Bagian 4

11 2 0
                                    

Tok tok tok

Afca memutar bola matanya, 'selalu saja!' pikirnya kesal. San juga langsung berhenti karena mendengar suara itu. Afca mulai menggerutu tidak jelas.

"Nanti kita lanjutkan setelah pembagian tugas", San meninggalkan Afca bersama banyak pertanyaan. 

Teng...

Afca melirik jam, kemudian terbang sembari melamun ke lapangan utama.

Bwet... Gubrak!

"Afca!" teriak Alice girang sembari menubruk Afca

"Tolong!" ujar Afca parau karena dipeluk Alice terlalu kencang.

"Hehehe maaf" Alice melepas pelukannya. Afca tersenggal-senggal.

"Hosh...hosh..hosh..." Afca mengatur nafasnya

"Yaampun, aku hampir saja mengira lebah-lebah lain nanti akan mengenangku sebagai 'lebah yang pertama mati karena di peluk lebah lainnya', nyaris" ujar Afca horor.

"Hahahahaha" Alice tertawa seolah tak berdosa. Afca hanya memanyunkan bibirnya. Alice tampak cantik hari ini dengan gaun tanpa lengan dan leher rendah berwarna biru langit itu.

Kedua alis Alice bertemu, "Kamu masih sakit?" wajahnya tampak khawatir.

"Gak kok aku udah sembuh!" jawab Afca tetburu-buru.

Dung... Para lebah mulai berbaris di lapangan

"Aku pergi dulu ya" Afca terbang masuk ke barisannya.

Teng! Teng! Teng!

Berdiri sebuah tenda yang terbuka ke hadapan barisan para lebah, dengan empat kursi dari susunan kelopak bunga, di belakannya terdapat sebuah singgasana. 'Riela, Mellifera, Dorsarta, dan Florea' batin Afca mencoba mengalihkan perhatiannya dari lebah-lebah yang berbisik-bisik tentang dirinya. Kupingnnya mulai panas. 'Tenang Afca, tenang.... San akan menghukummu kalau kamu sampai membuat kekacauwan di sini'

"Putri Fania Riela" umum bentara.

Tampak seekor lebah terbang dengan anggun melewati jalan yang membelah barisan, dengan gaun merah yang merupakan ciri dari Riela. Dia duduk dengan anggun di kelopak yang berwarna merah.

"Putri Alice Mellifera" umum bentara lagi.

Alice duduk dengan tidak kalah anggunnya dengan Fania. Gaun birunya merupakan ciri khas Mellifera.

"Putri Astria Dorsarta"

Seekor lebah dengan gaun ungu magenta duduk dengan anggun di kelopak yang berwarna ungu.

"Dan putri Nera Florea"

Seekor lebah terbang duduk di kelopak yang berwarna merah jambu, dengan kepala yang terus terangkat, seolah dia merasa terhina kalau harus menurunkan kepalanya.
Kemudian para dayang senior terbang menuju tenda tersebut.

"Baiklah, seluruh lebah-lebah muda kalian berada di sini dalam rangka pembagian tugas kalian untuk mengabdi pada kerajaan ini" Dayang Mellifera membuka pidatonya.

"Seluruh lebah-lebah muda sekalian, lihatlah para calon penerus ratu kalian, yang akan memimpin kalian kelak esok hari." tanpa aba-aba kami menundukan kepala serempak, tanda patuh.

"Baiklah tanpa membuang waktu lagi, bentara akan segera mengumumkan pembagian tugas untuk kalian semua." lanjut Dayang Riela.

"Penggumpul madu, pendidik, pengatur sarang, penjaga gudang, kesehatan, dan pasukan" umum sang bentara. Semua lebah langsung menegang, mereka semua ingin terpilih menjadi angota pasukan.

Bentara mulai membacakan nama-nama tersebut satu persatu, Afca kebetulan masuk ke kelompok pasukan.

"Kelompok pasukan tetap tinggal, kelompok-kelompok lain segera pergi ke kantor bagian masing-masing untuk melapor." perintah Dayang.

Kemudian hanya tersisa sekitar seperlima dari seluruh jumlah lebah tadi di lapangan. 'Pemilihan' Afca menenangkan dirinya, dia harus bisa memenangkan pemilihan ini. Semua lebah yang tersisa akan mencari pasangan masing-masing untuk diajak berduel sampai salah satunya menyerah. Sementara lebah yang menang akan terus bertarung sampai tersisa tiga puluh ekor lebah yang akan dijadikan anggota pasukan khusus. Tiga puluh lebah itu harus berduel lagi hingga tersisa satu sebagai yang terbaik.

Prit!

Kami semua langsung berbaris membentuk dua buah banjar, mereka kemudian saling berhadapan, dan mulai mencari lingkaran masing masing sebagai tempat untuk bertarung.

Prit! Prit!

Suara logam saling  beradu mulai terdengar. Afca berhadapan dengan lebah yang membawa dua belati. Dia menghunus pedangnya, dia menelaah lawannya sekilas dan mendapati kuda-kuda lawannya lemah, dengan satu ayunan pedang ke pergelangan kakinya, lawannya ambruk. Afca menjaga tenaganya agar tidak banyak terkuras dengan terus menyerang kelemahan lawannya. Pertarungan selanjutnya bagi Afca terasa lebih mudah dan mudah, ayunan pedangnya makin lama makin cepat, satu persatu lawannya tumbang.

Prit!

Tak terasa tinggal tersisa tiga puluh lebah di sini. Mereka mulai mencari lawan dan menempati lima belas lingkaran putih.

Prit!

Pertempuran dimulai kembali, kali ini persaingan mulai sengit. Pedang beradu disana-sini, satu persatu lebah keluar dari lapangan. Afca kini tidak menghemat-hemat tengannya lagi. Dia berjuang mati-matian menumbangkan lawan demi lawan. Afca menghunus pedang di atas tenggorokan lawannya.

Prit!

Akhirnya tinggal Afca dan seekor lebah jantan lagi di lapangan. Dia tersenyum pada dirinya sendiri, 'oke satu lagi' batin Afca. Trang! Pedang ke duanya beradu, Afca mundur dan lawannya langsung maju sembari menghunus pedang ke arahnya. Afca langsung berputar dan mengayunkan kakinya ke punggung lawannya. Lawannya terhuyung-huyung, Afca terbang mendekat dengan cepat untuk mengakhiri duel ini. Namun lawannya ternyata pulih dengan cepat, Afca mengelak dari sabetan pedang lawannya, dan Trang! Luka lebam dikepalanya dihantam lagi. Nyeri seketika memenuhi kepala Afca, titik titik hitam mulai menari-nari dalam penglihatannya, dan tubuhnya mulai ambruk. Afca melirik lawannya, sebuah sarung belati telah kosong disabuknya, yang terakhir Afca rasakan yaitu bilah pedang yang dingin menempel di samping kiri lehernya dan suara pluit.

---------------------------------------------------------------------------------
Yaapun ceritanya acak-acakan banget, mohon dimalumi lagi buntu idenya. Mohon komennya, untuk memperbaik bagian selanjutnya.😷😙🙏🙇

A story of princess beeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang