Last Chapter
.
Shujin mengalihkan pandangannya ketika dilihat pintu ruang pribadi Luhan terlihat terbuka, membuat sebuah celah yang mengundang penasaran orang yang melihatnya. Shujin sebenarnya juga penasaran pada ruangan itu. Ia tidak pernah tahu apa yang dilakukan saudara kembarnya itu disana. Tak ada yang pernah masuk ke sana kecuali Luhan dan orang tuanya.
Dia yang belum pernah memasuki ruangan tersebut bahkan jika Luhan memintanya ia pasti akan menolaknya karena gengsi. Dan lagi ruangan itu selalu tertutup rapat dan terkunci. Karena beberapa kali Shujin selalu mencoba masuk kesana saat tak ada orang lain. Shujin menghela napasnya. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah yang terlihat sepi. Kedua orang tua mereka memang sedang ada bisnis keluar kota selama dua bulan.
Dia memberanikan dirinya masuk ke ruangan itu dengan mengendap. Ia juga menutup pintu itu dari dalam dengan perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara mencurigakan sedikitpun. Dan ketika matanya beredar di dalam ruangan tersebut ia dibuat takjub oleh isinya. Ia tak berkedip untuk beberapa saat karena terpana.
Ia yang akhirnya sadar memilih berkeliling di dalam ruangan tersebut. Memandangi lukisan di ruangan itu satu persatu. Terlihat salah satu dinding di ruangan tersebut juga terlukis dengan latar musim gugur.
Sampai pada lembaran kain yang memanjang menutupi barisan lukisan yang tertata di atas lantai di pinggir ruangan. Shujin memberanikan diri untuk menyibaknya, memperlihatkan banyak lukisan yang tetata dalam barisan yang rapi. Ia mengamati lukisan itu satu persatu dan terkesiap. Karena itu semua hanya berisi tentang Xiumin.
"Bukankah mereka baru bertemu seminggu yang lalu? Aku tidak yakin Luhan melukis semua ini hanya dalam waktu seminggu." Gumam Shujin dan mengangkat salah satu lukisan serta melihat ke arah belakang kanvas tersebut.
"Ini akhir musim gugur tahun pertamaku tanpamu. Apa kau baik-baik saja? Kuharap kau tak menyalahkan dirimu! Aku sedang menjalani pemulihanku!" Shujin membaca tulisan yang ada di belakang kanvas tersebut. Ia mengernyit tentang maksud semua itu, terlebih mengingat tahun yang tertulis disana adalah tahun tiga tahun lalu.
Ia mengambil kanvas lain dan melihat bagian belakang kanvas tersebut, "kondisiku semakin memburuk! Jika operasi ini gagal, aku akan lumpuh, itu yang kucuri dengar! Xiumin, aku merindukanmu!" Shujin membolak-balik kanvas-kanvas lainnya. Dan benar saja, di semua bagian belakang kanvas terdapat tulisan kakaknya.
"Apa maksudnya ini sebenarnya?" tanya Shujin frustasi. Ia benar-benar tak mengerti.
-xoxo-
Xiumin menyandarkan tubuhnya pada batang pohon besar di sana. Memandangi ring di tengah taman kecil itu, seperti rutinitasnya selama ini. Sejak pertemuannya dengan Luhan dan Shujin waktu itu. Ia tak pernah mendengar kabar dari keduanya. Ia juga tidak ada keberanian untuk mendatangi rumah Luhan. Karena ia tak ingin menambah masalah untuk Luhan.
"Chou Xiumin!" panggilan itu membuat Xiumin terperangah.
Ia melihat Luhan mendekat ke arahnya, "Luhan?"
"Kau pasti selalu datang ke tempat ini!" Luhan tersenyum dan mengusak kepala Xiumin gemas, "maaf beberapa hari ini aku tak menemanimu!" lanjutnya.
Xiumin menggeleng, "tak apa-apa!" sebuah senyuman terkuas di wajah putih Xiumin, "karena sekarang kau ada disini bersamaku!" Luhan senang mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Minseok. Hingga ia tidak bisa menahan dirinya untuk mengecup bibir Xiumin.
"Bibirmu itu memang selalu membuatku merasa gemas!" celetuk Luhan yang membuat semburat merah muda menjalar menghias di wajah Xiumin. Luhan mengangkat sebuah bungkusan besar berbentuk persegi yang ia bawa sejak tadi di tangannya, "aku harus menyelesaikan ini beberapa hari ini!" katanya.
YOU ARE READING
Destiny (Lumin - Xiuhan)
Teen FictionSebuah cerita yang terjadi antara Bii Luhan dan Chou Xiumin. Mereka telah lama berpisah karena sesuatu hal dan bertemu kembali oleh takdir melalui adik kembar Luhan, Bii Shujin.