Sore tampak mendung. Langit mengisyaratkan akan turun hujan. Kinta yang sedang berkutik dengan laptop ditemani secangkir americano dan sepotong blueberry cheesecake, tak sadar bahwa rintik hujan mulai turun. Kinta tidak sedang berada di kost-an nya, dia memang terbiasa menghabiskan waktu sore di cafe ujung jalan sepulang sekolah.
Cafe ini tidak besar, hanya ada meja tempat para barista meracik kopi dan beberapa pasang meja kursi serta sofa panjang di sudut ruangan. Cafe klasik dengan ciri interior barang antik serta mural bertema suasana di Eropa. Mural ini menjadi trending point di Classico Cafe n Bakery. Favourite venue Kinta terletak disudut ruangan, dengan sofa panjang berwarna maroon dan jendela besar yang berhadapan langsung dengan jalan raya.
***
"Maaf mba, cafe ini mau tutup. Sudah jam 9, mba tidak pulang?", tanya seorang waitress
"Ehm iya mba saya mau pulang kok".
Kinta beranjak pergi dan menunggu taksi di depan cafe.
"Anjir udah jam 9. Hujan nya deres banget lagi, dan gue lupa bawa payung. Bolot banget sih gue, udah tau musim hujan bukannya bawa payung. Terus gue nunggu taksi sambil kehujanan gitu?", gerutu Kinta karena kebingungan gimana caranya agar bisa pulang ke kost-an.
"Kenapa ngoceh sendiri? Lupa bawa payung?", suara berat tiba-tiba terdengar dari belakang punggung Kinta.Deg deg deg. Oh my Gosh! Itu siapa yang ngomong?
"I-iya, gue lupa bawa payung", Kinta ragu-ragu untuk menengok ke arah belakang, yang terlintas dipikiran Kinta adalah barangkali itu hantu. Tidak. Kinta bukan orang yang penakut, hanya 'sedikit' gelisah. Akhirnya Kinta memberanikan diri untuk menghadap belakang. Kinta terkejut tetapi bukan karena melihat sesosok hantu, melainkan melihat seorang laki-laki berparas tampan tepat dihadapannya sedang memegang sebuah payung berwarna hitam.
"Engga perlu takut, gue bukan hantu kok. Gue dari tadi merhatiin lo, engga tega ngeliat cewek sendirian di pinggir jalan sambil kehujanan malem-malem", jawab lelaki itu ketika melihat ekspresi wajah Kinta.
"Hah? Lo merhatiin gue dari tadi? Jangan-jangan lo orang jahat ya?", tuduh Kinta.
"Kalo gue orang jahat, gue udah ngebekap mulut dan bawa lo kabur dari tadi. Oke, kenalin gue Juno, dan gue bukan orang jahat", jawab Juno dengan santai."Gimana caranya biar gue percaya kalo lo bukan orang jahat?", tanya Kinta.
"Alamat rumah lo di mana? Biar gue anter tepat di depan rumah lo."Gila! gue mau di anter pulang sama cowok ganteng, mimpi apa gue semalem. Dia bukan jelemaan jin kan? Sayang sih kalo nolak ajakannya, tapi gue takut.
"Engga usah repot-repot, gue balik naik taksi aja. Justru gue takut kalo di anter sama lo", tolak Kinta mentah-mentah.
"Yaudah kalo lo engga percaya. Tapi lain kali gue bakal buktiin, dipertemuan kita selanjutnya", jawab Juno dengan pasti.
"TER-SE-RAH. Udah ya gue balik duluan, taksi nya udah dateng", jawab Kinta setelah melihat taksi tiba dan berlari menuju taksi.
"Woy nama lo siapa?", teriak Juno saat Kinta berlari masuk ke dalam taksi. Mungkin karena jarak Juno dan Kinta yang cukup jauh ditambah suara derasnya hujan, suara Juno tidak terdengar oleh Kinta.#Note:
Kira-kira sifat Juno yang kalian mau itu kayak gimana? Gue bakal lanjutin cerita ini kalau banyak yang vote dan komen. Gue tunggu. TQ:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Teen FictionBerikan untuk yang kedua kalinya, tidak untuk yang ketiga. Janji dibuat bukan untuk dipatahkan.