakan Anggun sungguh enak, akupun mengakuinya.
"yang kau tanyakan pasti Ken, aku bosan mendengarnya." ledek Tiara melahap makanannya.
siapa Ken? aku sedikit penasaran karena tak hentinya Anggun menyebut nama itu. "Ken itu siapa?"
"ah ya kau belum tahu Rain, dia putra pemilik asrama ini. wajahnya ganteng banget, orangnya baik,rajin,pintar,telaten,cekatan. apa lagi ya?" Anggun sedikit berpikir. "Dia multitalenta. apa yang dia tidak bisa, memasak, menyanyi, berkebun, bela diri, main gitar, main piano, ah pokoknya segala macam. kadang aku berpikir kenapa dia sehebat itu,"
begitukah? tapi tetap saja cowok tadi spertinya tidak kalah tampan dengan cowok yang bernama Ken itu. cowok Plaster. ya entah aku harus menamainya apa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina & Ken
RandomRaina sungguh tak menginginkan dirinya tinggal di asrama tapi desakan Tante Naura sungguh tak bisa di tolak. Tapi apa yang terjadi setelah ia bertemu dengan sosok Ken cowok suple, perhatian,dan baik hati itu? Raina jatuh cinta kepada Ken namun suat...