prolog : masa lalu itu...,

7 1 0
                                    

      Pernahkan kau dengar tentang raja singa yang mengajari anaknya dengan menjatuhkan anaknya ke jurang supaya anaknnya menjadi pemberani? Dan bisa menjadi penerusnya yang layak.
      Mungkin itulah yang ingin ayahku lakukan. Tapi bagaimana jika ayahku adalah seorang pembunuh bayaran? Menginginkanku menjadi penerusnya?
        Setiap malam di tanah kosong jauh di dalam hutan ia membawa ku ke sana. Mengajari ku berkelahi, menggunakan pistol menembak target dengan jitu, menancapkan pisau dengan tepat. Seorang ayah yang menginginkan anaknya menjadi pembunuh bayaran profesional sepertinya.
       Malam ini ia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Seperti nya ia baru menyelesaikan pekerjaan nya aku bisa mencium bau darah di baju nya. Entah siapa orang yang malang yang mati di tangannya. Ia berteriak marah pada ibu ku karena lambat membukakan pintu. Ia menampar ibu ku lalu mendorongnya jatuh. Ibu hanya diam tak berdaya seolah itu sudah biasa terjadi. Aku melihat nya dari balik kamarku. Tanganku mengepal geram,tapi kakiku gemetar ketakutan.
      Ayahku berjalan menuju kamarku sepertinya ia tahu aku mengintipnya. Aku bergegas menuju ke ranjang ku, berpura-pura tidur. Tapi ia menarik ku dan menyeret ku ke hadapan ibu ku yang masih duduk bersimpuh.
     "Bunuh"
      "Bunuh dia atau kau yang ku bunuh" ia berteriak keras setengah mabuk melemparkan pistol ke arah ku. Ibu menatapku dengan air mata di pipinya. Seperti nya ia kasihan pada ku dan minta ma'af padaku karena memiliki ayah yang seperti dia.
     Perlahan air mata ku mulai jatuh membasahi pipiku, seluruh badan ku gemetar ketakutan. Ayahku mengambil pistol nya lalu menaruhnya di tanganku. Sekali lagi ia berteriak padaku.
      "Bunuh!!!"
Kemarahan ku tak tertahan lagi. Perlahan ku angkat pistolnya. Bersiap menarik pelatuk nya. Air mata ku terus mengalir membasahi pipi ku. Ku tarik nafas dalam-dalam, berkonsentrasi. Jariku berhenti gemetar .
      "Dorr!!!"
Aku menarik pelatuk nya, tapi bukan ke arah ibuku, melainkan ke arah ayahku,tepat mengenai kakinya,seketika ia roboh jatuh ke lantai bersimbah darah. Ia mengerang kesakitan matanya melotot marah menatap pada ku.
      "Dasar anak si****n" ia memakiku. Ibu yang sedari tadi diam langsung merangkulku yang masih terdiam shock. Pistol yang ku pegang jatuh ke lantai. Dengan sisa kekuatannya ayah berdiri mengambil pistolnya lalu mengarah kannya padaku.
        "Dorr!!!" suara tembakan ke dua tepat mengenai punggung ibuku.
          "Ibu...," melihat ibuku yang bersimbah  darah di hadapanku membuat hatiku hancur. Ia menembak ibuku tanpa memiliki penyesalan di wajahnya.
           "Dasar wanita bodoh" ia menyeringai.
            "Sekarang giliranmu" sekali lagi ia mengacungkan pistol nya ke arahku.
             "Ray, cepat kabur. Ibu yang akan menahannya. Hiduplah seperti yang kau mau. Berbahagialah dan ma'af kan ibu nak" ibu mengatakannya dengan semua tenaga yang ia punya. Ibu bangkit lalu berlari ke ayahku mencoba merebut pistol dari tangannya.
          "Cepat lari nak" teriak ibu padaku yang masih terdiam. Aku tak tahu lagi, dalam pikiran ku, aku hanya ingin melakukan perintah ibu. Aku bergegas lari keluar. Berlari sejauh mungkin.
            "Dorr!!!" suara tembakan ketiga terdengar setelah sepuluh langkah dari rumah. Aku berhenti sejenak, berfikir untuk menyelamatkan ibu. Tapi ada aku terlalu takut. Aku akhirnya tetap berlari pergi.
          Andai saja aku tak takut dan pergi mencari bantuan. Aku tak kan pernah di hantui rasa penyesalan ini.



Terima kasih sudah membaca cerita saya.
Ini adalah cerita pertama saya,semoga menyenangkan dan setia menunggu kelanjutannya.
Saya dengan senang hati menerima saran Anda.

~dandelion flo21~

Detective PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang