CHAPT ONE : REUNION
Terlihat seorang anak perempuan bersembunyi di belakang kaki ibunya. Ia sedang fokus menatap anak laki-laki yang berada di hadapannya.
"Cath, ayo kenalan sama tetangga baru kita. Maaf ya Rin, anakku itu pemalu banget," kata ibu dari anak perempuan tadi yang dipanggil Cath itu.
"Haha gak apa-apa kok, Hana, anak kecil pasti begitu," balas ibu dari anak laki-laki itu yang dipanggil Rin oleh Hana. Ibu dari si anak perempuan. "Ayo, Roy, kamu ajak kenalan duluan," suruh Rina pada anakknya, Roy.
Roy pun mendekati si anak perempuan lalu mengulurkan tangannya dan berkata, "Kenalin namaku Alexander Royhansens. Kamu boleh panggil aku Roy. Kamu?"
Dengan takut-takut anak perempuan itu keluar dari belakang kaki ibunya dan menjabat tangan si anak laki-laki. "Aku Catharinne Voils, anak ke 3 dari 3 bersaudara," ucapnya dengan senyuman manis di wajahnya.
°●°●°Promise•●•●•
Kriiiiiing!!
Tep.
Terlihat seorang gadis sedang mengeliat di kasurnya. Ia menguap, lalu turun dari kasurnya. Ia melakukan sedikit pemanasan dan bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menuju sekolah di hari pertamanya. Ia sudah mengenakan seragam dan menggendong tas saat pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
Tok. Tok. Tok.
"Cath sayang, bangun ya."
Rupanya ibunya yang berniat membangunkannya.
Biasanya, ia selalu kembali tertidur saat alarmnya sudah dimatikan. Cath menahan tawanya. Ia pun membuka pintu dengan cengiran khasnya di wajahnya.
"Aku udah siap malah, Ma," ucapnya dengan cengirannya saat membuka pintu.
"Oalah, tumben kamu, Cath."
"Hihihi. Kalo hari pertama mah beda, Ma," ibu dan anak itu pun tertawa bersama. Kemudian mereka berjalan menuju meja makan sambil mengobrol.
"Catharine Voils, anak perempuan papa satu-satunya, sini," ucap ayahnya sambil merentangkan kedua tangannya. Cath pun langsung berlari memeluk ayah tercintanya itu. "Kamu pakai seragam itu jadi kelihatan dewasa."
"Thanks, Pa," ucapnya saat dipeluk.
"Widih, yang udah SMA mah beda," Sindir kedua kakak laki-lakinya secara bersamaan.
"Yang udah mau UN mah beda juga, ya ngak, Pa? Kerjanya ngeles sama bimbel mulu," pertanyaan itu pun disambut gelak tawa oleh ayah dan ibunya, sedangkan kedua kakak kembarnya itu hanya mengerucutkan bibirnya.
"Yasudah, setelah makan Rio, Rino langsung siap-siap, ya. Adek kamu udah nungguin nih," ucap ibu sambil melirik ke arah Cath.
"Okay mama ku cantik," jawab mereka serempak.
Cath selalu terheran jika kakaknya melakukan itu. Ia heran, apakah semua anak kembar selalu seperti kedua kakaknya? Berbicara bersamaan bahkan sekarang mereka pacaran dengan orang yang sama. Ralat, sama kembarnya seperti mereka. Mereka juga selalu bisa membedakan jika itu bukan pacarnya jika sewaktu-waktu pacarnya jahil bertukar peran.
Pada akhirnya, Cath memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih lanjut.
°●°●°Promise•●•●•
"Bye-bye cantik, jaga diri ya," ucap kedua kakak Cath bersamaan saat mereka berpisah di lorong sekolah. Anak kelas 12 kelasnya berada di lantai tiga, sedangkan anak kelas 10 di lantai satu.
"Iya-iya."
"Inget, sekalian cari pacar. Siapa tau ada yang oke disana. Situ udah bosen ngelajang kan? Eh maksudnya ngejomblo," goda Rino yang langsung dihadiahi tatapan matanya yang tajam oleh Cath. Rino langsung berkeringat dingin dan berlari sambil menarik Rio menuju tangga. Cath memutar bola matanya lalu berjalan menuju kelasnya.
Ternyata sesampainya di kelas, banyak murid yang sudah datang. Tempat duduk yang diincar olehnya juga sudah diambil oleh orang lain. Terpaksa ia menduduki tempat yang tersisa. Antara di depan meja guru atau di samping pemuda yang sekarang ini sedang tertidur di meja dengan earphone yang tersangkut di telinganya.
Well, lebih baik di samping laki-laki ini daripada di depan meja guru, pikirnya sambil mendudukan dirinya di atas bangku. Kemudian Cath memasang earphone di telinganya lalu mengeluarkan novel yang ia bawa dari tasnya.
°●°●°Promise•●•●•
Pemuda itu terbangun saat ada seseorang yang menepuk-nepuk pundaknya. Saat membuka mata, ternyata yang membangunkannya adalah seorang gadis berambut sepinggang dengan mata cokelat tua yang bersinar dan kulit putih bersih serta pipi tirus yang membuatnya nampak dewasa. Tapi bagi pemuda itu, wajah gadis itu nampak familiar.
"Well, sorry gue ganggu mimpi lo, tapi ini udah bel dan hape lu harus dimatiin," ucap gadis itu sambil menunjuk hape si pemuda. Sedangkan pemuda itu masih terpesona dengan malaikat yang berada di depannya ini.
"Ah, thanks," ucap cowok itu begitu tersadar.
"By the way, lo kan temen sebangku gue, jadi kenalin nama gue Catharinne Voils," lanjut gadis itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
Pemuda itu terlihat sedikit terkejut, tapi ia masih bisa menyembunyikannya. Ia pun menyambut tangan gadis itu dan berkata, "Alexander Royhansens, itu nama gue."
ToBeContinue...
a.n
Ini SLOW update, jadi mohon bersabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Roman pour AdolescentsAlexander Royhansens balik ke negara asalnya demi bertemu dan memenuhi janjinya pada Catharinne Voils, teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Sayangnya Cath tidak lagi mengenali dirinya sebagai Roy melainkan Alex, teman sekelasnya. "Anak ke...