Jessi

2.4K 107 6
                                    

cahaya matahari dari balik gorden membangunkanku. aku mengerlapkan mataku, menggeliat berusaha mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

"pagi non." sapa bi surti,

"pagi bii. mama udah berangkat kerja ya?"

"udah non, tadi ibu titip pesan non gak boleh pergi kemana-mana hari ini."

aku sudah tau, mamaku pasti akan pergi pagi-pagi sekali untuk bekerja. tapi hari ini aneh? kenapa aku tidak boleh pergi? padahal sebelumnya mama tidak pernah melarangku.

"ahh, ko gtu? jessi hari ini mau ke bukit bii. boleh ya bii? pliss, cuma sebentar ko." kata ku sambil memohon pada bi surti

bi surti adalah asisten rumah tangga kepercayaan mamaku. sudah hampir 27 tahun beliau bekerja pada mamaku dan aku sudah menganggap bi surti sebagai mama ke-2ku. karna mama pertamaku terlalu sibuk dengan dunianya.

meskipun begitu mamaku tidak pernah mengabaikanku, sesekali mama akan menelpon bi surti menanyakan aku di sela-sela kesibukannya. aku amat sangat menyayangi mamaku apalagi beliau adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki setelah papaku meninggalkan dunia ini 4 tahun yang lalu.

oia, kenalkan namaku Jessica Veranda Tanumihardja. tahun ini umurku menginjak kepala dua, ya walaupun sebenarnya kepalaku tetap hanya ada satu (menyeramkan bila berubah jadi dua haha).

aku terlahir dalam keluarga yang bisa dibilang berkecukupan bahkan berlebih, aku mendapatkan segala hal yang aku inginkan.

papaku Kenny Tanumihardja adalah seorang pengusaha export import yang sangat sukses di dalam maupun luar negeri.

mamaku Jean Marlow adalah seorang designer terkenal. mamaku keturunan Jerman loh, jadi gak salah kalau aku cantik dan memiliki mata biru seperti mamaku.

ehh,, tapi bukan berarti papaku tidak tampan, papaku sangat tampan *kata mamaku*. aku mendapatkan mata yang sedikit lebih kecil alias sipit dari papaku, karna papaku keturunan negara tirai bambu.

ok deh, cukup perkenalannya. kembali ke laptop ehh.. kembali ke percakapan dengan bi surti maksudnya😄

"tapi non, nanti kalau mama non telepon bibi harus jawab apa?" wajah bi surti menampakkan kecemasan,

"bilang aja jessi lgi tidur bi, karna bosan." jawabku sambil memberikan expresi memelas pada bi surti,

bi surti tampak menimang-nimang. aku tahu bi surti bimbang. aku segera turun dari kasur memegang tangan bi surti.

"pliss bi, kali ini aja, cuma sebentar gak akan lama, jessi jamin jessi balik gak lebih dari jam 5" kataku meyakinkan bi surti,

"ok deh non, tapi janji ya? bibi ga mau kena omel ibu, terus harus minum obat dlu sebelum pergi" kata bi surti sambil mengedipkan mata,

aku melompat dan segera memeluk bi surti.

"makasi bii?" kataku tersenyum sambil berlari ke arah kamar mandi.

******************

"huft.." kata-kata itu lolos dari mulutku,
lelah sekali bersepeda ke bukit, tapi ini menyenangkan pikirku dalam hati.

aku sangat suka bukit, aroma udara di bukit terasa berbeda. di sini aku bisa melepaskan segala keluh kesah dan kegundahan sambil merentangkan tangan dan memejamkan mata. di bukit pula aku bisa menenangkan pikiran sambil mengingat sesuatu yang harusnya aku ingat, sesuatu yang ingin aku ingat, masa lalu yang terlupakan.

aku segera berlari ke pucuk bukit meninggalkan sepedaku di jalan setapak. aku merentangkan tangan, memejamkan mata sambil menikmati hembusan angin. menikmati setiap hentakan dan irama angin.
di sini benar-benar tenang dan damai. aku berusaha mengosongkan pikiranku.

"hey.." tiba-tiba sebuah tangan yang sangat hangat menyentuh bahuku.
aku tersentak kaget dan segera menoleh ke belakang.

seorang gadis cantik tengah menatapku intens. dia tersenyum ramah ke arahku.

"hey, jangan melamun!" katanya kepadaku sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.

"ee..ee..hh..h maaf?" kataku canggung

"hahaha, tidak apa. aku memang cantik, jadi tidak salah jika kamu terpesona." katanya dengan nada yang menurutku sedikit genit.

aku hanya terkekeh, baru saja bertemu tapi tingkat kepedeannya melebihi rata-rata batinku.

"aku hanya bercanda, supaya kamu tidak canggung. aku omi, siapa namamu?" katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku,

"ahaha, tidak papa. aku merasa kamu memang cantik. hey omi, aku ve." kataku sambil menyambut uluran tangannya,

kulihat dia tersipu malu saat aku berkata dia memang cantik.

kami mengobrol ringan dan tertawa bersama, lebih tepatnya omi yang terus berbicara dan aku lebih banyak mendengarkan.

omi gadis yang cukup lucu dan tinggat kepedeannya pun ternyata benar-benar amat sangat tinggi dan jujur saja itu membuatku nyaman bersamanya. dia bukan gadis jaim seperti teman-teman yang ku kenal, emm.. bukan temanku tapi anak dari teman-teman mamaku.

Tututtt Tututtt

suara dari jam tanganku berbunyi. omi menghentikan ocehannya karna mendengar suara itu. aku melirik jam tanganku, sudah pukul 4 ternyata. ini artinya aku harus bergegas pulang, tak terasa aku sudah menghabiskan 3 jam di sini.

aku melihat ke arah omi, sepertinya dia sedikit bingung?

"aku harus pulang mi" kataku sambil tersenyum ke arahnya

"ko cepet banget udh mau pulang ve?" katanya dengan nada sedih

"ini sudah sore, aku sudah berjanji untuk tidak pulang lebih dari jam 5". kataku sambil berjalan ke arah sepedaku.

omi masih tetap berada di pucuk bukit, dia memandangku dari atas.

"apa kita bisa bertemu lagi?" tanyanya setengah berteriak karna jarak kami yang lumayan jauh,

"pasti."

"janji?"

"ya" jawabku sambil mengayuh sepeda dan melambaikan tangan ke arahnya.

*************

Holla
part pertama selesai
terima kasih yang udh menyempatkan diri untuk membaca *sambil membungkukan badan memberi hormat*

AboutWhere stories live. Discover now