PMS

15.1K 1.1K 135
                                    

-ALFIAN POV-

Sial! Kenapa perempuan harus ada PMS sih? PMS bukan Palang Merah Sekolah loh ya? Atau Penyakit Menular Seksual. Ini yang aku maksud PMS (Pre-Menstrual Syndrom). Sindrom yang dialami perempuan sebelum menstruasi. PMS sama menstruasi itu beda loh? Godok banget nih hati, sumpah! Seharian serba salah, ini salah, itu salah, bawaannya dia mau marah-marah terus.

"Om Jaaaaang," teriaknya dari kamar mandi.

"Iya apaaa?" jawabku sambil mendekatinya ke kamar mandi.

"Ini apaan sih taruh baju kotor sembarangan, terus lihat ini, kenapa sabun bisa di lantai. Kalau aku kepleset jatuh terus kepala terbentur, amnesia, emang kamu mau aku lupain?" Nah kan, mulai ngomel lagi.

Daripada dia semakin ngomel nggak jelas, lebih baik aku singkirkan pakaian kotorku dan sabun yang jatuh. Kalau begini, bawaannya pengin aku tindih terus aku lakban bibirnya dengan  bibirku biar tidak makin ngomel. Sudah seharian kemarin di kantor kerjaan numpuk, akhir pekan penginnya mesra-mesraan sama bini, eh malah dia ngomel mulu, bikin sebel.

"Tuh, sisa air sabun di bed tub belum dibuang," imbuhnya menunjuk bed tub sisa aku tadi mandi sebelum dia.

Biasanya juga dia sendiri yang buang, aku hanya diam tidak membantah maupun menjawab. Walaupun hati menggerutu tapi setidaknya kalau aku diam suasana tidak semakin memanas. Kalau pasangan sedang marah, yang satu harus bisa tenang, api dilawan dengan air, biar padam.

Setelah membuang air lantas aku keluar dari kamar mandi membiarkan dia membersihkan diri. Aku memilih untuk ke ruang kerja mengecek beberapa laporan yang tadi aku bawa pulang. Dua jam aku berada di ruang kerja, biasanya Ily menyusul ke sini, kenapa sekarang tidak? Aku menutup map lalu keluar dari ruang kerja. Aku membuka kamar dan melihat Ily sudah menangis di tempat tidur.

"Emes, hei, kenapa kamu nangis?" tanyaku menghampiri dia ke tempat tidur.

"Kerja aja terus, jangan peduliin aku!" sergahnya menepis tanganku yang hampir menyentuhnya.

Sabar Al, sabar ... dia sedang PMS, wajar emosinya sedang labil. Mood dia bisa berubah dengan cepat kalau lagi begini.

"Maaf, tadi aku bawa kerjaan pulang, jadi harus aku cek dulu," jelasku sangat hati-hati berharap kalau dia tidak lagi marah.

Dia justru berbaring memunggungiku dan sesenggukan. Aku menggaruk tengkukku bingung jika dia seperti ini. Saat aku bergerak ingin pergi, dengan cepat dia membalikkan badannya dan mencegah tanganku.

"Mau ke mana lagi? Kerja lagi? Kalau kamu kerja mending aku pulang! Kamu kerja aja sana!" Dia menyuruhku kembali kerja, tapi tangannya mencengkeramku kuat.

Lah? Ini sebenarnya suruh nemenin tidur atau suruh kerja sih? Hawdeeeeh bener-bener harus hati-hati bersikap dan berbicara kalau sedang seperti ini. Aku berbaring di sampingnya dan memeluknya dari belakang. Perlahan aku meraba dadanya, tapi dia tidak menolak. Oke, aku lanjutkan meciumi leher dan belakang telinganya. Aku meraba buah dadanya, ternyata dia tidak pakai bra. Langsung saja aku memainkan putingnya dari luar tank top. Dia mendesah membuat nafsuku seketika tinggi. Saat aku remas buah dadanya dia justru memekik kesakitan.

"Aaaaw, sakit Om Jang! Nyeri tahu! Pelan," omelnya.

"Maaf Sayang, maaf," ucapku menciumi wajahnya.

Sebenarnya kalau dia sedang mengomel begini aku tidak begitu bergairah, tapi aku juga pengin bercinta. Gimana dong? Aku melanjutkan mencumbunya dan tidak meremas payudara dia, tapi hanya mengelusnya saja.

'Ting tong

Shit! Siapa malam-malam begini mengganggu! Aku membuang napasku kasar dan turun dari tempat tidur. Ily membuntutiku dan kami membuka pintu.

KAWIN GANTUNG (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang