Chapter #2
Xiumin gelisah. Ia menunggu dengan tak tenang. Beberapa kali ia menggosokkan telapak tangannya. Tiba-tiba ia merasa bodoh karena datang lebih cepat dari waktu yang mereka janjikan. Tetapi ika bukan karena kebodohannya memecahkan kaca figura itu. Mungkin belum tentu dia punya alasan untuk bertemu dengan orang itu.
Luhan.
Orang yang sangat ia ingin temui selama tiga tahun ini. Orang yang sangat ia rindukan di dalam sadar dan ketidaksadarannya. Orang yang terlalu sibuk mengisi setiap rongga pikiran milik Chou Xiumin.
Dan sesuai janjinya dua hari yang lalu, ia akan mengganti figura tersebut dan meminta Luhan untuk menemuinya di Luxiu – tempat dimana ia sekarang. Sebenarnya merekalah yang menamakan tempat itu Luxiu. Sebuah taman perumahan yang sudah lama tak terurus.
Disana adalah tempat dimana mereka bertemu, meski bukan untuk pertama kalinya. Tapi awal dimana akhirnya mereka menjadi dekat. Dan entah bagaimana mereka menjadi terbiasa untuk bertemu disana guna menikmati senja bersama.
Luhan adalah laki-laki yang populer. Selain di kalangan anak perempuan, ia juga dikagumi oleh para lelaki. Dan seperti halnya lainnya, Xiumin juga mengagumi sosok Luhan. Secara diam-diam tentunya.
Ia bukan tipe orang yang dengan berani mengutarakan perasaannya seperti teman-temannya. Meski beberapa teman lelakinya ada yang secara terang-terangan mengagumi makhluk selincah rusa itu.
Dan suatu keberuntungan baginya saat ia tak sengaja menemukan tempat itu. Terlebih merupakan tempat rahasia dimana Luhan sering berlatih. Untung saja, Luhan berbaik hati mengijinkannya disana dengan syarat merahasiakannya dari yang lainnya.
Xiumin mengulumkan senyumnya mengenang itu semua. Entah mengapa badannya menjadi begitu hangat hanya memikirkan kenangan manisnya bersama Luhan.
"Chou Xiumin!" panggil seseorang yang seketika membuat senyum Xiumin merekah cerah. Dia benar-benar merindukan suara itu memanggilnya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca tapi ia coba menahannya. Luhan berjalan mendekat dengan pelan, "kau pasti sudah menungguku lama!"
Xiumin urung melepas senyumnya dari wajah manisnya. Ia menggeleng cepat, "tidak!" katanya.
Luhan beringsut dan menangkup pipi Xiumin yang terlihat memerah, "kau bohong!"
Xiumin mengerjap ketika mendapat perlakuan mendadak tersebut dari Luhan. Ah, tangan itu terasa lebih besar dari sebelumnya dan terasa begitu hangat. Xiumin terdiam menikmatinya tapi hal itu malah membuat canggung untuk Luhan.
Luhan menarik tangannya kembali, "apa sudah kau ganti?" tanya Luhan gugup dan memalingkan wajahnya dari Xiumin. Ia melihat-lihat ke sekitarnya sambil melirik ke arah Xiumin yang terlihat mengangguk kecil lewat ekor matanya.
Luhan diam-diam tersenyum, "ah, ring itu! Aku pikir itu sudah terlalu rapuh!" kalimat asal itu terlontar dari mulut Luhan dengan kaku dan berhasil menuai tawa dari Xiumin. Luhan tersenyum kembali, ia juga merindukan suara tawa itu.
Sudah berapa lama mereka tak seperti ini?
Xiumin merogoh tas selempangnya, "ini!" kata Xiumin sambil menyodorkan bingkisan yang sengaja ia bungkus dengan kertas kado dan berhias pita.
Xiumin tersenyum saat Luhan mengambilnya, "terima kasih sudah menjaga foto itu!" ucap Xiumin malu-malu.
Luhan menggaruk pipinya, "tentu saja! Ini adalah hasil foto yang kau ambil!" Xiumin tertawa mendapat pengakuan jujur tersebut dari Luhan.
Mereka bercengkrama bersama dan saling menautkan jemari tangan mereka ketika mereka melihat matahari mulai tenggelam perlahan di ufuk barat. Dan ketika langit berangsur menghitam, itu adalah alarm bagi mereka untuk berpisah kembali.
YOU ARE READING
Destiny (Lumin - Xiuhan)
Teen FictionSebuah cerita yang terjadi antara Bii Luhan dan Chou Xiumin. Mereka telah lama berpisah karena sesuatu hal dan bertemu kembali oleh takdir melalui adik kembar Luhan, Bii Shujin.