D E L A P A N

45 19 0
                                    

Aku turun menemui Bunda dan Hitam. Mereka sedang menonton Uttaran. Aku menghampiri Bunda dan memeluknya.

"Eh... Putri Tidur, tumben tidurnya bentar doang" Ejek Hitam, aku hanya diam.

Aku mengambil remot dan mengganti chanel televisi. Tiba-tiba Hitam menyeletuk "Dasar anak durhaka, tega lu. Bunda udah ngandung lu selama sembilan bulan, ngerawat lu sampe gede, pas udah gede lu tega ganggu Bunda nonton uttaran? Gue aja nggak berani... astagfirullah... tobat, Dek" Bunda tertawa tapi aku tidak. Aku pergi ke dapur. Dari dapur aku masih mendengar suara tawa mereka. Hitam datang.

"Kenapa?" Tanyanya, aku hanya diam. "Adikku sayang, Putih Sanjaya. Jawab pertanyaan abang lu ini, Hitam Sanjaya" Hitam mengguncang tubuhku.

"Mimpi buruk" Jawabku singkat.
"Mimpi apa?"

Aku menceritakan mimpiku tadi kepada Hitam. Hitam menyimak ceritaku.

"Tunggu, lu mimpi tentang perempuan yang pernah kasih lu kertas bertuliskan angka. Lu liat namanya sekilas, dan dimimpi lu, itu terjadi di gudang sekolah?" Aku hanya mengangguk.

"Bentar, tadi lu liat namanya... Kes--, apa mungkin Keysa Ivana? Kayak yang gue temuin lukisannya di gudang sekolah. Pokoknya besok kita harus ke gudang sekilah ngecek itu" Ujar Hitam.

Aku hanya mengangguk - angguk saja. Dan setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Aku hanya fokus pada makananku. Padahal pikiranku kacau tak karuan. Tak terasa langit menjadi jingga menandakan senja datang. Aku pergi ke kamar dan langsung menuju kamar mandi. Membiarkan air mengalir membasah kesemja tubuhku dan membiarkan pikiran ini larut bersama air itu. Aku sudah membersihkan tubuhku dan sekarang waktunya mengerjakan tugass si guru Dora. Ini guru ngasih tugas banyak amat, kalo ngasih makan sih tak apa - apa banyak. Oh iya, dia tidak pernah ngasih makanan sedikitpun. Dasar Dora pelit. Aku mengerjakan tugasnya sambil ngedumal sepanjang mengerjakan tugas. Dan akhirnya seleaai, Bung. Aku lelah, sekarang waktunya bobo cantik.

Sinar matahari memberi kehidupan di bumi ini. Aku terbangun dari tidurku dan siap ke sekolah. Setelah semua sudah siap. Aku turun menuju ruang makan untuk sarapan. Sudah ada keluarga ku di sana. "Selamat pagi dunia" Ucapku.

"Selamat pagi keluarga, bukan dunia" Koreksi ayah, aku hanya nyengir kuda.

Kali ini aku berangkat bareng Hitam, karena kita ada misi. Bunda dan Ayah heran mengapa kita berangkat sepagi ini. Biasa kami paling malas berangkat pagi.

"Jadi'kan jelajahin gudang sekolah?" Tanya Hitam saat di mobil. "Jadi" jawabku. Hitam menggenggam tangan ku. Jujur, dari kemarin sebenarnya aku sangat takut. Hitam meyakinkan ku agar tidak takut. semalam dia membujuk ku agar aku ikut, dan dia ..... berhasil. "Jangan takut, ada gue. Gue abang lu, gue jagain lu. Okee" ucap Hitam lembut karena melihat kecemasan di wahah ku.

"Kalo tiba-tiba dia muncul di belakang kita, terus ilang lagi. Gimana?"

"Berarti dia setan. Udah gitu aja"

"Ish, lu mah." Kesal ku pada Hitam.

Kami sampai disekolah, aku pergi ke kelasku untuk menaruh tas, begitu juga dengan Hitam. Hitam menjemputku ke kelas ku. Aku berjalan di gandengnya. Sesampainya di gudang, rasanya aku ingin membebaskan diri dari genggaman Hitam lalu lari menjauh dari gudang.... tapi hasilnya ..... nihil.

Gudang sekolah tidak di kunci. Hitam masuk ke gudang dan menarik ku. Saat di dalam gudang, aku melihat lukisan. Hitam mengambil lukisan itu dan menunjukannya padaku. Ternyata benar, orang yang ada dalam lukisan ini sama dengan orang yang memberiku kertas bertuliskan angka.

Hitam membalik lukisan itu, dibalikny ada tulisan Keysa Ivana - 06.

"Iya, dia orangnya. Tapi apa maksudnya dia ngasih kertas bertuliska angka itu ke gue? Dan... siapa Keysa Ivana?"

"Kita pecahin kode yang ada di kertas itu, kita butuh bantuan Merah dan Kelabu." Ucap Hitam.

Hitam.mebawa lukisan itu. Kami keluar dari gudang dan pergi ke kelas Hitam. Aku dudud di bangkunya kelabu, sebelah Hitam.

"Idih, tumben banget calon suami sama adek ioa ada di sini. Ada apa nih?" Kelabu datang.

"Apaan sih?" Ucapku. Kelabu duduk di samping Hitam. Semakin siang, semakin banyak yang datang.

Tapi, kenapa Merah belum datang? Mereka bertiga sekelas, sebentar lagi pintu gerbang akan ditutup. Tidak biasanya Merah datang sampai sesiang ini. Apa dia pergi ke rumah ku dulu untuk menjemputku? Tapi'kan semalam aku sudah kirim pesan untuk tidak menjemputku. Ah sudahlah...

Aku pergi ke luar. Tapi pas di pintu, aku berpas - pasan dengan Merah. Syukurlah dia datang. Akupun mengurungkan niatku kel uar kelas mereka.

"Selamat pagi. Huh... pagi - pagi udah ngeliat yang seger kayak kamu. Ada apa kesini?" Tanya Merah, napasnya terengah - engah.

"Selamat pagi. Tumben telat" Jawabku. Merah menggandengku ke tempat duduknya, aku duduk di meja Merah dan Merah duduk di bangkunya.

"Kenapa napas kamu terengah - engah?" Tanyaku.

"Butuh napas buatan kamu" Jawabnya ngaco.

"Sudah lupakan, kenapa kamu telat? Tumben!"

"Iya, tadi bangun kesiangan, untung kamu berangkat bareng Hitam"

"Yaudah, bentar lagi masuk. Mending lu ke kelas lu sana. Ntar istirahat kita omongin lagi." Ujar Hitam.

"Ada apa sih?" Kepo Merah.

"Ntar aja istirahat" Ucap Kelabu.

Aku pergi ke kelasku. Sudah ramai ternyata kelasku.

"Dari mana lu, Tih?" Tanya salah satu teman kelasku. "Dari kelas Hitam" Jawabku ramah dengan senyum semanis mungkin. Hihihi...

----------------------------------------------------------------------
@ratnaratna327

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang