case I : bau darah

6 1 0
                                    

Hujan turun malam ini,padahal tadi siang cuacanya terang.Pada zaman sekarang sulit untuk menentukan cuaca seperti yang tertulis di buku pelajaran SD. Global warminglah penyebabnya, asap kendaraan motor dan pabrik menggumpal di langit membentuk awan dan menguap dengan cepat karena lapisan ozon yang tipis. Membuat hujan turun dengan mudah tanpa harus mengadakan ritual hujan sekalipun. Tetapi pada zaman sekarang , menentukan cuaca juga mudah kita hanya tinggal melihat smartphone dan membuka aplikasi cuaca maka kita akan tahu hari ini hujan atau tidak.
Dari balik kaca lantai dua, ku nikmati hujan di malam ini. Dengan secangkir kopi instan yang hangat, melepas semua penat setelah seharian mengajar. Jam delapan , lima belas menit lagi aku ada janjian bertemu teman lamaku. Tapi sepertinya hujan tak kan berhenti dalam 15 menit. Sambil menunggu hujan reda. Aku memeriksa hasil ujian dadakan yang aku adakan tadi siang untuk mahasiswaku. Setelah beberapa lama akhirnya aku ketiduran. Setelah bangun ternyata sudah jam 11 malam hujan juga sudah reda. Aku lupa tentang janjianku. Aku memeriksa handphone ku,ternyata teman ku sudah menghubungi ku sedari tadi. Ia mengirim pesan kalau dia tak bisa bertemu dengan ku. Karena ada kasus pembunuhan yang terjadi.
Teman ku yang akan ke temui adalah seorang polisi bagian tindak kriminal,khusus nya pembunuhan. Dulu satu kampus dengan ku. Aryo namanya. Ia polisi muda yang berbakat dan juga tampan. Kepribadiannya yang ramah dan menyenangkan membuatnya bergaul dengan mudah. Dulu aku adalah orang yang introvet. Sejak bertemu dia aku mulai membuka diriku dan berteman dengannya hingga sekarang.
Aku mengemasi barang-barang ku bersiap-siap, tiba-tiba handphone ku berdering. Aryo meneleponku,
"Halo Ray, ma'af membatalkan pertemuan kita, ada kasus mendadak" kata Aryo
"Tidak apa"
"Ray, sejujurnya bisa aku minta bantuan mu" Aryo bertanya ragu padaku.
"Tentu,apa itu?" jawabku
"Tolong bantu aku menyelesaikan kasus ini,kau adalah profesor kriminologi, jadi kurasa kau bisa membantu ku seperti dulu, kau menebak pelakunya dengan tepat, ini adalah kasus pembunuhan berantai. Malam ini adalah pembunuhannya yang ke lima,pelakunya belum ketemu dan kami tak memiliki orang yang di curigai, jadi ku mohon bantulah aku"
Aku berfikir sejenak, tiba-tiba muncul perasaan aneh di hatiku. Jantungku berdetak kencang, seperti ada gelombang di hatiku yang membuncah. Sepertinya ini sesuatu yang menarik. Bukan karena aku seorang kriminologi tapi sesuatu yang lain yang dalam diriku.
"Baiklah,dimana tempatnya?"
Setelah itu Aryo memberikan alamatnya dan aku segera ke sana.
Tempat pembunuhan yang sempurna. Sebuah jalanan gang kecil yang becek sehabis hujan dan lampu jalanan yang redup.
Aku tiba di tempat kejadian beberapa menit kemudian, terlihat ramai oleh penduduk setempat yang penasaran, garis polisi menghalangi TKP. Beberapa mobil patroli dan beberapa wartawan yang meliput kejadian.
"Ray,kau akhirnya datang juga" sapa Aryo lalu menuntun ku ke TKP. Mayat korban sudah dibawa ke RS untuk di otopsi. Tinggal garis putih yang menggambarkan posisi korban.
"Bagaimana menurutmu? Korban seorang wanita berumur 25 th. Bekerja di pabrik di sekitar sini. Ia diserang saat dalam perjalanan pulang." jelas Aryo.
"Di lihat dari posisinya jatuh seperti ia di serang dari depan tanpa perlawanan apapun. Seperti nya pelaku profesional. Ia menusuk aorta yang ada di perut dengan tepat. Tapi menurut ku ia terlalu bersenang-senang,ia menusuk korban 3 kali padahal satu tusukan saja sudah cukup." aku tersenyum menyeringai.
"Bagaimana waktu perkiraan Kematian?" tanyaku pada Aryo.
"Menurut tim forensik, sekitar jam 10 malam tadi, ia ditemukan oleh pengguna jalan yang lain. Dalam keadaan tergeletak bersimbah darah." jelas Aryo.
"Ah, sama seperti kasus sebelumnya, pelaku selalu membunuh korban saat hujan di malam hari saja" Aryo menambahkan.
"Ba*****n gila" komentarku sembarangan.
"Aku juga berfikir begitu, menurutmu apa motif pelaku?" Aryo setuju komentar ku.
"Bukankah sudah jelas? Ia seorang psycho, ia menikmati setiap tusukan yang ia lakukan pada korban. Tapi aku belum mengerti kenapa harus di bawah hujan"
"Benarkah??? Kalau begitu orang gila ini harus cepat di tangkap. Aku benar-benar tak bisa membiarkannya berbuat seenaknya saja." Aryo mengepalkan tangannya merasa kesal.
"Siapa dia aryo?" seorang dengan tubuh gendut dan pendek memakai jaket hitam dan kemeja putih berjalan mendekati kami menatap ku dengan mata menyelidik.
"Oh,ketua! Dia temanku,ia seorang profesor kriminologi. Aku meminta bantuannya. Kenalkan namanya Ray, Ray ini atasanku pak Beni." kata Aryo menjelaskan, lalu aku mengelurkan tanganku berjabat tangan. Ia menjabat tanganku lalu menatap ku seperti aku adalah orang yang ia kenal. Setelah beberapa saat ia melepas tanganku.
"Jadi profesor bagaimana kita akan menemukan pelakunya." tanyanya padaku.
"Ehm....,mungkin kita bisa memeriksa jalan yang dilalui korban." jawab ku.
"Kau benar,Aryo suruh anak buahmu mencari jalan yang di lewati korban." perintah pak Beni.
"Baik,siap 86." Aryo lalu bergegas memerintah anak buahnya.
"Sepertinya kau akan banyak membantu profesor," kata pak Beni padaku.
"Terima kasih,kalau Anda merasa begitu." jawaku basa-basi. Dalam hatiku ini adalah hanyalah sebuah hasratku saja.
"Oh,bagaimana dengan senjata pelaku?" tanya ku pada pak Beni yang masih berdiri di sampingku sibuk menelepon anak buahnya lalu cepat-cepat mengakhirinya ketika ku bertanya.
"Tidak ditemukan,mungkin masih di bawa pelaku,menurut hasil tim forensik senjata yang digunakan untuk ke empat korban lainnya, adalah jenis pisau yang sama" jawabnya.
"Begitulah? Boleh aku lihat berkas kasus yang lain?"
"Tentu,mintalah Aryo untuk menunjukkan nya.tapi ma'af aku harus pergi sekarang ada urusan lain."
"Ya, silahkan"
Pak Beni lalu pergi menaiki sedan hitamnya.Aryo meninggalkan ku sendiri ia sibuk mengumpulkan bukti. Kerumunan orang tadi sudah sepi. Para wartawan pun sudah pergi.
Setelah hujan berhenti sejenak, sepertinya langit malam kembali mendung,aku tak bisa melihat sinar bulan malam ini. Hawa pembunuh masih berkeliaran, aku bisa merasakan bahwa nafsu untuk membunuhnya kuat. Pembunuhan di bawah hujan.



Terima kasih telah membaca.
Kirim Saran yang membangun.
-dandelion flo21-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detective PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang