OMES!

10K 1K 93
                                    

-ILY POV-
Aku berjalan santai masuk ke dalam kelas. Suasana hatiku setiap pagi selalu berantakan gara-gara Om Jang. Oh my God, apa-apaan itu! Mata indahku sepagi ini dikotori dengan pemandangan yang sangat memalukan. Aku shock, hingga mulutku menganga dan tubuhku kaku berdiri di ambang pintu. Rendi! Gila! Ini sangat gila! Dia sedang berlutut di depan Ayu sambil membawa bunga mawar.

'Dasar, norak!' umpatku sebal dalam hati.

"Te-rima!"

"Te-rima!"

"Te-rima!"

Sorak teman-temanku satu kelas sambil bertepuk tangan seperti paduan suara. Iiiiiih ... sebel! Benar-benar mood-ku berantakan hari ini. Dengan kasar aku berjalan dan menghempaskan bokongku di bangku. Aku melepaskan kasar tas punggungku, buseeeet dah! Nggak ada yang memerhatikanku di sini! Semua hanya memerhatikan Rendi si norak habis itu! Aku mengerucutkan bibir sebal, aku doain semoga Ayu nggak menerima dia sebagai pacarnya.

"Iya, gue mau, Ren."

What!!! Oh Tuhaaaaaaan, belah hati hayati. Remuk hati hamba-Mu yang tak berdosa ini. Mengapa kau tega lakukan ini padaku, Ren! Kurang apa aku ini? Cantik sudah! Pintar, iya! Tajir, nggak perlu ditanyakan lagi. Bodi? Aku lirik sedikit tubuh Ayu, aku lihat dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Iya sih, memang dia lebih montok daripada aku. Dadanya besar, sampai kancing bajunya mengintip. Bokong? Nungging kayak punyanya Zazkiya Gotik kalau pas lagi goyang itik. Tapi aku tidak akan menyerah! Aku akan menarik perhatian Rendi. Lihat saja, sebentar lagi dia akan meninggalkan Ayu dan lari ke pelukanku! Senyum jahatku menyeringai kepada Rendi dan Ayu.

-ALFIAN POV-

Pagi ini sangat mengesalkan buatku. Kenapa? Karena Ily bangun kesiangan dan aku harus menunggunya mandi sampai selesai siap untuk berangkat ke sekolah. Ya apuuuun! Bagaimana bisa dia jadi istri yang baik? Belum satu rumah saja selalu merepotkanku! Bagaimana jika nanti kami satu rumah?

"Mister Al, meeting 15 menit lagi," peringatan Diah.

Jika di lingkungan kantor memang kami harus profesional. Aku tetaplah atasan dia yang harus dihormati. Meskipun dia sepupuku.

"Ya, makasih," ucapku datar. Dia keluar dari ruang kerjaku.

Kepalaku sangat sakit kalau melihat wanita bertubuh seksi dan pakaiannya super ketat. Memperjelas lekuk tubuhnya, apalagi jika kemejanya transparan memperlihatkan warna branya. Oh ... aku menginginkan mereka memuaskanku di ranjang. Shit! Apa yang sedang aku pikirkan! Inget Al, udah ada bini. Tahan nafsu, tahan jujun buat bini entar entah kapan. Biarpun aku bos besar, tapi Alhamdulillah perjakaku masih terjaga. Si jujun masih aman di dalam sangkar, walaupun sudah mendesak minta dikeluarkan, tapi sabar dulu deh! Ily kan masih sekolah, kalau langsung diterjang, bisa kena tuntutan orang banyak.

Oh iya, nggak mungkinlah!!! Siapa yang mau menuntutku? Kan dia sudah jadi istriku, sah di mata negara dan hukum islam. Tujuan nikah gantung kan menghindari perzinahan dan lahirnya anak di luar nikah. Setelah melalui nikah gantung diperbolehkan bertemu dan bermesraan. Malah kalau aku melakukan sesk pun sampai Ily hamil dan melahirkan anak yang hukumnya sah.

-ILY POV-

"Nikah gantung dalam bahasa Arab disebut?"

Sebal!!! Guru agamaku ngapain coba menjelaskan materi nikah gantung? Bikin suasana hati makin galau saja. Aaaarrrgggg ... greget aku sama dia! Tapi ada hikmahnya juga beliau menerangkan itu. Jadi aku makin tahu apa alasan orang tuaku memutuskan untuk menikahkan gantung aku sama Om Jang. Boleh deh! Aku akan mendengarkan baik-baik. Ayo Ily! Semangat belajar!

Semua orang di dalam kelas melongo tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan guru agama tadi. Kasihan Pak Hasan, punya murid kok jongkok semua IQ-nya, kecuali aku. Tapi, apa ya sebutannya? Kan aku bukan pakar bahasa Arab, iya kali guru agama pernah ngajarin kita bahasa Arab? Boro-boro bahasa Arab ngerti, bahasa Mandarin saja masih mumet, masih mending bahasa Inggris walaupun cuma bisa yes and no, yang penting tahu artinya. Ya dan tidak!

"Sebutan kawin gantung dalam bahasa Arab yaitu nikah khitbah dan hukumnya harus!" jelas Pak Hasan sambil menulis kata 'Nikah Khitbah' dan kata 'Harus' besar di papan tulis.

Tuh semuanya, buka mata kalian lebar-lebar. Nikah gantung is nikah khitbah hukumnya harus! Tulis pakai garis bawah dan huruf tebal ya? HARUS!

"Mengapa itu harus dilakukan? Karena untuk menghindari fitnah, zina dan lahirnya anak di luar nikah. Sebenarnya nikah gantung ini sama persis dengan nikah pada umumnya, dapat buku nikah, hanya mereka tinggalnya berbeda atap atau kembali ke rumah orang tuanya masing-masing setelah menikah, sehingga mereka benar-benar bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai suami istri. Itu karena ada beberapa sebab mengapa itu sampai terjadi," lanjut Pak Hasan menerangkan. Aku mengangguk paham dan memerhatikan setiap penjelasan beliau.

Mendengar penjelasan Pak Hasan semakin membuatku tertarik dengan pelajaran agama hari ini. Aku serius mendengarkannya, melebarkan telingaku dan memasang benar-benar otakku.

"Satu, Suami masih belum mampu menyara sepenuhnya kos sara hidup istri seperti sewa rumah, pakaian dan sebagainya," terang Pak Hasan menjelaskan mengenai syarat yang harus dimiliki suami jika ingin mengajak sang istri tinggal bersama.

Sebab pertama lolos. Om Jang kan orang kaya, pasti dia bisalah memenuhi kebutuhanku. Jangankan baju, seandainya aku minta belikan mobil sport, mungkin dia bisa langsung membelikannya. Sorry ya, bukannya aku sombong, tapi emang lakiku kaya.

"Yang kedua, belum bersedia memberi komitmen sepenuhnya di dalam menunaikan tanggung jawab berumah tangga."

Nah, ini masuk kategori. Mungkin memang kami belum saling memiliki komitmen yang kuat. Jadi kami belum siap berumah tangga dan menjalankan peran kami sebagai istri dan suami. Lanjut Pak ... yang ketiga!

"Terakhir, pasangan masih dalam proses belajar dan menuntut sesuatu yang diinginkannya. Walaupun begitu jika pasangan yang sudah melakukan nikah gantung mereka tidak berdosa jika melakukan hubungan suami istri. Karena pernikahan mereka sah di mata hukum negara dan di mata agama," imbuh Pak Hasan membuatku susah payah menelan ludah.

Jadi kalau Om Jang minta hubungan badan, kami boleh melakukannya? Hmm, kira-kira gimana ya rasanya? Sakitkah? Hiiiii... membayangkan saja sepertinya ngeri. Duuuh, aku belum siap.

"Ada yang mau dipertanyakan sebelum waktu istirahat?" tanya Pak Hasan sambil merapikan bukunya.

Mau tanya apa ya? Tanya nggak ya? Tapi aku malu mau bertanya. Ah, tanya sajalah! Daripada menjadi beban.

"Pak!" Akhirnya aku memberanikan diri mengangkat tanganku.

Semua teman-teman menoleh ke arahku. Maluuuuuuu, rasanya aku ingin menutup wajahku dengan tas.

"Iya Ily, ada yang mau kamu tanyakan?" sahut Pak Hasan berdiri tegak di belakang meja guru siap mendengarkan pertanyaanku.

Duh, tanya nggak ya? Tanya aja deh, daripada aku entar dosa. Aku mengumpulkan keberanian lalu bertanya, "Kalau seandainya status nikah gantung, terus pasangan minta 'itu' ...."

Aku memberi kode mengetuk-ngetukkan dua ujung jari telunjukku, malah semua teman-teman tertawa terbahak. Memangnya aku salah ya? Emang kenapa? Ada yang lucu?

"Iya, lanjutkan Ily pertanyaan kamu," perintah Pak Hasan. Aku tak menghiraukan teman-teman yang menertawakanku.

"Salah satu diantaranya ada yang menolak, dosa nggak, Pak?" lanjutku menyempurnakan pertanyaanku tadi.

"Pertanyaan bagus, Ily," puji Pak Hasan menutup mulut semua teman-teman yang tadi menertawakanku.

'Memang pertanyaanku bagus Pak! Ily gitu loh Pak! Anak pandai!' sombongku dalam hati. Kepalaku jadi besar nih, gara-gara pujian Pak Hasan.

"Memang pada intinya menikah biasa dan menikah gantung itu sama. Hanya yang menjadi perbedaannya jika menikah gantung, tempat tinggal pasangan terpisah dan suami tidak harus memberikan nafkah lahir sampai dia benar-benar siap untuk memenuhi tanggung jawabnya. Jadi jika seandainya salah satu pasangan menolak untuk menafkahi batin, hukumnya adalah dosa. Karena itu hak suami ataupun istri," jelas Pak Hasan gamblang membuatku pusing tujuh keliling.

Jadi kalau Om Jang minta 'itu', aku harus ngasih? Aaaaaaa ... aku belum siap!!!!

KAWIN GANTUNG (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang