EX

328 26 12
                                    



"Jadi, gimana kabar kamu..." pria berkumis tebal itu seperti belum mengakhiri kalimatnya, sementara seorang murid laki-laki di depannya masih terus memerhatikan. "....pasca kejadian itu?" lanjutnya sambil merubah posisi duduk.

"Seperti yang bapak lihat, saya baik-baik aja.."

"Sudah pulih seperti sedia kala?"

"Ya, saya rasa.."

"Hm...." Pria berkumis tebal itu menganggukkan kepala seraya mengambil sebuah kertas yang terletak diujung mejanya. "Saya senang kamu jadi lebih sopan.." pria itu menyembunyikan tawanya dibalik senyum separuh yang ia tampilkan. "Ini.. kembali saya beritahu lagi tentang peraturan-peraturan di sekolah ini, kamu jangan malas baca dan jangan mengulang masa lalu."

Murid laki-laki itu mengambil beberapa lembar kertas yang disodorkan pria di depannya dan membaca sekilas tulisan besar yang berada di lembar pertama. Ia menghela napas.

"Saya masih punya bukunya dirumah pak.." katanya datar.

"Saya tau, bahkan kamu punya dua kan? Saya mau kamu tempel kertas itu di kelas baru kamu dan kamu baca setiap masuk dan keluar kelas. Biar ingat.."

Setelah itu, keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Terutama si pria berkumis itu, dia masih takjub dengan perubahan murid di depannya ini, bahkan dia kira walau sampai ribuan tahun pun tidak akan ada yang bisa merubah sikap muridnya ini, tapi ternyata hanya dengan satu tahun ia bisa melihat perubahan yang sangat signifikan pada muridnya. Dan dia bersyukur, pertemuan mereka kali ini, setelah satu tahun itu berlalu, berjalan dengan baik.

"Yasudah.. cepat kamu masuk ke kelas,"

"Baik pak, terimakasih.."

Setelah itu, si Murid laki-laki tadi berjalan keluar dan menutup pintu ruangan yang terdapat papan bertuliskan Principal.

****

Seperti biasa, Ernt dan Richie mampir ke kantin lebih dulu sebelum jam pelajaran dimulai. Padahal mereka tidak berniat untuk membeli apapun, lagipula Ernt sering mengeluh ingin pup setiap kali makan di pagi hari. Apapun makanannya. Walaupun hanya sesuap bubur.

"Tadi gue liat Glady masuk ke ruang kepsek. Eh sumpah malahan tadinya gue pikir itu bukan dia.."

"Iya, tapi lo ngeh gak sih dia berubah banget,"

"Iya, iya.. lebih rapi, mukanya juga bersihan dan gayanya berubah banget!"

"Banget! Masa dia pake-pake headphone gitu, ya keren sih dan kalo soal mukanya sih gak usah dibahas.."

Baru saja duduk di kursi kosong dekat kios ketoprak, Ernt dan Richie mendengar ribut-ribut yang sangat mengganggu. Dan mereka perhatikan hampir semuanya membahas satu nama yang tidak asing di telinga mereka.

"Glady?" Ernt berbisik pada Richie. Sedangkan Richie tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaannya karena dia sendiri tidak yakin dengan apa yang didengarnya.

Belum kelar dengan kebingungannya, Richie malah terlonjak saat Ernt tiba-tiba bangun dari duduknya dan bergabung bersama para gadis yang sibuk ngerumpi tadi.

"Maksud lo Glady.. Glady Giovano?" tanya Ernt memastikan sambil menggeser-geser bokongnya sampai kebagian tempat duduk.

"Eh, Ernt.." kata salah satunya sambil tersipu.

"Glady bastard, tengik, najis, itu?" lagi-lagi Ernt memastikan, kali ini dengan kataan yang cukup kasar.

"Em.. ya, sohib lo."

CannonerntWhere stories live. Discover now