Diorama

1K 41 29
                                    

Sleep is my drug,

My bed is my dealer,

& my alarm clock is the police......

Setiap orang punya sesuatu yang beda setiap harinya, sekalipun dia bilang gak nyiapin apa-apa.

Dia, si cowok bertubuh dan berwajah khas barat ketimuran yang semalaman penuh menghabiskan waktu diluar, sedang asik tertidur lelap tanpa mengganti pakaiannya yang penuh darah itu.

Gue gak tau kenapa pagi begitu cepat, padahal saat malam hari, gue sanggup nikmatin semua kelelahan, tapi pagi hari kembali lagi, kembali pada dunia nyata dimana penuh dengan orang-orang pembohong, pecundang, pengkhianat, pemberontak, dan teman-temannya.

Apa agenda gue hari ini? STOP THE BULLSHIT and FUCK the FAKE...

"Canon!"

DUGH-DUGH-DUGH,

"Canoooon..."

Entah itu suara tendangan atau ketukan pintu tak sopan yang pernah terdengar, tapi itu sukses membuat Canonernt membuka matanya kaget.

"Arght!" cowok berkebangsaan Indonesia dengan wajah ketimuran yang mendominasi ini mengumpat tanpa membuka matanya. Dia malah menumpuk bantalnya - menutupi kepala dan telinganya.

DUGH-DUGH-DUGH,

"CANOOOOON!!!!"

Teriakan itu semakin keras.

Gini nih tiap hari. Gak ada sopan buat orang kayak gue, sedikit gak percaya juga sama ungkapan 'Hidup itu adil'

BUGH!

Canon balas melempar bantalnya ke pintu kamar. Dengan perasaan kesal yang teramat sangat, dia bangun dari tidurnya dan segera membuka pintu. Ajaib memang, tak pernah memakai topeng kebesarannya sebagai cowok 'anggun' ketika di rumah. Karena dia sepakat dengan dirinya sendiri, tak ingin jadi orang yang munafik.

Dia membuka pintu kamar seraya memegangi keningnya yang terasa pening karena di bangunkan dengan paksa.

"Enak-enakan yah... udah pulang pergi gak tau aturan, sekarang bangun juga gak tau waktu. Liat jam tuh!" si wanita bertubuh subur dengan kilauan-kilauan emas di leher dan pergelangan tangannya itu menempeleng kepala Canon sambil mengomel.

"Ini juga nih.. apa-apaan. Tiap hari bonyok, tiap hari malu-maluin orang rumah. Udah di kasih makan, tempat tinggal, bukannya patuh malah nyusahin! Cepet turun, masak sana!"

Wanita itu memegang dagu Canon dan menggoyangkannya kesana-kemari, sebelum akhirnya dia menempelengnya kepala Canon sekali lagi dan langsung turun ke bawah. Canon pun tak ada pilihan lain selain pergi mandi dan bersiap-siap.

Kalo udah kayak gini, gue cuma mesti mikir indah kalo tokoh utama itu pasti berakhir bahagia.

"Shhhsss... " desahnya sambil memegangi dagu. Seluruh wajahnya masih terasa sakit akibat pertempuran tadi malam. Kalau saja aksinya mengerjai salah satu anak buah gank tak ketahuan oleh ketua genk-nya, pasti Canon takkan berakhir seperti ini.

Dengan gontai dia kembali ke kamarnya setelah selesai mandi. Tak banyak yang ada di kamarnya selain kasur tanpa tempat tidur, lemari kecil dan meja yang tersusun bersebrangan, di terangi lampu bohlam 60 watt menyinari ruang mungil ini menjadikan suasana yang terang benderang. Jendela kamar sejajar di sisinya tertutup tirai tebal, di sisi yang bersebrangan ada pintu yang menuju ke luar kamar.

Gue gak pernah salahin siapapun kenapa hidup gue jadi kayak gini. Gue cuma bersyukur.. dikit, Karena masih di kasih tempat buat numpang tidur. Mungkin kalo tuh orang-orang keparat gak berebut warisan, yakin, gak akan mereka mau numpangin gue.

CannonerntWhere stories live. Discover now