Hari yang Tak Terduga

56 5 0
                                    

Selama beberapa hari ini, ponselku tidak pernah berdering lagi. Wajarlah ponselku ramai cuma gara - gara Sakti menghubungi ku untuk menanyakan tugas.

Selama Sakti tidak menanyakan tugas lewat pesan singkat, Manda pun selalu menelpon ku. Hitung - hitung biar ponsel ku ramai. Manda adalah teman laki - laki ku dari kelas 10 dan dia merupakan salah satu teman terbaik yang aku punya. Setiap hari aku dan Manda selalu telponan, terkadang aku yang menelponnya duluan dan yang lebih sering sih dia yang menelpon ku duluan.

Pagi itu, aku dan Manda membahas telponan kami semalam dengan antusias, tanpa ku sadari ada Sakti berada di sekitar duduk kami. Ketika Manda menyudahi pembicaraan nya, "telponan sama Manda?" Tanya Sakti menghampiri ku. "Iya" jawabku singkat.

Setiap hari aku dan Manda selalu telponan seakan - akan tidak pernah habis topik untuk kita perbincangkan. Dan lagi - lagi kami selalu membahasnya di sekolah.

"Nanti libur ya telponan nya sama Manda, aku mau telpon" ucap Sakti menghampiri ku. Ucapan Sakti sontak membuatku kaget disela - sela duduk ku. "Ha? Okee" jawabku bingung. "Beneran ya, nanti aku mau telpon kamu" jelas Sakti.

Aku memikirkan, tumben sekali Sakti ingin menelponku. Saat mengerjakan tugas, Sakti menghampiri ku dan tanpa minta ijin dia langsung duduk di sebelah ku. Jantungku waktu itu berdetak sangat kencang dan sangat tidak teratur. Kalau boleh di perumpamaan jantung ini berasa mau copot dari pangkalnya.

"Aku mau keluar dulu ya, sebentar" ijin Sakti, ditengah mengerjakan tugas. Tanpa mendengar jawaban dariku, Sakti langsung berlari keluar bak angin yang tiba - tiba menghilang.

Bel sekolah pun berbunyi (ting tong). Semua siswa nampak gembira, begitu juga aku. Kami semua bergegas merapikan buku kami untuk dimasukkan kedalam tas dan semua kelas nampak menyudahi pelajaran.

Aku yang waktu itu pulang bersama Ahya, tanpa basa - basi aku dan Ahya langsung menuju ke tempat parkir depan. "Kamu dicari Sakti loh!" Ucap salah satu temanku dari kejauhan. "Emang ada apa?" Heranku. "Entah, tadi dia menanyakan keberadaan mu" jawabnya. "Ya sudah biar saja, kan masih bisa besok kalau ada hal yang penting" jawabku tenang.

Sesampai di rumah, aku terus memikirkan 2 kejadian yang menurutku aneh dan hari ini terjadi. Yang pertama tidak biasanya Sakti berpamitan dulu padaku jika ingin keluar kelas dan yang kedua, tidak biasanya waktu pulang sekolah Sakti mencariku. Aku terus berpikir tentang pertanyaaan yang berlalu lalang di pikiran ku ini, sampai - sampai aku pun terlelap.

Seperti rutinitas seorang pelajar yang lain, setiap malam aku selalu belajar. Malam itu aku tidak mood untuk belajar, karena tetanggaku tepatnya disebelah timur rumahku ada yang punya hajat sehingga suara soundnya memecah konsentrasi ku dalam belajar. Meskipun tidak mood aku tetap belajar ya meskipun cuma baca - baca entah masuk apa tidak tapi aku usahakan untuk belajar.
*drttt* (dering ponsel). Amirapun membuka ponselnya dan tertera nama Sakti pada pesan baru yang membuat ponselnya bergetar.
Sakti : "Amira, aku bisa telpon sekarang?"

"Kenapa dia tidak menanyakan tugas besok?" Gumamku dalam hati.
(Amira membalas)
Amira : "aku masih belajar, nanti saja kalau aku sudah selesai kamu boleh telpon."

*drrtt* (dering ponsel yang menandakan balasan dari Sakti)
Sakti : "iya sudah, nanti kalau sudah selesai langsung hubungi aku ya"

Belajar ku pun telah usai, aku mengambil ponsel ku dan menulis pesan singkat pada Sakti. Selang beberapa menit pada pukul 20.23, terdapat telpon yang tertera nama Sakti di layar ponsel ku. "Halo Assalamualaikum, apa apa? Mau nanya pr apa? Fisika kah? Masa kamu gak bisa?" Angkat ku dengan beberapa pertanyaan. "Waalaikumsalam, bukan itu" ucap Sakti. "Terus mau nanya pr yang mana?" Sahut ku memotong pembicaraan Sakti. "Amira sebentar, aku mau ngomong jangan nyerocos mulu" tegas Sakti. "Ohh oke" jawabku malu. "Amira ayo kita jadian?" Ucap Sakti. Karena terganggu dengan suara sound, aku menanyakan yang ia ucapkan barusan karena aku takut salah dengar. "Ha apa?" Tanyaku. "Aku gak bercanda" jawab Sakti ketus. "Aku juga gak bercanda, disini ramai jadi tidak begitu jelas suaramu" terangku. "Ayo kita jadian Amira?" Ucap Sakti. "Ha? A..apa ? Jadian? Maksudnya gimana?" Jawabku mulai gugup, suhu tubuhku mulai tidak teratur, berasa panas dingin. "Iya Amira, ayo kita jadian" jelas Sakti. "Tapi.. tapi kita kan satu kelas" jawabku yang mulai bingung. "Gini deh, jangan memikirkan itu, aku nanya di lubuk hatimu mau apa tidak?" Tanya Sakti. "I..ii..iyaa" jawabku. "Ya sudah berarti iya ya kamu terima aku. Oh ya jangan kasih tahu yang lain, biar mereka tahu dengan sendirinya" jelas Sakti padaku. "Hmm iya" jawabku singkat. "Ya sudah Assalamualaikum" tutup Sakti. "Waalaikumsalam" jawabku.

Apakah aku mimpi? Apakah Sakti ngelantur? Apakah Sakti mempermainkan ku?
Semua pertanyaan itu tiba - tiba memenuhi pikiran ku. Aku masih bingung dan tidak percaya dengan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

Ternyata Salah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang