Tampak Semakin Jelas

62 5 0
                                    

Kedekatanku dengan Sakti kini semakin hari semakin akrab. Meskipun kedekatan itu tidak langsung jelas terlihat oleh mata. Aku dan Sakti kini mulai berani melontarkan canda yang terselip dibeberapa pesan singkat kami di ponsel. Ketika bertemu langsung pun aku dan Sakti tidak secanggung waktu itu. Semua perasaan canggung kami kini kian hari semakin mencair.

Aku sudah mulai berani menatap setiap gerak geriknya, dan ketika ia tersadar akan tatapanku aku langsung berpura - pura tidak memperhatikannya. Itulah kelemahanku yang beraninya sekedar mengagumi dari kejauhan, nah pas dianya tatap balik aku malah pura - pura memperhatikan yang lain. Keadaan yang terkadang membuatku menertawakan diriku sendiri dan berpikir betapa bodohnya diriku.

Setiap hari aku selalu cerita semuanya pada Abin. Tapi, ceritaku pada Abin selalu tersembunyi karena Aku dan Sakti bertepatan satu kelas. Dan untungnya posisi duduk Sakti jauh dari posisi dudukku.

Jam istirahat, aku bercanda dengan teman - temanku tiba - tiba, "hai Sakti, gabung sini yuk daripada disitu sendirian!" lontar Abin pada Sakti. Tanpa terlontar satu katapun, Sakti langsung bergabung dan nampak senyum kecil dari bibirnya yang berarti mengiyakan ajakan itu.

Ditengah candaan, entah apa yang membuat Sakti dan aku saling terlontar kata. Saking asiknya dengan topik yang kami bicarakan, sampai - sampai kami tidak menyadari kalau hanya kami berdua yang berada dalam kelas itu.

"Aduhh, kenapa tinggal kita berdua?" Bingungku. "Sudah tidak apa - apa, tenang saja" ujar Sakti untuk menenangkanku.
Teman - teman di luar kelas sibuk memperhatikan aku dengan Sakti. Sungguh, perasaanku waktu itu campur aduk, aku senang tapi aku sungguh malu pada Sakti dan yang paling aku takuti adalah saat kecanggungan kami mulai mencair, tapi karena hal ini sikap Sakti akan kembali membeku seperti dulu.

Sungguh aku kesal sekali pada Abin waktu itu, kenapa ia ikut dengan teman - teman yang lain untuk mengunciku dalam kelas dengan Sakti. Tapi, aku juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada Abin, karena aku mempunyai kesempatan untuk dapat berbincang - bincang lebih lama dengan Sakti. Dan yang tidak bisa aku terima waktu itu adalah rasa maluku yang tak bisa tertahan.

Sejak saat itu aku digosipkan dekat dengan Sakti. Entah itu hanya sekedar gosip atau malah akan menjadi sebuah realita kedepannya.

Ternyata Salah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang