POSESIF

14.3K 1.2K 97
                                    

-ILY POV-

Sejak mendengar kabar bahagia itu, Om Jang semakin posesif. Apa-apa selalu dia perhatikan, hal kecil saja deh. Makan! Harus tepat waktu dan tidak boleh jajan sembarangan. Nggak tanggung-tanggung dia mencari pembantu, dua sekaligus. Dan kami juga sudah pindah ke rumah yang dia beli beberapa waktu lalu. Setelah mendengar aku hamil dia langsung mencari rumah mini malis, dengan desain yang cantik dan lingkungannya pun sejuk. Masih banyak pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan sini, asri banget tempatnya.

"Ily, kamu hati-hati ya kalau naik tangga kampus."

Nah kan, mulai. Paling males kalau dengar dia pagi-pagi cerewet. Baru juga mau makan, sudah dicerewetin.

"Iya," jawabku singkat langsung menyuapkan bubur kacang ijo ke dalam mulut.

Masa kehamilan pertama membuatku harus sangat hati-hati. Apalagi aku hamil diusia yang masih kurang 20 tahun, itu sangat riskan dan berisiko tinggi keguguran. Sampai saat ini aku masih selalu dalam pengawasan Dokter Anita dan dia juga selalu memberikan obat penguat janin dan vitamin agar tubuhku tidak lemas.

"Sudah sarapannya?" tanya Om Jang setelah dia selesai sarapan.

Aku mengangguk dan mengelap bibirku dengan tisu. Kembali seperti dulu lagi, dia mengantar dan mejemputku. Sebenarnya aku sudah melarangnya, tapi dia tetap memaksa dengan alasan takut terjadi sesuatu denganku. Ya sudah, lebih baik aku manut.

"Bi, tolong beresin meja makan ya? Terus ini uang belanjanya." Aku memberikan uang 200 ribu untuk hari ini.

Lumayan terbantu pekerjaan rumah sejak ada mereka, tidak lumayan lagi, aku sudah hampir tidak pernah pegang sapu, lap pel, kemoceng sejak hamil. Tapi kalau masak, sesekali masih tetap melakukannya sendiri walaupun dibantu.

Setelah memberikan uang, kami pun berangkat. Sepanjang jalan tidak banyak yang kami bicarakan, karena entah kenapa aku merasa malas hari ini.

"Kamu kenapa?" tanya Om Jang melirikku memijit-pijit pelipis.

"Sedikit pusing," jawabku.

"Nggak usah berangkat ke kampus dulu ya? Kita balik aja ke rumah," ujar Om Jang seketika mengkhawatirkanku.

"Aku nggak apa-apa, cuma tadi kayaknya lupa minum susu ibu hamil deh," tolakku agar dia tidak semakin mengkhawatirkanku.

Dia mengelus pipiku lembut, saat kami hampir sampai di kampus, aku melihat Roy berdiri di pinggir jalan, aku mengerutkan dahi mempertajam pandangan.

"Ngapain tuh bocah?" geram Om Jang yang langsung tersulut emosi.

Aku mencegah tangannya sebelum dia turun dari mobil. Sampai saat ini Om Jang selalu marah kalau melihat Roy.

"Sabar, jangan emosi. Ingat, aku lagi hamil, apa yang kamu lakukan akan berimbas pada anak kita," gertakku selalu mengingatkan agar dia hati-hati dalam bertindak.

Dia menghela napas dalam, sedangkan aku membuka jendela mobil.

"Roy, ngapain lo di situ?" teriakku menyembulkan kepala dari jendela mobil.

Dia tampak terkejut dan menoleh, Tangannya kotor dengan oli.

"Eh Ily, nggak tahu nih, tiba-tiba motor gue mati," balasnya mengedikan bahu.

Aku menoleh Om Jang dan menatapnya mengiba.

"Tolong bantu dia ya Om Jang-nya Emes, kasihan kalau dia sampai nggak bisa berangkat ke kampus," rajukku merayu, melendot manja di lengan kekar suami tercintaku.

"Nggak ah, enak aja! Aku pusing kerja sedangkan kamu mau enak-enakkan sama dia di kampus. Iya?!" tolaknya terlihat lucu kalau sedang cemburu.

Uduh ... uduh ... uduh, pengin aku cium habis nih pipi suamiku. Heeeeem ... udah lama puasa nih, jadi eror. Aku bergelayut di lengannya dan merayu.

KAWIN GANTUNG (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang