sebelum Kau Sapu Taman Setiap Pagi

76 8 0
                                    


langit berwarna kelam yang nampaknya membendung awan hujan di atas sana.

angin yang berhembus kencang menggugurkan daun-daun.

gemuruh langit yang memberitahukan bahwa airnya akan turun deras ke permukaan.

semua itu tanda duka alam mengiringi kepergian seseorang.

aku...

masih tidak percaya...

aku telah...

***

"ia... tidak pernah memberitahuku soal penyakitnya... ia... anak yang sangat baik... tidak mau... merepotkan orang tuanya...". ujar seorang wanita paruh baya yang terduduk bersimpuh di depan hamparan bunga yang menghiasi sebuah frame foto.
menangis terisak-isak.

"ia... berpesan padaku... bahwa jikalau ia tak sempat memberikan hadiah ini padamu, aku dipesankan untuk memberikannya padamu hana...". ujar lelaki itu seraya menyerahkan sebuah hadiah lengkap dengan ucapan di atasnya. iapun nampak tak kuasa menahan air matanya sendiri.

"aku... tidak terima... ia masih bersamaku kemarin!!! raut wajah canda tawanya bahkan masih terbayang hingga saat ini. mana mungkin sekarang kudapatinya sudah tidak bernyawa?!!!". teriak seorang perempuan yang menangis keras seraya menggengam erat hadiah yang diberikan kepadanya itu, lalu iapun jatuh lemas tak berdaya.

***

aku... masih ingat saat pertama kali jatuh hati pada senpai...

bukan karena parasnya semata seperti yang gadis lain alami...

ataupun karena jabatanya sebagai ketua osis di sekolah...

aku melihatnya lebih dalam...

aku melihat dirinya lebih dari itu...

ia adalah seorang yang sangat baik...

yang menolong orang tanpa pamrih...

bahkan dengan apa yang ia miliki sekarang, tidak menjadikannya sombong.

iapun pribadi yang santun, bahkan pesanku yang terdahulu selalu dibalasnya.

hanya saja diriku yang salah mengartikan.

diriku yang serakah ingin memiliki hatinya.

setelah ku pikir saat senpai menjauhiku...ia sebenarnya berniat baik agar aku tidak terlalu berharap dan kecewa pada akhirnya.

akulah yang bodoh dan ceroboh waktu itu.

haha...

aku...

jadi rindu...

padanya...

rindu saat...

ia masih disini...

aku...

masih tak percaya...

aku telah...

menyaksikan kepergiannya sendiri...

ya...

ia telah tiada...

kaze senpai...

***

Aku berada dirumah duka.
Melihat semua kesedihan yang terpampang jelas di wajah setiap tamu undangan. bahkan kak hana kehilangan kesadarannya. kedua orang tua kaze senpai pun terlihat sangat hancur.

bagaimana tidak?

yang telah tiada itu adalah anak kesayangan, kekasih, saudara, teman baik, adik, sekaligus kakak kelas dari banyak orang.
mereka merasa kehilangan.

aku kehilangan...

air mata ini tlah habis sedari langit masih gelap kemarin, saat ku dapat kabar bahwa ia terkena serangan jantung.

bumi serasa terbalik.

air mata yang tak henti hentinya turun seperti hampir meguras habis jiwa.

bahkan sekarang aku masih bersyukur karena raga ini bisa sampai kemari.

aku... hanya ingin tau satu hal saja...

hadiahku untuknya benar-benar yang terakhir...

apakah ia masih menyimpannya?

ya tuhan...

air mataku kembali jatuh...

saat kudapati hadiah dariku itu masih terbungkus rapi di lemari bukunya.

ia... masih menyimpannya...

tak dapat kubedakan, antara air mata kesedihan atau air mata bahagia yang saat ini ku teteskan.

tapi hatiku terasa lebih ringan.

jadi memang benar...

aku...

memang sangat...

menyukaimu...

dan aku bersyukur...

yang kusukai adalah dirimu...




selamat jalan kak... semoga kau tenang di alam sana...









T~T....
just author's tears

Hatiku Selembar DaunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang