Chap 1

1.4K 81 3
                                    

"Hoek! Hoek!"

Suara seorang wanita yang tengah mengeluarkan isi perutnya terdengar dari balik pintu kamar mandi bercat putih itu, diselangi beberapa kali suara siraman air dan helaan nafas lelah yang mengkhawatirkan.

Berdiri dibalik pintu toilet itu seorang anak dengan mata sehitam jelaga dan rambut berwarna senada, tingginya tak melebihi kenop pintu kamar mandi, telinga kecilnya dirapatkan pada pintu sementara matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Oka-san?" panggilnya dengan nada khawatir. Tidak ada jawaban selain deru nafas lelah yang terdengar samar terhalang daun pintu yang cukup tebal.

"Oka-san? Daijoubu? Oka-san? Oka-san?" terlalu khawatir ia akhirnya memanggil-manggil ibunya sambil mengetuk- ngetuk pintu kamar mandi itu kasar, kali ini hanya terdengar samar suara keran air yang mengalir, kemudian berhenti diikuti berputarnya kenop pintu didepannya dimana ia tengah berdiri, menampakan sesosok wanita cantik dengan kulitnya yang terlampau pucat. Bibir yang tadinya merah itu kini menyunggingkan senyum tipis dengan warna pias. Tangan kurusnya menggusak rambut hitam anaknya, kemudian berjongkok dihadapannya dan meraih pundak sempitnya.

"Daijoubu, oka-san tidak apa-apa, Ita-chan tidak perlu berteriak seperti itu hmm? Dan Ita-chan juga tidak perlu khawatir pada oka-san, mengerti?" Jelas ibunya, tetapi sarat akan keraguan, melihat keadaannya yang jauh dari perkataan. Wajah cantik ibunya itu pucat, keringat dingin membasahi keningnya, membuatnya basah dan lembab.

"Tapi tadi-" tangan lembut ibunya begitu dingin, berpindah dari pundak menuju  kebibir, menghentikan segala protes yang tadinya sempat akan ia keluarkan, kekhawatirannya.

"Ayo! Oka-san belum menyiapkan makan siang untuk tuan dan nyonya juga Otou-san mu!" Wanita yang ia panggil oka-san itupun berdiri dari posisinya.
Itachi hanya bisa menatap sang ibu khawatir, matanya mengikuti saat ibunya beranjak, kemudian berjalan sedikit terhuyung menuju dapur mungil mereka. Dapur sederhana dengan peralatan masaknya yang cukup lengkap, terhubung dengan ruang makan dimana ada 3 kursi kayu bercat putih tempat keluarganya biasa menyantap makanan bersama.

Itachi melangkahkan kakinya, memutuskan untuk ikut pergi kedapur dan duduk di kursi sambil memperhatikan ibunya. Jujur ia masih khawatir, jelas-jelas ia mendapati ibunya itu tengah muntah-muntah tanpa tau alasannya. Walaupun ibunya telah berkata bahwa ia baik-baik saja, tapi Itachi tidaklah sepolos penampilannya. Mungkin Itachi baru berusia 6 tahun tapi dirinya sudah tidak bisa dibohongi oleh kata-kata manis ibunya dan ia tau kalau ibunya itu tidak baik-baik saja.

Ini bukan yang pertama kalinya, sudah beberapa kali dalam minggu ini Itachi memergoki ibunya muntah-muntah, kadang dipagi hari setelah ayahnya pergi bekerja, atau disiang hari saat akan menyiapkan makan siang seperti sekarang. Tapi jika ditanya, ibunya selalu memberikan jawaban yang sama. 'baik-baik saja' walaupun kenyataannya tidak.

Brukk

Suara debuman cukup keras membangunkan Itachi dari lamunannya, matanya mencari kearah dapur dimana ibunya berada sebelumnya, wajan penggorengan itu masih mengepulkan asap panas, kompornya masih menyala. Lalu, dimana ibunya?

Itachi turun dari kursinya, mendekati dapur dimana ibunya tadi berada,

disana

Ibunya terbaring dilantai tak berdaya, wajah cantiknya kini pucat tak berwarna.

Otouto (Discon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang