First Meeting

2.8K 152 10
                                    

Chapter 1 : First Meeting

.

Pertunjukkan malam itu telah berakhir sepenuhnya. Penonton mulai berdiri tatkala gorden merah itu diturunkan serta lampu-lampu yang tadinya menerangi panggung utama itu kini telah dimatikan. Mereka berdiri dari aktifitas duduk yang telah mereka lakukan selama satu setengah jam itu, lalu mulai berlalu-lalang di hadapanku yang masih saja terduduk di bangku penonton, meresapi pertunjukkan musikal yang baru saja selesai.

Suasana di dalam teater menjadi riuh seketika. Mereka menceritakan perasaan mereka setelah melihat musikal itu. Beberapa di antara mereka, masih ada yang menangis tersedu karena masih teringat mengenai betapa sedihnya akhir cerita musikal itu.

Si pemain utama yang bunuh diri.

Aku meringis kecil, meratapi nasib si pemain utama yang begitu menyedihkan. Pertamanya, hidup si pemain utama begitu indah. Penuh warna seolah-olah tak ada satu titik bagian pun yang tak terwanai. Lalu, semuanya mulai berubah ketika si lawan main melirik ke arah pria lain, jatuh cinta kepada pria lain. Dan, berakhirlah hidup si pemain utama itu dengan kisah yang menyedihkan.

"Hee-Jo –ya, musikalnya sudah selesai." Salah seorang temanku menyenggol lengan kananku ringan. Dia berkata retoris dengan bakat cerewetnya sejak lahir. Di detik kemudian, dia mulai bercerita mengenai menyedihkannya musikal itu dengan bakat terpendamnya.

Aku melenguh, sedikit tersadar dari lamunanku. Ketika atensiku sudah kembali sepenuhnya, aku mendapati keberadaanku serta dua orang temanku—yang sepertinya menungguku tersadar dari lamunanku—sedang duduk di deretan bangku penonton yang telah kosong. Hanya kami bertiga yang masih berada di dalam gedung pertunjukkan. Kedua mataku mengerjap pelan, tersadar bahwa aku sudah menyia-nyiakan beberapa menit berhargaku dengan melamun layaknya orang bodoh.

Maka dari itu, aku berdiri dari dudukku. Disusul oleh kedua temanku yang duduk di sisi kanan dan kiriku. Kami melangkah keluar dari gedung pertunjukkan yang gelap dan hanya diterangi oleh beberapa lampu di sudut ruang saja.

Tatkala kami keluar dari gedung utama, beberapa pemain musikal menyambut kami. Beberapa di antara mereka sedang asyik meladeni penonton yang mengajaknya untuk berfoto bersama. Beberapa lainnya lebih memilih untuk bercakap ria dan sesekali berfoto bersama guna diunggah di media sosial mereka masing-masing.

Aku melihatnya; si pemeran utama wanita dalam musikal ini; Jung Hana. Dirinya mengenakan gaun panjang berwarna merah maroon. Dialah tokoh yang membuat Baekhyun—si pemeran utama pria—menangis tersedu-sedu dan berakhir dengan insiden bunuh diri. Perempuan yang sangat tak asing dalam memori hidupku itu sedang berfoto bersama dua orang perempuan berkacamata tebal. Ah, penggemar Hana tak lebih dari orang-orang bergaya norak dengan pikiran yang kolot, pikirku.

Cherry—salah satu temanku—menarik lenganku senang bak anak kecil yang menemukan lollipop besar. Dirinya menarikku untuk mendekati Hana. Aku mendesis, menolak ajakkannya yang akan membunuh harga diriku. Sedangkan, Nana, temanku yang lebih pengertian, hanya mengulum senyum segaris saja menghadapi tingkah teman tololku bernama Cherry ini.

Sama seperti perempuan lainnya—apa lagi perempuan norak si pecinta Hana--, Cherry sangat tergila-gila dengan kisah romance lovey dovey. Orang yang berjasa mengajakku untuk melihat musikal Hana adalah Cherry. Dialah orang yang sukses mengganggu tidur Minggu pagiku yang seharusnya bersahaja. Dan dialah orang yang berhasil membawa tubuhku berada di dekat Hana.

"Hana-sshi!" Aku sukses mengumpat pelan ketika Cherry memanggil Hana, membuat aktris itu tak jadi meladeni penggemarnya yang mengajak berfoto bersama lagi. Entah mengapa, aku sangat yakin alasan di balik penolakkan foto bersama itu adalah aku. Tentu saja aku berpikiran seperti itu karena dirinya mendapati kehadiranku yang berdiri sepongah mungkin.

the devil's breath ; kyuhyun [PRIVATED🔐 republish]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang