*04

2 1 0
                                    


Hari ini, kali kedua aku masuk sekolah dan lagi-lagi hari ini aku hampir telat. Selain karena menyelesaikan urusan pekerjaan, aku juga tadi balik lagi kerumah mengambil buku catatan. Aku berpikir jika semuanya kejadian aku catat saat malam hari mungkin akan ada yang terlewatkan, selain itu waktu istirahatku akan semakin berkurang nantinya.

"Vetta, lagi-lagi kamu telat". Kata Elvi ketika melihatku masuk ke kelas.

"Hehehe, tadi aku kelupaan sesuatu dirumah. Makanya tadi mau gak mau balik lagi". Kataku menjelaskan sambil berjalan ke tempat dudukku.

Lagi-lagi ketika menuju tempat dudukku, aku melihat Hadrian sudah disana dan sambil membaca buku. 'Apa dia tidak pernah bosan ya membaca buku terus?' tanyaku dalam hati. Aku memang dulu sempat suka membaca buku, namun itu hanya buku cerita yang mempunyai banyak gambar, tidak seperti buku pelajaran atau buku yang sering di baca oleh Hadrian dimana hanya ada tulisan di semua halamannya, bahkan gambarnya hanya terletak di sampul buku.

"Hai". Sapaku kepadanya dan kemudian duduk di temapt dudukku.

"Baru datang?", tanyanya ketika baru melihatku, aku hanya mengangguk mengiyakan. "Katanya rumahmu dekat, kok jam segini baru sampe sekolah?" tanyanya kemudian.

"Ehm... tadi aku ada urusan sebentar terus baru ingat kalau ada buku yang ketinggalan di rumah, akhirnya mau gak mau aku pulang buat ngambil buku itu". Kataku pada akhirnya.

Tepat ketka aku ingin mengatakan sesuatu guru sudah datang sehingga aku harus menunda pembicaraanku nanti. namun sampai jam pelajaran kedua sudah akan berakhir tak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan, padahal di jam kedua guru tidak datang. Akupun juga lupa apa yang ingin aku katakan kepadanya.

"Vett, nanti ikut ke kantin?" tanya Elvi saat sebentar lagi waktu istirahat tiba.

"Hmm... baiklah, kebetulan aku juga ingin mencoba menu baru di kantin". Kataku menyetujui ajakan dari Elvi.

"Memangnya apa yang ingin kau coba?" kali ini Christine yang bertanya.

"Hmm... entahlah, mungkin sate". Kataku sambil mencoba mengingat-ingat apa saja menu yang ada di kantin. Namun yang ada di ingatanku hanya ada 'sate'.

Dua orang yang ada di depanku terkejut mendengar jawabanku tadi, namun sepertinya bukan cuma Elvi dan Christine saja yang terkejut Hadrian yang ada di sampingku juga terkejut dengan apa yang aku katakan. 'Mungkinkah aku salah bicara?' pikirku ketika melihat reaksi tiga orang tersebut.

"Apa kau gila, Vett? Sejak kapan di kantin ada sate?" kali ini giliran Hadrian yang bertanya seperti itu.

Aku yang masih tidak mengerti seperti apa makanan yang di sebut sate hanya bisa bertanya dengan polosnya. "Memangnya makanan seperti apa sate itu?" tanyaku.

"Sebenarnya kau berasal dari belahan bumi bagian mana Vett sampai tidak tahu makanan yang di sebut sate, padahal makanan itu sudah terkenal sampai di luar negeri". Kali ini Hadrian yang mengomentari pertanyaanku.

Aku hanya bengong mendengar kata-kata dari Hadrian, memangnya seperti apa makanan yang di sebut sate itu.

"Berhenti bercanda Vett, semua orang tau apa itu sate. Bahkan adikku yang masih kelas 2 Sekolah Dasar saja sudah tau apa itu sate". Kata Christine menimpali. Aku semakin penasaran seperti apa sate itu. Namun sepertinya akan semakin konyol kalau aku bersikap tidak tahu apa yang di namakan sate itu.

"Tumben kamu banyak bicara Had". Kata Elvi yang dari tadi lebih banyak diam.

"Ah, biasa aja". Kata Hadrian singkat sambil kembali melanjutkan membaca buku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can't Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang