Prolog

422 63 15
                                    

Jakarta, 6 September 2016
05.50 AM.

Matahari pagi mengintip dari sela-sela tirai, membuat gadis cantik berambut panjang terbangun dari tidur lelapnya.

"Hooaamm..." gadis itu menguap dan melemaskan otot-ototnya yang kaku.

"Tasya bangun Nak, sudah pagi, nanti kamu telat ke sekolah!" teriak Mama Tasya dari depan pintu kamar anak perempuan satu-satunya.
"Iya Mah Tasya udah bangun," jawab gadis itu.

Ya, nama gadis cantik berambut panjang itu adalah Anatasya Ceilla Ahsyar yang akrab di panggil Tasya, merupakan anak dari keluarga Ahsyar pemilik perusahaan Ahsyar Company, yang merupakan pengusaha berlian terbesar di Asia.

Tasya mengambil handuknya dan langsung lari ke kamar mandi yang berada di kamarnya.

Setelah 40 menit, Tasya yang sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas yang sudah di punggungnya. Ia langsung turun ke bawah tempat keluarga kecilnya berkumpul untuk menyantap sarapan.

"Morning mah, pah, dan bang," sapa Tasya
"Morning too, sayang," jawab Mama, Papa Tasya bersamaan.
"Morning too, dek," jawab Alvaro Elfredo Ahsyar atau yang di panggil Al.

Alvaro merupakan kakak satu-satunya Tasya, yang terlahir dari pasangan Clara Cantika Puhbin (mama Tasya & Al) dengan Marko Ilhan Ahsyar (papah Tasya & Al).

Setelah Tasya menghabiskan sarapannya, Tasya pamit kepada orang tuanya untuk berangkat sekolah.

"Mah, Pah Tasya sama bang Al berangkat sekolah dulu," pamit Tasya
"Hati-hati ya sayang," jawab Mamah Tasya.
"Ayo..bang berangkat, udah jam 06.45 nih!" ajak Tasya.
"Iya, sabar dulu dong, gue kan belum selesai sarapan!" jawab Al.
"Loe sih! makan kaya semut, lama banget hahahaha," ejek Tasya ke abangnya.
"Kurang ajar loe dek, kalo kaya gitu ga usah berangkat bareng gue!" ancam Al.
"Eehhh... jangan gitu dong, abang gue yang paling ganteng...." rayu Tasya.
"bullshit!!!" ketus Al.

Setelah Al menghabiskan sarapannya, Al berjalan ke luar rumah yang diekori oleh Tasya.
Al menaiki motor sportnya yang berwarna putih dan memakai helm fullfacenya, Tasya sudah duduk di jok belakang dan memegang bahu abangnya.

Tasya yang sedang dibonceng Al sedang memandang lurus jalan Ibu Kota dengan senyum tipis bibirnya.

Awalnya aku merasa bahwa hidupku sudah bahagia tetapi dia menyadarkanku bahwa ada kebahagiaan yang lebih di dunia ini. ~Tasya~

***

It's my first story so please read and tell me what do you think about it. If you like it please click vote. Thanks for your time to read my story.

Maaf penulis amatir.

Tasya & Rafa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang