Awal cerita

76 3 0
                                    

Sekarang, aku adalah Amira yang berbeda. Aku adalah Amira yang hatinya sudah termiliki oleh Sakti. Hari - hari ku pun mulai berubah, yang awalnya aku tidak pernah sama Sakti, sekarang hampir sehari penuhku dihabiskan bersama Sakti.

Pada awalnya, aku sangat malu sekali ketika bertemu Sakti. "Hai" sapa Sakti menghampiriku. "Haii iya.." gugupku menjawabnya. Kebetulan waktu itu aku sedang duduk, tiba - tiba tubuhku terasa panas dan aku pun mengibaskan tanganku agar keluar angin tapi tetap saja, akhirnya aku mencari benda lain yang dapat menghilangkan rasa panas pada tubuh ini. Sakti melihatku dengan aneh, "sudah tidak perlu gugup Amira, santai saja" terang Sakti. Ketika mendengar itu, seketika aku langsung malu. "Ha? Iya aku santai kok" jawabku.

Selama beberapa hari, aku masih tetap saja malu tapi rasa maluku mulai berhasil aku tutupi meskipun itu semua dengan susah payah. Alhasil seiring berjalannya waktu rasa malu ku tiba - tiba memudar dengan sendirinya. Sekarang meskipun bertingkah konyol dihadapan Sakti aku pun tidak pernah malu lagi. Sekarang Sakti sudah aku anggap benar - benar sebagai teman yang mengetahui semua tingkahku. Mulai dari tingkah jaim ku, konyol ku, sedih ku, senang ku dan hampir semuanya Sakti tahu. Begitu juga Sakti, yang awalnya Sakti juga menutupi rasa malunya dan bertingkah seakan - seakan maskulin. Sekarang sifat Sakti yang kekanak - kanak an mulai muncul, dari luar dia nampak sebagai lelaki yang sangat kelihatan tanggung jawab dan gagah tapi ternyata dia juga mempunyai sosok yang sangat manja kepadaku. Aku sangat senang ketika melihat Sakti manja.

Setiap hari, kami saling melontarkan canda dan dengan candaan yang sepele kami dapat tertawa bersama. Hal sepele yang terkadang membuatku kita terlarut dalam kebahagiaan.

Aku tidak percaya dapat bersama Sakti. Sakti adalah lelaki yang selama ini ku kagumi dan aku pun sering menyebutnya di penghujung doa ku ketika aku shalat. Aku tidak pernah berhenti mendoakannya dan sampai saat ini pun nama Sakti masih tetap terselip. Aku tidak pernah meminta kepada Allah agar aku dapat bersama Sakti, aku hanya mengagumi nya saja melalui doa - doa yang ku ucap. Tapi, untuk saat ini aku bisa bersama Sakti, suatu kenyataan yang tak pernah ku duga sebelumnya.

Aku bersyukur dengan keberadaan Sakti disampingku. Aku selalu berdoa kepada Allah jika memang Sakti yang terbaik, kami akan selalu bersama. Entah apapun yang menghalanginya kami akan tetap bersama.
Dan aku sangat ingat Sakti pernah berkata "jodoh itu bukan Allah yang menetukan, tapi kita sendiri yang memilih dan Allah hanya meridhoi dan mengabulkan"
Kata - kata yang selalu aku ingat dan aku letakkan di dasar lubuk hatiku, yang keluar dari bibir indah Sakti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ternyata Salah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang