T I G A

86 23 0
                                    

Sabtu ini langit bersemangat menyambut pagi, tapi hatiku sedang mendung. Ini semua karena ulah Hitam. Sikut tangan kananku menjadi biru lebam, karena kecerobohannya. Walaupun dia sudah minta maaf dan sudah membantu mengobati sikutku, tetap saja masih terasa sakit.

Aku turun untuk sarapan. Di sana sudah ada Bunda, Ayah dan si ceroboh Hitam. Ayah bertanya kepadaku mengapaku sikutku lebam. Bukan aku yang menjawab, tapi hitam. Ayah menceramahi Hitam, dan aku asik makan dengan hatiku yang bersorak riang. Selesai Ayah menceramahi Hitam, aku memberi tahu Ayah dan Bunda hari ini ada kegiatan LDKS selama dua hari di sekolahku dan tentunya bersama hitam.

Ayah dan Bunda mengizinkan kami. Sesudah kami sarapan, kami berpamitan dengan Ayah dan Bunda. Niatnya aku mau berangkat bareng Hitam, tapi ternyata Merah datang. Merah bertanya kenapa sikutku seperti ini dan aku memberi tahu sebabnya. Jadi, kita berangkat bersama. Tentunya bersama dengan Kelabu. Aku malas sebenarnya ikut kegiatan itu, sangat nerepotkan. Perjalanan menuju tempat tujuan sangat membosankan. Suasana mobil yang sunyi, karena aku sedang tidak mood untuk berbicara lagi. Lagi pula tidak ada yang membulai pembicaraan, hanya ada musik di radio yang mengalun lembut. Mataku sudah tak tahan lagi aku ingin tidur sebentar.
"Putih" panggil seseorang sambil menyengol lenganku pelan. Aku masih mengantuk jadi aku mengabaikan suara itu.
"Awas gue aja yang bangunin dia" ini seperti suara Hitam, biarkan sajalah. "Woi..., Putih, ada setan di depan lu".

"Hah, setan????? Dimana? Jangan makan aku, aku darah pahit, makan mereka saja tuh" Teriakku sambil menunjuk mereka, mereka tertawa terpingkal-pingkal.

"Sialan lo semua" Decakku kesal. Aku keluar dan membanting pintu mobil dengan kesal dan mereka masih tertawa. Aku pergi ke taman sekolahku. Disini tak banyak orang, mungkin karena ini terlalu banyak pohon yang lebat, jadi mereka merasa takut atau mungkin tempat ini kotor. Ah entahlah, aku tak tahu. Tapi bagiku ini adalah tempat ternyaman di sekolah ini.

Ada suara bel yang menandakan semua murid harus berkumpul di lapangan. Aku berlari ke sana dengan cepat. Semua murid sudah berkumlul. Jangan tanyakan kemana Hitam, Kelabu dan Merah pergi, karena aku sendiri tidak tahu dan tidak mau tahu. Pemandu LDKS sudah berbicara sedari tadi, tapi aku menghiraukannya. Yang aku dengar hanya 'kita harus melakuankan apa yang disuruhnya' .

Tak terasa haripun sudah malam, akupun sudah letih karena mengikuti permainan tadi. Aku pergi ke kamar mandi, aku berjalan dengan santai. Ini sangat sepi, hanya ada aku. Aku membasuh wajahku. Aku merasa seperti ada yang mengintaiku... dan sekarang aku merasa ada yang berdiri tepat di belakangku. Aku merinding, aku merasa ada yang melihatku. Aku menoleh ke kamar mandi pojok, tak ada siapapun. Mungkin hanya halusinasiku saja.

Aku menoleh sekali lagi, dan... ada seorang perempuan di sana memakai baju khas SMA Bakti Mulia -sekolahku-. Wajahnya sangat pucat. Aku celingak-celingkuk, saat aku menoleh ke tempat dia tadi berada. Oh Tuhan... dia tak ada, dimana dia? Aku tak melihatnya lagi, apakah dia... ah sudahlah, lebih baik aku pergi sekarang dan kembali kepada teman-temanku sebelum terjadi sesuatu.

Aku berjalan keluar, tiba-tiba ada perempuan tadi di depanku. Mau apa dia? Apa dia belum pulang jam segini? Dia memberi kertas lusuh kepadaku, aku melihat kertas tersebut dan bertuliskan angka "851216 135" Dahiku berkerut.
"Ini maks-- mana nih orang? Lag ilang! Gue simpen ajalah, siapa tau ada artinya" Aku bicara sendiri.

"Tih, lu gila ya? Ngomong sendiri" Tiba- tiba calon kakak iparku ada disini. Aku hanya senyum. "Sinting" Lanjutnya. Lagi-lagi aku hanya senyum.

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang