PART 2

108 2 0
                                        

esok paginya gue terbangun dengan kepala pening.
agaknya gue salah posisi tidur semalam. gue lihat
jam setengah enam pagi. buru-buru gue mandi,
gue harus sudah di kantor jam tujuh meski jam
masuk adalah jam setengah delapan. hari pertama
ini gue harus memberikan kesan yg baik kepada
atasan gue.
selesai mandi gue bergegas mencari sarapan. pagi
begini ada penjual nasi uduk "dadakan" di depan
kos jadi gue nggak perlu repot-repot nyari sarapan.
seperti yg sudah gue bilang, penghuni kontrakan ini
kebanyakan karyawan pabrik. lapak nasi uduk ini
sudah dipenuhi antrian mereka yg hendak
berangkat shif pagi.
gue berdiri di belakang antrian. dari sini gue bisa
melihat pintu kamar gue di atas. dan di tembok
pembatas itu, gue melihat dia. wanita yg kemarin
gue temui di depan pintu kamarnya. dia sedang
memandang kosong seperti kemarin. dan saat gue
perhatikan ekspresi hampa nya, gue jadi teringat
suara tangisan yg gue dengar semalam.
apa mungkin tangisan itu adalah suara dia? kalau
dilihat dari sikapnya, kemungkinan besar memang
benar. wanita berkaos kaki hitam, begitu gue
memanggilnya mulai hari ini.
dan pagi itu pun gue memulai hari pertama gue
kerja, atau lebih tepatnya disebut magang. setelah
lewat masa magang selama 1 tahun, gue akan
dipromosikan sebagai staff di bagian General Affair
sesuai fresh graduate gue. suasana kantor cukup
menyenangkan dan bersahabat. meski sangat
terkesan kikuk, gue mencoba secepat mungkin
beradaptasi dengan lingkungan kerja yg baru ini.
karena ini hari pertama, gue cuma diberi tugas
ringan. mengecek data kelengkapan barang
keperluan karyawan dan beberapa tugas ringan
lainnya. gue lebih banyak nganggur. nganggur bikin
gue bengong. dan orang bengong pasti melamun.
maka mulai melintas pertanyaan-pertanyaan aneh
di benak gue. tentang wanita berkaos kaki hitam
itu. apa yg selalu dilamunkan oleh dia? apa dia
menderita depresi berkepanjangan? karena gue
lihat nggak ada sedikitpun ekspresi ceria di
wajahnya. dan lambat laun otak gue mulai dipenuhi
bayangan-bayangan wanita itu.
gue mesti cari tahu. dan sorenya sepulang kerja
gue beranikan diri berkenalan dengan penghuni
kamar sebelah gue yg selalu "berisik". sore itu dia
menyetel lagu band yg sedang naik daun saat itu.
"kerja dimana Mas?" Indra, nama laki-laki itu. kami
mengobrol di teras kamarnya.
"di SH**P," jawab gue.
"udah lama?"
"baru kemaren kok. semalem baru gue tidur di
sini."
Indra mengangguk. dan kami mulai larut dalam
obrolan ringan. setelah gue rasa cukup akrab
sebagai orang baru, gue beranikan diri bertanya
tentang 'dia'.
"oh iya Ndra, lo tau nggak cewek penghuni kamer
depan gue?"
"emang ada ya yg nempatin kamer itu?" dia malah
balik tanya.
"lah..kemaren gue liat kok. cewek yg pake kaos
kaki item panjang itu?"
"lo liat setan kali?" Indra tertawa lebar. "hahaha..
sorry cuy. gue nggak hafal soalnya balik gawe gue
'ngebo' di kamer. keluar kalo nyari makan doang,
abis itu molor lagi. sama kamer sebelah juga gue
nggak kenal. cuma sama lo aja. itu juga lo nya yg
ngajak kenalan duluan.."
gue menggaruk kepala yg sebenernya nggak gatal.
rupanya gue salah pilih informan. dan rasa
penasaran gue semakin membubung dalam dada.
gue sengaja membuka sedikit gorden jendela
kamar gue supaya bisa mengintip keluar kalau-
kalau wanita itu menampakkan dirinya. gue ingin
sekali melihat dengan jelas wajahnya tanpa tertutup
rambut.
berjam-jam gue duduk di samping jendela yg
kacanya rendah ini. tapi pintu kamar di depan gue
tidak bergerak se inchi pun. entah berapa lama
gue duduk dalam diam mengawasi dengan
saksama.
tapi nampaknya malam ini misi gue nggak
membuahkan hasil. gue malah tertidur di samping
jendela dan bangun keesokan paginya dengan
kepala lebih sakit......

Sepasang Kaus Kaki HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang