1. First Meet

38 6 1
                                    

Bagian 1

~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~



Cuaca sore ini sepertinya sangat persis dengan suasana hati gadis berbadan mungil ini. Sebut saja dia Laura. Jadwal tidurnya yang sudah direncanakan jauh-jauh hari terpaksa dibatalkan karena eomma Mauren (Ibu Laura) memintanya untuk menjemput sepupunya di bandara.

Tadi Laura sudah meminta kepada Mauren supaya sepupunya itu dijemput oleh supir saja, tapi Mauren tetap pada pendiriannya. Jadi, disinilah Laura sekarang. Duduk dibangku tunggu kedatangan internasional.

Sambil menghilangkan rasa bosannya, Laura membuat coretan dikertas yang bertuliskan nama sepupunya tersebut. Dia bukanlah tipekal orang yang suka menunggu.

Tiba-tiba Laura merasa ada seseorang yang berdiri didepannya. Niatnya ingin protes tapi Laura malah menghambur kedalam pelukan seseorang yang telah mengganggu konsentrasinya dalam membuat coretan tadi. Dia memang kesal tapi rasa rindunya terhadap sepupunya itu tidak bisa ditutupi. Ya seseorang itu sepupunya Laura, Woozi.

Woozi yang merasakan rindu yang sama seperti Laura pun membalas pelukan gadis itu tak kalah erat. Wajar saja mereka seperti itu. Pertemuan terakhir mereka sekitar 1 atau 2 tahun yang lalu. Ditambah lagi keduanya begitu dekat.

"Kau bisa membunuhkan secara perlahan Laura," ucap Woozi diselingi tawa jail.

Laura yang sadar bahwa pelukannya menyiksa sepupunya itu pun dengan enggan melepas dekapannya. Ada sisa air mata bahagia di sudut mata indah gadis itu. Cepat-cepat dia menghapusnya sebelum oppa kesayangannya itu mengejeknya.

"Tadinya aku kesal karena eomma meyuruhku untuk menjemputmu, oppa. Tapi.."

"Tapi sekarang kau senang karena sudah menjemputku, kan?" Woozi memotong ucapan Laura. "Aigoo kau selalu seperti itu Laura. Jangan menangis lagi." Woozi menghapus sisa air mata yang masih tertinggal diujung mata Laura.

Laura yang masih merasa terharu bercampur bahagia, kembali menghambur kepelukan Woozi dan kembali menangis bahagia. Woozi yang sudah paham betul dengan sifat manja Laura pada dirinya hanya bisa menggeleng kepala dan mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut.

"Ya! Apakah tunggu aku memiliki bola mata sebesar bola ping pong dulu baru kita akan beranjak dari sini?" Ujar salah satu teman Woozi.

Woozi pun melepaskan pelukan Laura. Dan diapun menatap kedua temannya secara bergantian.

"Mianhae Coups hyung, Hoshi. Kami sudah lama tidak bertemu."

Laura yang baru sadar jika Woozi membawa temannya pun merasa terkejut.

'Ini memalukan,' batinnya.

"Laura, perkenalkan mereka berdua sahabat ku, tapi sudah kuanggap keluarga. Yang ini S.Coups hyung dan yang disampingnya Hoshi." Woozi memperkenalkan kedua temannya.

"Annyeong Choi Seung Cheol imnida. Panggil saja S.Coups" pemuda berbadan atletis itu pun membungkukkan badannya sesuai dengan ajaran nenek moyangnya.

"Annyeonghaseyo Kwon Soonyoung imnida. Panggil saja Hoshi" pemuda yang tadi menegur Woozi dan Laura itu pun juga membungkukkan badannya.

"Annyeong Stephanie Laura imnida. Kalian bisa panggil Laura. Manaseobangapseumnida."

"Aksen Koreamu sangat bagus, Laura. Daebak!" Puji S.Coups dengan penuh semangat.

"Sewaktu berumur 10 tahun, aku tinggal di Seoul selama 5 tahun. Dan sepulang dari sana, eomma selalu menggunakan bahasa Korea di rumah," jawab Laura yang diakhiri dengan senyum manisnya.

"Wawancaranya nanti saja hyung. Aku sudah sangat lelah," ucap Hoshi dengan wajah yang sangat lesu.

"Kajja. Mobilnya itu." Tunjuk Laura.

Mereka berempat pun berjalan kearah mobil. Supir yang sudah ditugaskan Mauren dengan gesit membuka bagasi dan memasukkan barang-barang Woozi, Hoshi dan S.Coups. Sedangkan pemilik barang-barang itu dan Laura, mereka langsung masuk kedalam mobil. Laura duduk paling depan di samping supir dan Woozi, Hoshi beserta S.Coups duduk di bangku tengah.

Dengan perlahan, supir pun melajukan mobil meninggalkan bandara.

Sepanjang perjalanan Laura hanya memainkan handphonenya. Woozi dan kedua sahabatnya sudah terlelap semenjak mobil meninggalkan bandara. Dan Laura mengerti kalau mereka sangat lelah jadi dia membiarkan mereka tidur.

Akhirnya mereka sampai di lobby apartemen yang menjadi tempat tinggal ketiga pemuda Korea tersebut untuk 6 bulan kedepan.

"Ya! Bangun pangeran tidur," Laura menggoncang lutut Woozi. Tetapi malah S.Coups yang terbangun.

"Apakah kita sudah sampai?" Tanya S.Coups dengan suara khas bangun tidur.

Laura terpana dengan suara tersebut. Dari awal dia mengira jika Coups hyung memiliki suara seimut wajahnya, tapi perkiraannya itu salah. S.Coups memiliki suara berat khas pria pada umumnya.

"Sudah hyung. Kau bisa membangunkan kedua pangeran tidur itu dan aku akan membantu Pak Karmin mengeluarkan barang kalian." Laura langsung beranjak dari tempat duduknya.

Sebenarnya tadi hanya alibinya. Dia tidak tahan didalam mobil karena S.Coups terus menerus menatapnya. Bagaimana juga Laura tetaplah gadis pada umumnya.

Laura pun membantu Pak Karmin (supir) mengeluarkan barang-barang dari bagasi yang tidak terlalu banyak. Barang ketiga pemuda tersebut sebelumnya sudah dikirim seminggu yang lalu dan mereka hanya membawa sisanya saja.

"Mian Laura. Kami sangatlah lelah jadi tidak sadar jika sudah sampai." Ucap Woozi dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Arraseo. Kajja! Kita harus cepat-cepat mengepak barang kalian. Eomma sudah menunggu kita dirumah."

Mereka pun masuk kedalam lift yang akan membawa mereka kelantai 6. Tidak ada percakapan diantara mereka berempat.

Sesampainya didepan pintu apartemen, Laura mengambil kunci dari kantongnya lalu membuka pintu tersebut.

"Aigoo ini terlalu luas untuk kita bertiga. Aku tidak terbiasa membersihkan ruangan seluas ini." Keluh Hoshi.

"Kalian bisa membayar cleaning services yang disediakan apartemen ini." Jawab Laura.

"Ani ani kami akan membersihkan apartemen ini tanpa bantuan petugas. Nanti kita akan membuat jadwal." Cegah S.Coups. sementara Woozi dan Hoshi mendengus kesal mendengar jawaban hyung mereka itu.

Laura hanya mengangkat bahu tanda dia mengatakan terserah. Dan tanpa babibu lagi, mereka pun mengepak barang-barang mereka.

Ditengah kesibukan mereka, Laura curi pandang kepada S.Coups yang sedang serius menyusun pajangan disamping tv. S.Coups yang tadinya sudah mengganti celana jeans panjangnya dengan celana berbahan jeans tetapi hanya sebatas lutut dan celana itu menampakkan betisnya yang tercetak sempurna.

Laura merasa dia adalah salah satu gadis paling beruntung didunia yang bisa menikmati pemandangan seorang pria dengan tubuh atletisnya sedang serius mengerjakan pekerjaan rumah.

"Walaupun aku tidak terlalu mengerti dengan tingkah laku seorang gadis, tapi firasatku mengatakan tatapan Laura ke Coups hyung tidak pernah lepas." Ucap Woozi dengan pekerjaannya.

Hoshi yang sedang asyik menari sekaligus membereskan barangnya, hanya menoleh sebentar lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.

Woozi memutar bola matanya melihat tingkah laku Hoshi tadi. "Selalu seperti itu jika membahas gadis. Semoga Tuhan memberkatimu Kwon Fire."

Hoshi yang samar-samar mendengar omelan Woozi tertawa geli.
Ibu Hoshi sudah memberi amanah kepadanya sejak dia masih kecil untuk mengencani seorang gadis ketika dia sudah masuk universitas. Jadi, dari dulu sampai sekarang Hoshi tidak pernah terlalu peduli dengan seorang gadis. Dia takut jika dia peduli, maka akan tumbuh sesuatu yang bisa melanggar amanah ibunya.

Maaf pendek:))

Bie

FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang